29 First fighting

Tubuh Elena membeku mendengar suara bentakan yang sangat keras itu, kepalanya pun semakin tertunduk dalam karena takut dan merasa bersalah.

"Tahan dirimu, Areez."

Areez mengeraskan rahangnya. "Mana mungkin aku bisa diam, Aldrich. Perempuan ini sudah mengotori pakaianku."

"Dia tidak sengaja, lagipula pakaianmu juga tidak kotor."

Areez langsung menoleh ke arah Aldrich dengan cepat. "Kotoran yang dia bawa memang tidak terlihat, tapi bagaimana dengan kuman dan virus yang dia bawa? Kita tidak tahu dari mana asal perempuan ini, Aldrich," ucap Areez ketus seraya melepaskan jas mahal yang membalut tubuhnya dan melemparnya begitu saja di lantai.

Melihat pria yang ada di hadapannya melemparkan jas yang tepat di depan wajahnya, tubuh Elena semakin bergetar hebat. Sekilas Elena melihat merk jas itu dan jantungnya langsung berdetak kencang, merk jas yang berada di lantai itu berasal dari salah satu desainer ternama di Paris yang harganya setara dengan jumlah modal toko kue kedua orang tuanya untuk satu minggu. Gila.

"M-maaf Sir, saya benar-benar tidak sengaja." Memberanikan diri, Elena mengucapkan permintaan maafnya kembali dengan tulus.

"Jangan bicara, aku tak mau mendengar suaramu!" bentak Areez keras. "Sebelum aku berubah pikiran, lebih baik kau segera pergi dari hadapanku."

Kedua mata Elena terasa panas, perkataan lelaki asing yang tengah berdiri dihadapannya benar-benar kasar. Air mata yang sudah Elena tahan sejak tadi pun akhirnya mengalir deras membasahi wajahnya, dari tempatnya berdiri saat ini Elena bisa mendengar suara bisik-bisik pengunjung restoran lain yang berada didekatnya. Elena benar-benar dipermalukan didepan umum.

"Tidak mau pergi, ya?" gumam Areez pelan, tanpa rasa bersalah Areez langsung menyiramkan segelas wine yang baru dia ambil paksa dari pelayan yang kebetulan melintas di dekatnya di kepala Elena.

Elana yang tidak menyangka akan disiram oleh minuman keras nampak sangat shock, beberapa wanita yang berada di dekat Elena bahkan sampai memekik cukup keras saat melihat Elena disiram. Namun hal itu tidak berpengaruh pada Areez, Areez terlihat tenang dan tidak merasa bersalah. Tidak terlihat sedikitpun rasa penyesalan di dalam diri Areez setelah mempermalukan seorang perempuan yang terlihat tidak berdaya itu, di mata Areez apa yang dilakukan Elena adalah kesalahan besar. Dalam kamus hidup Areez, hanya Suri satu-satunya perempuan yang boleh menyentuhnya. Karena itu Areez sangat marah ketika ada seorang gadis asing menabraknya.

Mendengar suara yang sangat berisik tidak jauh darinya membuat mood Christian menikmati wine hilang dan Kainer berhasil membaca perubahan mood Christian.

"Saya akan memeriksanya, Tuan," ucap Kainer pelan.

"Ok."

Setelah mendapatkan izin, Kainer pun bergegas pergi meninggalkan Christian menuju kerumunan orang yang tidak jauh dari tempatnya duduk bersama sang tuan. Begitu mengetahui apa yang menjadi sumber keributan, kedua mata Kainer membeliak lebar. Dia tidak percaya melihat pemandangan yang terjadi tepat di depan matanya. Kainer yang tidak mau salah bertindak kemudian bertanya pada salah satu pelayan yang berdiri di sampingnya.

Kedua mata Kainer menyipit saat mendengar jawaban pelayan itu, pandangannya pun kembali tertuju pada Elena yang terlihat sangat menyedihkan. Karena tidak tega melihat keadaan Elena yang menjadi tontonan banyak orang, Kainer pun bergegas kembali pada Christian. Tanpa mengurangi atau menambahkan apapun, Kainer menceritakan apa yang baru saja dia ketahui.

"Seorang pria menyiram Elena hanya karena Elena tidak sengaja menabraknya? Pria macam apa yang bisa melakukan hal serendah itu?"

