webnovel

Keluarga

Tanpa menghiraukan seruan dari Zack, Foxy terus berlari menuruni tangga bangunan tua itu menuju ke lantai dasar. Bangunan itu merupakan tempat Foxy dan kawan-kawannya bernaung. Bangunan yang baru selesai setengahmya itu dibiarkan terbengkalai begitu saja karena proyek pembangunannya dihentikan oleh otoritas setempat. Kabarnya proyek pembangunan gedung ini belum mendapat izin dari dinas terkait. Padahal, rencanya bangunan ini akan dijadikan sekolah dan rumah sakit dengan biaya murah supaya semua orang bisa menjangkau pendidikan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang layak. Namun, entahlah apa yang terjadi pada pemerintahan di Distrik 8. Proyek dengan niatan luhur itu harus kandas hanya karena urusan formalitas saja. Sungguh menyedihkan memang.

"Foxy!"

Barulah ketika Chloe yang menyebut namanya, langkah kakinya terhenti. Gadis itu berjalan mendekati Foxy dan menahannya untuk pergi.

"Kau mau ke mana?"

"Bukan urusanmu."

"Begitukah caramu berbicara dengan saudaramu sendiri? Daripada keluyuran tidak jelas, lebih baik kau ikut aku sebentar."

Dengan malas, akhirnya Foxy pun menuruti permintaan Chloe. Ia terpaksa harus menunda urusannya terlebih dahulu. Rasa penasaran yang amat besar harus dipendam sejenak demi kepentingan bersama. Sebagai ketua kelompok, Foxy harus menunjukkan tingkah laku yang baik. Ia tahu jika ia tidak seperti kebanyakan pemimpin di negeri itu. Walau yang ia pimpin adalah kawan-kawannya sendiri, ia tak pernah meremehkan tugas ini sedikit pun.

Rupanya, Chloe membawa Foxy untuk melihat keadaan kelompoknya sekarang. Kebanyakan dari kawan-kawan Foxy tengah memperbaiki barang-barang yang rusak akibat kerusuhan tadi pagi. Selain Zack, ternyata ada juga orang lain yang terluka. Mereka semua tengah berkumpul dalam kondisi tidak baik-baik saja. Pandangan Foxy menyapu seluruh ruangan, yang ia temui hanyalah kemurungan. Kejadian pagi ini jelas menjadi pukulan tersendiri. Sebelumnya, mereka tidak pernah kekuarangan makanan. Setelah kegiatan pembagian sarapan, mereka seharusnya masih mendapatkan sisa makanan untuk diri mereka sendiri. Namun, hari ini makanan yang tersedia bahkan tidak mampu mencukupi semua gelandangan yang datang ke tempat mereka. Jadi, terpaksa siang ini mereka pun tak dapat jatah makanan.

Chloe buka suara. "Kalau kita berkaca dari hari-hari sebelumnya, kita selalu memasak dalam jumlah yang cukup. Aku sudah memperhitungkan segalanya dengan sangat baik. Kau juga tahu, tidak ada satu pun yang berani meragukan perhitunganku. Hanya saja, kukira memang karena jumlah gelandangan yang membludak hingga kita tak mampu membagikan makanan kepada semua orang. Jika hujan menjadi penyebabnya, kita biasa memberi makan mereka yang berteduh di gubuk kita dan tak pernah kurang. Kenapa hari ini berbeda? Tidak, ini tidak boleh terulang lagi. Alice akan menggusur kita jika kita terus membuat kerusuhan," terangnya dengan rasa penuh keprihatinan.

"Kau jangan takut soal Alice. Dia ada di pihak kita."

"Kau tahu? Pergerakan kita sekarang sudah tak sebebas dulu. Menurutku, Alice tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Entah apa yang terjadi kepada wanita itu. Sekarang, ia lebih memihak kepada para pejabat dan konglomerat pemilik saham perusahaan. Para preman jalanan yang aku temui juga mengaku wanita itu sudah jarang sekali berinteraksi dengan mereka. Kalau kau berkata jika Alice terlalu sibuk untuk menemui orang kecil seperti kita, itu sangat tidak masuk akal. Walau tingkat kejahatan di Distrik 8 tergolong tinggi, jarang sekali ada yang sampai ke meja hijau. Paling ujung-ujungnya cuma main hakim sendiri."

