webnovel

EP. 055 - Datang

Eldamanu, Tahun 1350

"Mau jual atau beli?", tanya perempuan itu.

"Saya sedang amnesia. Jadi tidak tahu mana mimpi dan mana yang masa lalu. Saya ingin mengetahui masa lalu yang terlupakan", kata Grizelle.

"Bisa. Tapi tidak gratis", balas ibu penjual mimpi.

Grizelle meraba dan menerogoh isi sakunya. Dia segera mengeluarkan semua yang ada di sakunya. Semua itu dia letakkan ke atas meja.

"Ini semua uang yang saya miliki hari ini", kata Grizelle.

"Semua ini masih belum cukup!", ucap Ibu penjual.

Grizelle kaget. Dia langsung mengangkat kepalanya dan menatap ibu penjual seakan tak percaya. Grizelle hanya bisa diam dengan mata melotot.

"Ada mimpi yang bisa dijual?" tanya ibu penjual.

"Tidak ada. Untuk saat ini, semua mimpi berharga. Semua mimpi bisa menjadi petunjuk tentang siapa diri saya yang sebenarnya", jawab Grizelle.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Pintu keluar ada di sebelah sana", kata ibu penjual mimpi sambil menunjuk pintu.

"Ok!" jawab Grizelle.

Grizelle segera mengambil semua uangnya yang diletakkan di atas meja dengan cepat. Lalu, dia berdiri dan berbalik menuju pintu.

"ADA MIMPIMU YANG AKU INGINKAN!" teriak ibu penjual mimpi tepat sebelum Grizelle keluar.

Grizelle berhenti dan menoleh ke belakang sedikit.

"Aku ingin membeli mimpimu yang berjalan dengan tangan diikat di belakang pasukan berseragam biru. Itu mimpi burukmu, kan?", kata ibu penjual mimpi.

"Walaupun itu buruk. Saya tetap harus menerimanya dengan ikhlas. Mimpi itu juga mungkin salah satu bagian terpenting dalam diriku. Saya pamit dulu!" kata Grizelle.

Grizelle mengabaikan ibu penjual mimpi yang ada di belakangnya. Grizelle sempat goyah karena mimpi yang diminta ibu itu terkesan tidak terlalu penting. Jika itu mimpi itu dijual dan ditukar dengan informasi tentang masa lalu, itu akan menjadi keuntungan bagi Grizelle. Namun, Grizelle tetap menolaknya di akhir lalu dia pulang.

Grizelle tiba di rumah Bu Eila. Dia mengintip kamar Bu Eila yang tidak menggunakan pintu namun hanya tertutup selambu. Ternyata Bu Eila sudah tertidur. Grizelle melepaskan selambu dan berjalan menuju kamarnya. Begitu masuk, dilangsung melemparkan seluruh tubuhnya ke kasur. Grizelle menghela napas panjang. Rasanya nyaman saat meluruskan punggung di atas kasur.

"Aku ingin semua ingatanku kembali! Tapi bagaimana caranya? Apalagi yang harus aku lakukan?" ucap Grizelle.

Malam sudah berganti pagi. Grizelle membantu Bu Eila untuk menyiapkan makanan di depan rumah. Bu Eila sibuk memotong sayuran sedangkan Grizelle memasukkannya ke dalam wadah.

"Bagaimana kemarin?" tanya Bu Eila.

"Tidak jadi. Uangnya kurang. Ada tempat lain untuk memeriksa masa lalu?", jawab Grizelle.

"Tidak ada lagi di sini. Hanya tempat itu satu-satunya tempat untuk mengorek masa lalu dengan mimpi. Warga desa lain saja, datangnya ke situ. Mungkin trmpat itu menjadi tempat satu-satunya di Eldamanu", Bu Eila.

"Baiklah", balas Grizelle pasrah.

Bekerja di siang hari dan tidur di malam hari. Itulah yang dilaksanakan Grizelle setiap hari. Tidak ada hal yang baru bagi Grizelle. Semuanya sama, semuanya membuat Grizelle bosan. Hingga akhirnya, Grizelle membuat sebuah keputusan besar di suatu malam.

"Saya ingin ambil cuti", kata Grizelle.

"Cuti?", tanya Bu Eila memastikan.

"Iya, cuti. Saya ingin tahu, siapa sebenarnya diriku dan apa yang harus ku lakukan sekarang", kata Grizelle.

"Baiklah. Semoga semuanya berjalan lancar. Aku selalu mendukungmu", ucap Bu Eila.

Grizelle berangkat di pagi hari tepat sebelum kedai Bu Eila buka. Entah kemana arah yang dia tuju. Dia menggendong sebuah buntalan kain. Sepertinya dia akan pergi jauh. Grizelle terus berjalan dan berjalan. Banyak kereta kuda, tandu, dan orang-orang yang berjalan melewatinya. Grizelle memandangi bangunan yang dia lewati satu persatu. Terkadang dia melewati jalan yang sama berkali-kali.