Belum sempat Kainer menjawab, secara mengejutkan Christian bangkit dari kursinya dan bergegas pergi menuju kerumunan itu menyusul Elena. Dari tempatnya berdiri, Kainer bisa melihat kalau Christian berjalan sembari melepaskan kancing jas yang dipakainya. Namun karena Christian menghilang dibalik kerumunan, Kainer tidak bisa melihat lagi apa yang dilakukan sang tuan.

Begitu melihat kondisi Elena yang kacau, tanpa berpikir dua kali Christian segera melepaskan jas dipakainya dan langsung menutupi kepala basah Elena menggunakan jas mahalnya. Elena yang sedang tertunduk dalam tangis sedikit berjingkat saat ada jas yang melingkupinya, dia sangat terkejut ketika ada orang yang menolongnya.

Areez yang tidak menyangka akan ada yang menolong perempuan yang sedang dipermalukannya terlihat sangat marah, tatapan membunuhnya keluar tertuju pada Christian yang masih berdiri disamping Elena.

"Minta maaf pada sekretarisku," ucap Christian lantang secara tiba-tiba.

Bukan hanya Areez, Elena yang masih sangat shock itu terkejut saat mendengar suara yang cukup dihafalnya. Karena merasa tidak yakin, perlahan Elena mengangkat kepalanya mencoba memastikan siapa sang empunya suara yang baru saja bicara. Elena tidak yakin jika seorang Christian Clarke yang sombong itu mau menolongnya.

Areez tersenyum dingin. "Oh jadi perempuan ini seorang sekretaris, tapi kenapa sikapnya tidak mencerminkan seorang sekretaris? Sangat ceroboh."

"Jaga ucapanmu, kau tidak berhak menilai sekretarisku," sahut Christian ketus. "Lagipula seandainya memang sekretarisku bersalah, kau tidak punya hak untuk mempermalukannya di depan umum seperti ini. Kau seorang laki-laki, bukan?"

Senyum Areez menghilang, perkataan Christian begitu menusuk jantungnya. Selama ini belum pernah ada orang yang berani bicara seperti itu kepadanya.

"Kecuali kau juga seorang perempuan maka aku tidak akan mempermasalahkannya, karena setahuku yang biasa menggunakan air saat bertengkar adalah perempuan," imbuh Christian kembali, memprovokasi Areez yang sudah terpancing.

Kainer yang sudah berdiri tidak jauh dari Christian tertawa mendengar perkataan tuannya, beberapa orang lainnya pun juga ikut tertawa, mengikuti jejak Kainer. Ditertawakan banyak orang membuat wajah Areez semakin gelap, kedua matanya memerah menatap penuh kebencian pada Christian.

Merasa menang, Christian lantas melingkarkan tangannya ke pundak Elena. "Ayo pergi dari tempat ini, melawan orang yang tidak sepadan denganku membuatku malu."

Jemari Areez mengepal sementara matanya berkilat penuh kemarahan mendengar perkataan Christian, kalau saja Aldrich tidak menahannya mungkin saja satu tinjunya saat ini sudah melayang menghantam wajah tampan pria bermata biru yang wajahnya tidak asing untuknya. Aldrich yang merasa jika Areez sudah banyak berbuat kesalahan malam ini berusaha untuk menahan emosi sahabatnya agar tidak menimbulkan kekacauan yang lebih besar lagi.

Melihat Areez ditahan oleh Aldrich, bibir Christian menipis. Tak mau membuat Elena berlama-lama menjadi bahan tontonan, Christian lantas mengajak Elena pergi meninggalkan restoran disusul Kainer yang memberikan senyum mengejeknya pada Areez.

Areez yang tidak bisa bergerak bebas hanya bisa menggeram penuh emosi saat melihat apa yang dilakukan Kainer, cengkraman tangan Aldrich terlalu kuat di tangannya.

"Stop, Areez. Cukup, jangan buat kekacauan lagi," ucap Aldrich pelan setengah berbisik. "Ayo pergi."

Areez mendengus kesal, tanpa bicara Areez lantas membalik tubuhnya dan bergegas pergi dari restoran meninggalkan Aldrich. Amarah Areez masih berkobar, ucapan Christian begitu mengena di dalam dadanya. Areez pun bersumpah akan membuat perhitungan dengan pria bermata biru yang tidak dikenalnya itu.

Bersambung

avataravatar
Next chapter