webnovel

EP. 068 - Mustahil

Sementara itu di lubang rumah Pen, anak buah Carl mulai memindahkan batu andesit. Setelah semua batu andesit digeser. Mereka membuka kayu penutup lubang basemen rumah Pen. Seseorang dari mereka mengulurkan tali ke dalam lubang dan mengikatkan ujung tali luar ke batu andesit.

"Kita masuk sekarang!" kata seorang anak buah Carl di reruntuhan rumah Pen.

Seseorang berpakaian hitam meluncur dengan tali ke dalam basemen. Temannya juga ikut meluncur ke bawah satu persatu. Sekarang 5 anak buah Carl sudah turun ke basemen. Mereka lanjut berjalan ke arah pos satu meninggalkan tali mereka.

Tak butuh waktu lama, rombongan anak buah Carl sudah tiba di pos satu. Ternyata pos satu sangat sepi. Yang ada di sana hanyalah gua kosong yang dipenuhi stalaktit dan stalagmit.

"Bos, lihatlah ini", ucap seseorang yang memegang obor.

Obor itu menerangi area bebatuan. Seseorang yang terlihat paling tua mendekat. Dia juga membawa obor dan mengarahkan obor nya ke bebatuan yang ditunjuk. Ternyata di bebatuan itu ada banyak jejak kaki. Pria tua itu berjalan dengan obor nya mengikuti arah jejak kaki tersebut. Jejak kaki ini menuju ke arah gua yang lebih dalam.

"Ayo, kita cari mereka ke dalam!" perintah pria tua.

Di terusan Gervas, beberapa pria berpakaian ninja juga memasuki gua. Mereka sekarang berjalan menuju simpang empat. Arah yang sama dengan yang dituju oleh rombongan Araukaria.

Tim Araukaria dan anak buah Carl semakin dekat, semakin dekat. Sekarang, jarak mereka berdua tinggal 500 m. Salah satu dari mereka hanya perlu untuk berbelok untuk bertemu.

"Pen! Ghazi! Tetaplah di belakang. Kau baru boleh maju saat kami berhasil mengalahkan beberapa musuh!" pesan Jenderal Calvin.

Jenderal Calvin dan beberapa orang yang didepan mulai bersiaga dan mengacungkan pedangnya. Semakin lama, semakin dekat. Tim Araukaria dan anak buah Carl sudah mendekati belokan. 3, 2, 1, tim Araukaria belok dan taraaa…! Mereka langsung bertemu dengan anak buah Carl.

Tim Araukaria langsung menyerang anak buah Carl dengan pedang yang mereka bawa. Ada sekitar 12 orang anak buah Carl yang harus mereka lawan. Suara dentingan nyaring dari pedang besi bergema di dalam gua itu. Kini gua sudah tidak sunyi lagi.

Jenderal Calvin yang berada di bagian paling depan langsung berhadapan dengan 7 orang. Semakin banyak, semakin baik. Ya, benar. Semakin banyak prajurit yang berfokus padanya itu berarti semakin lebar jalan kabur Pen dan Ghazi.

Tidak ada strategi khusus dari Jenderal Calvin di dalam gua ini. Yang dilakukan Jenderal Calvin hanyalah menggunakan pedangnya untuk melukai anggota badan lawannya secepatnya hingga tak sadarkan diri. Tidak perlu membunuh, musuh bisa pingsan selama 3 hari saja itu sudah lebih dari cukup.

Menangkis, memotong, menebas, menusuk, dan menyayat, itulah yang dilakukan tim Araukaria. Anak buah Carl cukup kuat, hampir tak ada celah untuk dilewati Pen dan Ghazi. Pertarungan berlangsung sangat alot. Pen yang tidak tahu apapun tentang bela diri dan belum pernah memegang pedang seumur hidup, kini dia ikut melawan anak buah Carl dengan tongkat bersama tim Araukaria.

Keadaan berubah saat Jenderal Calvin berhasil menusukkan pedang ke rusuk samping kanan pemimpin pasukan Carl di sana. Ketua pasukan Carl langsung tumbang. Hal itu membuat anak buah Carl yang lain kehilangan fokus. Saat inilah, Jenderal Calvin berbalik pada Pen dan Ghazi.

"Keluarlah sekarang! Cepat!" ucap Jenderal Calvin.

Pen dan Ghazi langsung maju. Ghazi berada di bagian paling depan. Dia berusaha menebas anak buah Carl yang menghalanginya. Ternyata serangan tidak hanya datang pada Ghazi. Pen yang hanya membawa tongkat di belakang juga turut di serang. Dia harus berjalan mundur dan membelakangi Ghazi agar selamat. Pen menggunakan tongkat kayunya untuk menangkis serangan pedang. Pedang lebih tajam dari tongkat. Alhasil, tongkat Pen terpotong kecil-kecil.

Untungnya Ezra maju tepat waktu. Dia menusuk seorang pernyerang Pen dari belakang. Penyerang itu langsung tumbang tepat sebelum menebaskan pedang pada Pen yang kehabisan tongkat.

"Larilah! Aku menjaga kalian dari belakang!" teriak Ezra.

Dengan bantuan semua rekan-rekannya, akhirnya Pen dan Ghazi berhasil kabur membawa barang bukti dengan selamat. Mereka terus berlari untuk langsung pulang ke Kerajaan Tirtanu. Sementara Ezra, Jenderal Calvin, dan rekan-rekannya terus berjuang memenangkan duel.