Lelah mulai menghampiri Grizelle. Dia pergi menuju sebuah pelabuhan Eldamanu. Pelabuhan yang dia datangi pertama kali. Tidak ada hal spesifik yang Grizelle lakukan. Dia hanya duduk diam di bawah pohon dan mengamati warga yang beraktivitas.

"Ikutlah denganku!" tiba-tiba Grizelle mendengar suara.

Suara itu terdengar dekat di telinga Grizelle. Grizelle tahu ada banyak orang yang berlalu lalang di pelabuhan. Dia mengabaikan suara itu.

"Kau wanita yang berbaju hijau. Ikutlah denganku!" suara itu muncul lagi.

Grizelle menunduk, melihat bajunya. Ternyata dia berbaju hijau. Tiba-tiba sebuah bayangan hitam menimpa dirinya yang sedang duduk. Karena bayangan itu, matahari jadi tidak seterik dan sesilau sebelumnya. Bayangan itu muncul dari kanan Grizelle. Grizelle menoleh ke kanan. Dia melihat sepasang kaki perempuan. Dia memandanginya dari kaki ke lutut, ke atas, lalu ke atasnya lagi, dan akhirnya terlihat wajah seorang wanita. Wanita itu adalah ibu penjual mimpi.

"Namamu Grizelle kan? Ikutlah denganku. Akan ku tunjukkkan sesuatu", kata ibu penjual mimpi.

Grizelle berdiri. Begitu dia berdiri, ibu penjual mimpi langsung menariknya dan berjalan. Semuanya terasa begitu cepat bagi Grizelle. Awalnya, ibu itu hanya berjalan cepat. Tapi lama kelamaan, ibu itu tiba-tiba berlari. Grizelle yang tangannya ditarik ibu itu, mau tidak mau harus menyesuaikan langkahnya.

Tiba-tiba hujan turun. Jika hujan turun, itu pertanda bahwa musim panas telah berakhir. Air hujan membasahi Grizelle dan ibu penjual mimpi. Tapi ibu penjual mimpi terus berlari. Menerobos hujan. Menerobos keramain.

"Cepatlah! Ada seseorang yang harus kau temui", kata ibu itu pada Grizelle.

Akhirnya, setelah berlarian cukup lama. Grizelle dan ibu penjual mimpi sampai jalan utama. Artinya mereka sudah keluar dari kawasan pelabuhan. Di sana sudah ada seekor kuda coklat menunggu. Ibu itu langsung menaikkan Grizelle ke atas kuda. Setelah Grizelle naik, baru ibu itu menyusul naik di atasnya. Ibu itu segera menarik tali kekang kuda dan mereka pergi. Semakin lama, mereka semakin jauh, semakin mengecil, lalu tak terlihat lagi.

Grizelle dan penjual mimpi pergi menuju suatu tempat. Entah tempat apa itu. Mereka melewati hutan, melewati pantai, melewati pemukiman penduduk, lalu melewati sawah. Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah gerbang tinggi. Pintu gerbang itu terbuat dari kayu yang sangat besar dan tebal. Pagarnya terbuat dari batu.

Tidak ada orang yang berjaga di depan gerbang. Di tempat itu, kuda berhenti. Tak berselang lama, pintu gerbang tiba-tiba terbuka sendiri, seakan pintu itu tahu jika ada orang yang menunggu di depannya. Lantas, ibu penjual mimpi dan Grizelle langsung memasuki pintu gerbang itu. Tampak sebuah bangunan besar dan merah di depannya.

Bangunan itu tampak seperti sebuah istana. Di ukir dengan batu berkualitas tinggi, sangat besar, dan sangat tinggi. Grizelle dan ibu penjual mimpi terus memacu kudanya mendekati bangunan itu. Di depan bangunan, sudah ada beberapa orang yang menunggu. Ada seseorang perempuan berpakaian jubah bunga yang mewah. Di belakangnya, berbaris beberapa gadis muda yang cantik dengan pakaian polos warna kuning yang sederhana.

Begitu tiba di depan perempuan berjubah bunga, ibu penjual mimpi langsung turun. Dia juga meminta Grizelle untuk turun dari kuda.

"Aku sudah membawa seseorang yang anda cari", ucap ibu penjual mimpi.

"Baiklah, kita langsung masuk ke dalam!" kata perempuan berbaju bunga yang usianya sekitar 40 tahunan.

Grizelle kaget. Dia tidak paham dengan apa yang terjadi. Perempuan berjubah bunga berbalik dan berjalan memasuki bangunan mewah itu. Para gadis dibelakangnya mengikutinya. Melihat Grizelle yang tetap diam, ibu penjual mimpi langsung mendorong punggungnya pelan. Meminta Grizelle untuk berjalan mengikuti perempuan itu. Grizelle akhirnya berjalan dengan terpaksa. Mereka semua masuk ke dalam bangunan itu.