webnovel

Forgive: Got You Back

Tujuh tahun lamanya Emily memutuskan pergi dari mansion mewah milik keluarga Sky, meninggalkan semua kenangan manis maupun pahit disana. Emily meninggalkan semuanya bersama dengan patahan hatinya, hanya luka yang ia bawa pergi. tapi laki-laki itu masih sama, berkuasa dan masih begitu mengagumkan. "Aku datang untuk membawamu kembali!" hanya senyuman sinis yang emily berikan untuknya saat itu.

cha_kyla · Urban
Not enough ratings
119 Chs

Try To Talking

Davied memarkirkan mobilnya tepat di depan toko bunga milik istrinya. Bidadari cantiknya sedang tersenyum sambil merangkai bunga lily. Oh tuhan, bagaimana bisa davied tidak menyadari bagaimana cantiknya senyuman emily begitu lama. Tatapannya yang cerah dan penuh kasih sayang, sentuhan tangannya yang lebut dan hati-hati. Emily bisa membuat pria manapun berlutut untuk memilikinya, tapi davied malah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan padanya. Tapi tidak lagi, davied pasti akan membawa istri dan anaknya untuk kembali pulang.

"untuk apa berada di dekat pintu, masuklah!" emily meletakkan rangkaian bunga lily yang baru ia buat sebelum berbalik dan menatap manik kelam milik davied "anda mau membeli bunga?"

Davied tersentak dengan cara emily memanggilnya. Davied merindukan panggilan yang dulu sering emily ucapkan, wanitanya selalu memanggil namanya dengan riang dan penuh sayang. Davied kehilangan segalanya, davied kehilangan segalanya karena kebodohannya. Emily, haruskah davied untuk berlutut padamu baru mau memaafkan davied. Tidak masalah kalau emily memintanya. Davied akan melakukannya. Apa saja, asal tidak melepaskan emily. Apa saja, asal emily mau kembali padanya.

"anda mau memesan bunga apa?" tanya emily sekali lagi "tuan davied dawson sky, kalau anda tidak mau membeli bunga, anda bisa pegi dari sini!" emily tidak mempedulikan davied, si cantik itu malah mengambil beberapa tangkai bunga lily untuk ia rangkai menjadi sebuket bunga lily, emily memiki banyak pesanan bunga lily untuk nanti malam.

Davied masih terdiam untuk beberapa saat sebelum ia membuka mulutnya untuk berbicara "Daniel Davied Sky, kau membuatnya sangat jelas untukku emily. Aku tau aku bersalah dan sangat tidak berhak atas daniel, tapi terimakasih untuk menyematkan namaku pada anak kita!" davied menundukkan kepalanya, ia takut untuk melihat bagaimana reaksi emily padanya saat ini.

"aku hanya melakukan apa yang seharusnya!"

Davied menengadahkan kepalanya, melihat emily yang saat ini memunggunginya "emily, bisakah kau maafkan aku, berikan aku kesempatan kedua. Emily, aku akan melakukan apapun yang kau mau, aku akan memberikan apapun yang kau minta. Kau boleh memukulku atau melakukan apa saja padaku, kumohon emily!"

"aku sudah memaafkanmu, jadi sekarang pergilah!"

Davied tersenyum masam, emily bahkan tidak berniat untuk berbalik dan melihatnya. Apa yang harus davied lakukan, walaupun emily mengatakan kalau dia sudah memaafkan davied, tapi dari segimanapun davied melihat, istrinya itu masih belum memaafkannya. Rasanya hati davied sangat sakit, sangat menyakitkan.

Saat emily berbalik, si cantik itu hanya melewati davied dan menuju ke tempat ia meletakkan bunga lily yang sangat banyak. Malam ini ada pesanan khusus, emily benar-benar sibuk. Sejujurnya, emily tidak punya waktu untuk meladeni seorang laki-laki bernama davied yang saat ini masih menyandang status sebagai suaminya. Tapi emily harus bagaimana, mengusir davied dan membuat keributan malah akan memperburuk dan memperlambat pekerjaan emily.

"Emily!"

Davied memeluk emily dari belakang, ia sangat merindukan istrinya sudah sejak tujuh tahun yang lalu. Sekarang istrinya ada di pelukannya, tapi istrinya seakan bukan miliknya lagi. Semuanya berubah dan itu semua adalah salah davied yang sudah menghancurkan segalanya. Davied kacau, penyesalannya tak berarti apa-apa untuk istrinya yang sekarang selalu memalingkan muka darinya.