Tim Araukaria sudah mulai kelelahan. Apesnya, saat tenaga mereka hampir habis, muncul pasukan lainnya dari arah rumah Pen. Tim Araukaria terkepung dari arah depan dan belakang. Tidak ada jalan keluar lagi selain menghabisi semua anak buah Carl yang menghadang mereka.

"Anak-anak! Tetaplah hidup. Jaga kulit kalian agar tetap utuh. Jangan sampai kulit kalian tergores sedikitpun!" ucap Jenderal Calvin untuk menyemangati timnya.

"SRIIINGG!!! BRUAAAKKK!!!"

Pedang Hoshi terlempar. Dalam sekejap, lawan Hoshi langsung memukulinya dan melemparnya ke dinding gua. Untungnya, Hoshi terlempar di bagian tanah berpasir dengan bongkahan tanah. Sakit? Sudah pasti. Hoshi terus melawan musuhnya sekuat tenaga sambil berbaring. Dia menghindar, menangkis, memukul, menangkis lagi, menghindar lagi, dan hal ini terus berulang-ulang.

Serangan musuh pada Hoshi yang sedang berbaring, membuatnya berpikir cepat untuk bertahan dan menyerang. Dia mengambil bongkahan tanah keras yang besar dari belakangnya. Hoshi melemparkan bongkahan itu tepat di kepala musuhnya. Apa yang terjadi? Ternyata serangan Hoshi tidak mempan. Lemparan Hoshi berhasil mengenai kepala musuhnya tapi musuhnya masih bisa berdiri.

Hoshi terus menerus mengambil batu-batu yang ada di belakangnya. Dia tidak peduli ukuran batunya kecil atau besar. Semakin banyak batu yang diambil Hoshi, semakin banyak pasir dan tanah yang terkikis. Tanah dan batu pada dinding gua terus terkikis dan terkikis. Dhafi melihat peristiwa itu.

"HOSHI, DIBELAKANG MU!" teriak Dhafi sambil menangkis serangan pedang dari beberapa orang.

Hoshi melihat ke belakang, ternyata ada lubang kecil yang berdiameter sekitar 20 cm di belakangnya. Setelah melihat itu, Hoshi semakin bersemangat untuk membongkar batu dipinggir lubang agar lubang semakin lebar. Hoshi menggunakan batu untuk menyerang hingga lawannya lengah. Saat lengah, Hoshi segera mengambil pedangnya. Dengan pedang di tangan kanannya dan batu di tangan kirinya, Hoshi terus menyerang musuh tanpa ampun sebanyak-banyaknya.

"JENDERAL CALVIN, DI SINIII… !!!" teriak Hoshi.

Jenderal Calvin melihat lubang di belakang Hoshi. Ternyata lubang di belakang Hoshi telah terbuka selebar 50 cm. Jenderal Calvin mulai menghitung jumlah timnya dan jumlah musuhnya. Ternyata tim Araukaria berhasil menumbangkan 11 orang. Namun, ini saja tidak cukup. Anak buah Carl yang datang terus bertambah. Sekarang mereka masih melawan 14 orang.

"KITA MUNDUR… KITA MUNDUR SEKARANG… KITA MUNDUR KE ARAH HOSHI. HOSHI, MAJULAH DULU!" teriak Jenderal Calvin.

Segera, Hoshi melemparkan barang bawaannya ke dalam lubang. Saat semua selesai, Hoshi langsung masuk ke dalam lubang. Dia berusaha masuk secepatnya walaupun lubangnya sempit.

Ternyata ruangan di balik lubang yang dibuat Hoshi sangat luas dan masih muat digunakan untuk berdiri. Kemudian, Ren menyusul Hoshi. Dhafi, Darsh, Ezra, dan Jiru ikut menyusul mereka. Jenderal Calvin menjadi orang yang terakhir masuk.

Sebelum masuk jauh lebih dalam, Jenderal Calvin mengambil tongkat yang dia bawa. Saat orang yang mengejarnya berhasil ditusuk, dia langsung memukul dinding atas lubang gua agar runtuh dan menutup jalan. Jenderal Calvin memukulnya berkali-kali. Karena kasihan, Jiru yang berada paling belakang segera mengambil tongkat lain dan membantu Jenderal Calvin meruntuhkan dinding gua bagian atas.

Anggota Araukaria lainnya ikut membantu Jenderal Calvin menutup lubang. Tak berselang lama, suara gemuruh terdengar, tanah mulai bergetar.

"SEMUANYA MUNDUR…!!!" teriak Jenderal Calvin.

Tim Araukaria segera bergegas membawa barang bawaannya dan berlari menjauh dari lubang. Jenderal Calvin juga ikut berlari. Mereka terus menjauh dari lubang dengan sempoyongan. Mereka terus berjalan walau tanah dibawah mereka bergetar.

"GLUDUK… DUK… DUK… DUK… DUK… " plafon tanah di atas gua langsung runtuh. Batu, pasih, dan bongkahan tanah langsung ambruk dan menutup lubang. Untungnya. Reruntuhan itu hanya turun di sekitar lubang yang tadi mereka lewati. Lubang 50 cm itu, kini sudah tertutup total. Setelah lubang tertutup, getaran tanah berhenti. Tim Araukaria diam membeku di dalam lubang gua itu.