Foxy hanya terdiam mendengar semua kenyataan pahit yang disampaikan oleh Chloe. Diakui atau tidak, keberadaan kelompoknya kini memang semakin terancam. Namun, apapun yang terjadi Foxy akan selalu berusaha untuk mempertahankan satu-satunya keluarga yang ia miliki itu. Tumbuh besar tanpa kasih sayang dan perhatian dari sepasang orang tua memang tidaklah mudah. Apalagi jika kau harus berhadapan dengan kerasnya jalanan. Tanpa prinsip yang baik, kebanyakan orang akan terlena dan terjerumus dalam sesuatu yang tidak baik. Mereka akan terus jatuh sampai mereka lupa jika mereka sedang menempuh jalan yang salah. Itu tidak berlaku untuk Foxy dan kawan-kawannya. Mungkin mereka memang pencuri, tapi mereka masih memiliki martabat dan harga diri. Mereka tahu bagaimana cara menghargai persahabatan.

"Di mana Zack? Aku belum selesai mengobati lukanya," tanya Chloe. Ia pun mulai berjalan, mencari keberadaan salah satu kawannya itu. "Zack? Zack?!"

"Dia di lantai atas," sahut Foxy.

"Benarkah? Zack?! Turunlah kemari! Kau jangan berusaha kabur lagi."

Tak berselang lama, terdengar suara dari lantai atas gedung. "Tidak! Obat yang kau oleskan hanya membuat lukanya semakin perih."

"Tapi, kau akan segera sembuh setelahnya! Turunlah ke sini!"

"Tidak!"

Chloe pun hanya bisa menghela napas panjang. Ia pun melirik Foxy dengan mata memelas. "Foxy, tolonglah aku."

"Zack! Turunlah ke sini, jangan jadi anak cengeng!" seru Foxy kemudian.

Akhirnya, Zack terlihat turun dan mendekati mereka berdua. Chloe langsung menarik tangannya dan mendudukkannya di atas bangku kayu yang sudah keropos. Ia mengambil kotak P3K, menyeluarkan obat merah dan kapas, serta mulai mengobati luka Zack. Sementara Foxy, ia mulai membantu kawan-kawannya memperbaiki segalanya. Ia membersihkan area gedung tempat tinggal mereka, merapikan peralatan, dan menyelesaikan sisa pekerjaan yang ada. Setelah semuanya rampung, kemudian semua orang duduk membentuk lingkaran besar dengan beralaskan tikar. Foxy berdiri di tengah-tengah lingkaran, ia memandang satu per satu kawan-kawannya tanpa terkecuali. Mereka semua terlihat lelah dan lapar. Seharusnya, ini akan jadi acara makan siang. Namun, mereka sama sekali tak memiliki makanan untuk disantap.

"Aku benci mengatakan ini kepada kalian. Tapi, sayangnya kita akan sedikit menunda acara makan siang hari ini. Seperti yang sudah kita tahu, tadi pagi ada insiden kecil yang menyebabkan kerusuhan. Itu karena semua persediaan makanan kita habis untuk memberi makan para gelandangan. Chloe, apa kita masih memiliki stok bahan mentah?"

"Ada, tapi tidak banyak. Gudang kita hanya berisi ubi dan kentang, itu pun hanya cukup untuk dimakan selama dua hari."

"Kira-kira, apakah kalian keberatan jika hari ini kita hanya makan ubi rebus?"

Secara serentak, semua orang menjawab tidak keberatan. Alih-alih bersedih, mereka semua malah tersenyum dan saling melontarkan lelucon. Hal itu membuat hati Foxy tersentuh, matanya hampir saja berkaca-kaca saat itu.

"Baiklah kalau begitu. Kita akan memasak ubi rebus. Segera siapkan perapian dan keluarkan separuh persediaan ubi kita dari gudang penyimpanan."

Semua orang pun mulai kembali bekerja. Foxy memimpin beberapa orang untuk mengambil persediaan. Setelah itu, ia memberikan ubinya kepada Chloe dan gadis-gadis lain untuk dibersihkan. Sementara Zack tengah sibuk menyiapkan panci, air, dan juga menyalakan perapian. Semua bekerja saling bahu membahu, tidak ada satu pun dari mereka yang malas atau menganggur. Inilah yang menjadi semangat Foxy untuk terus mempertahankan kelompok kecilnya ini, walau ia tahu resiko besar tengah menunggunya di masa depan.

***

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan membaca dengan serius.

Eirene_Aether_5671creators' thoughts