Hati wanita itu seperti kaca, begitu rapuh dan mudah pecah. Ia akan memantulkan cahayamu sebagai lelakinya, dia akan menunjukkan bagaimana perasaannya dengan mudah padamu, dia percaya padamu. Sekali kaca itu retak, maka gambarnya tak akan pernah sama lagi, sekali kaca itu hancur, maka semuanya berakhir. Walaupun davied berusaha menata kembali kaca yang pecah, pantulan cahayanya tidak akan pernah sama lagi.

Emily melepaskan pelukan davied dengan mudah, dia masih melanjutkan pekerjaannya seakan davied tidak pernah melakukan apapun beberapa saat yang lalu. Disisi lain, davied hanya bisa terdiam dan kembali menyesali perbuatannya.

"aku memiliki banyak pesanan hari ini, jadi cepat selesaikan semua yang mau kau katakan dan aku akan mendengarkannya dengan baik. Setelah itu, kau bisa pergi dari sini!" emily membawa bunga lily yang cukup banyak di tangannya "aku sudah memberikanmu kesempatan untuk berbicara, jadi silahkan berbicara sebanyak yang kau mau!" emily kembali mengabaikan davied setelahnya, dia terus melakukan pekerjaannya.

Davied kembali duduk di tempat tadi, dia terdiam cukup lama untuk memikirkan bagaimana ia harus meyakinkan emily untuk memberinya kesempatan kedua. Davied bingung, bagaimana cara menjelaskan kalau sekarang hatinya tidak akan pernah terbagi lagi, hatinya akan selalu menjadi milik emily. Betapa bodohnya dia dulu, menelantarkan istrinya dan bermain wanita di sana-sini. Davied sangat bodoh, ia sangat tidak becus menjadi seorang suami.

"kau tau, Sky punya banyak proyek dan aku semakin sibuk. Aku punya sangat banyak uang sampai aku tidak tau mau aku apakan lagi. Alasannya, tentu saja aku gila kerja untuk mengalihkan rasa rinduku padamu!"

Emily membeku, sungguh hal yang tidak dapat dibayangkan oleh emily kalau suaminya akan merindukannya seperti ini. Bagi emily, davied tidak lebih hanya sekedar masa lalu yang ingin ia tutup dengan rapat agar rasa sakitnya tidak muncul ke permukaan, biarlah tenggelam didalam sana. SKY, perusahaan raksasa multinasional itu berkembang sangat pesat beberapa tahun belakangan, emily sudah sering mendengar beritanya.

"emily, tidak bisakah kita memulainya dari awal, aku ingin menebus semua kesalahanku dengan membahagiakanmu emily!" davied benar-benar putus asa, dia tidak tau harus melakukan apa lagi setelah ini "emily tolong, berikan aku kesempatan kedua!"

Emily terkekeh geli mendengar perkataan davied "kesempatan kedua? Apa setelahnya kau akan meminta kesempatan ketiga?" emily memandang davied dengan tatapan sinis, hal yang tidak pernah ia lakukan tujuh tahun yang lalu karena netra indahnya selalu menatap suaminya itu dengan penuh cinta "kalian laki-laki selalu seperti ini, kalian meminta kesempatan kedua kemudian kalian akan meminta lebih dari itu!"

Emily menjeda kalimatnya sebentar

"aku membenci kesempatan kedua, dan aku lebih membenci kesempatan ketiga. Kalau ada kesempatan kedua, itu berarti kesempatan pertama telah di sia-siakan. Kalau ada kesempatan lainnya, maka kesempatan sebelumnya pasti sudah di sia-siakan. Kemana kau selama ini? Bersembunyi di balik selangkangan jalangmu?"

Emily menghela nafas kasar, ia menahan tangisnya.

"berhari-hari kau menyiksaku aku masih bisa menahannya, tapi kau tetap tidak mau mendengarkan apapun. Kau mengurungku, aku diperlakukan bahkan lebih parah dari seorang tahanan. Lalu dimana kau saat aku merasa kesakitan? Ah benar, kau mengabaikanku dan hampir membunuhku disaat aku mengandung anakmu di rahimku. Sekarang kau datang, lalu apa?" emily tersenyum sinis, menatap seseorang yang sudah ia anggap sebagai mantan suaminya itu dengan tatapan marah "kau ingin aku memberimu kesempatan kedua? Lalu apa yang aku dapatkan setelahnya, rasa sakit yang sama, atau perebutan hak asuh anak?"