webnovel

Elena's best friend

"Kak Elena!" Clare menjeritkan nama Elena yang baru turun dari lantai dua.

Elena yang harus membantu kedua orang tuanya melayani para pembeli yang sedang mengantri hanya tersenyum kecil seraya mengangkat satu tangannya ke udara, memberikan kode pada Clare untuk sabar menunggunya datang. Jason yang paham dengan kesibukan Elena kemudian mengajak Clare bicara, mencoba untuk mengalihkan perhatian gadis kecil itu. Bibir Elena melengkung melihat apa yang sudah dilakukan Jason.

"Elena, bukankah hari ini seharusnya kau sudah mulai bekerja?"

Elena tersenyum. "Hari pertamaku di mulai besok, bu," jawabnya bohong.

"Oh begitu, ya sudah sekarang bantu ayahmu melayani pembeli," ucap nyonya Camila lembut.

Elena mengangguk cepat, setelah memakai sarung tangan yang sudah disiapkan Elena pun segera berdiri di samping ayahnya, melayani para pembeli yang sudah memberikan struk bukti pembayaran. Di jam makan siang seperti inilah toko kue keluarga Brown akan ramai, alasan utamanya tentu karena Elena sang putri pemilik toko. Senyum manis dan keramahan Elena-lah yang membuat para pembeli rela berdesakan di toko kue yang berukuran tidak terlalu besar itu.

Sebenarnya Elena sudah tahu dengan hal ini, dia pun juga merasa risih dan terganggu, namun karena tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya Elena membiarkan semuanya dan terus melakukan tugasnya. Prinsip Elena, selama mereka tidak menyentuhnya secara langsung maka dia masih bisa memakluminya. Lagipula telinga Elena sudah cukup kebal mendengar godaan dari pria-pria genit seperti para pelanggan toko kue keluarganya itu.

"Oh ada Elena, pantas saja toko jadi ramai," ucap Bianca, ibu Clare menggoda Elena. "Angkat tanganmu, Elena. Kue-kue ini masih panas baru keluar dari oven."

Elena yang paham langsung menyingkir dari depan etalase, memberikan ruang untuk Bianca mengisi etalase dengan puluhan kue lezat yang masih hangat.

"Terima kasih, Bianca."

Bianca mengangguk pelan, karena sudah selesai melakukan tugasnya Bianca pun kembali ke dapur tempat dimana dia dan suaminya George memanggang dan menghias kue yang sebelumnya sudah dibuat nyonya Camila, ibu Elena.

Setelah dua jam berlalu akhirnya toko kue kembali lenggang, rombongan pria-pria genit yang selalu datang saat makan siang akhirnya pergi. Elena yang sudah lelah kemudian meraih botol minum yang sudah disediakan ibunya di bawah meja etalase tempat dimana puluhan kue di pajang.

"Temani Jason, dia menunggumu, sayang," ucap nyonya Camila kembali.

Elena yang baru saja menenggak minumannya mengangguk pelan dan segera meninggalkan tempat kedua orang tuanya berada menuju meja dimana Jason masih bergurau dengan Clare.

"Sudah selesai?"

Elena mengangguk pelan. "Maaf membuatmu menunggu."

"Itu bukan masalah, Elena. Jangan dipikirkan, oh iya bagaimana dengan perusahaan yang sudah menerimamu? Clarke Enterprise perusahaan besar, kan?"

Elena menipiskan bibirnya. "Jangan tanya, Jason. Clarke Enterprise punya anak perusahaan yang tersebar di hampir seluruh benua yang ada di dunia ini, jadi kau bisa nilai sendiri sebesar apa perusahaan itu. "

Jason langsung mengangkat kedua tangannya ke udara. "Maaf aku tidak pandai dalam hal itu."

"Sudahlah jangan menggodaku terus, mana Red Velvet cake bagianku?"

Dengan kedua tangan mungilnya Clare mendorong piring kecil berisi potongan Red Velvet cake pada Elena. "Ini bagian kakak," jawabnya penuh semangat.

"Wow... terlihat lezat, terima kasih Clare."

Clare mengangguk cepat dan kembali mengisi mulutnya dengan potongan cake yang sudah berantakan diatas piringnya, melihat betapa lahapnya Clare makan membuat Elena tersenyum.

"Makan Elena, jangan hanya melihat Clare," ucap Jason pelan membuyarkan lamunan Elena.

Elena yang sebelumnya belum begitu lapar kemudian mulai menikmati kue yang sudah Jason bawa dengan senyum mengembang, kedua matanya langsung melebar sempurna saat merasakan betapa manisnya cake itu. Sebagai orang yang tidak terlalu mencintai manis, Elena langsung meletakkan garpunya di samping piring dan mengambil tisu untuk menyeka bibirnya dari sisa cream yang tertinggal.

"Terlalu manis, ya?" tebak Jason.

"Iya hehe...tapi ini enak, sungguh," jawab Elena cepat, berusaha untuk tidak membuat Jason tersinggung.

"Aku sudah menduga, soalnya toko cake tempat biasa aku membeli tadi tutup. Jadi aku membeli cake ini di toko lain," ucap Jason pelan memberikan penjelasan pada Elena kenapa cake yang dibawanya kali ini terasa sangat manis, sejak tahu Elena tidak terlalu menyukai makanan manis Jason selalu memesan pada toko cake langganannya untuk membuat yang berbeda untuk Elena.

"It's ok, setidaknya Clare sangat menyukainya."

Jason tersenyum. "Iya kau benar."

Elena mengulurkan tangannya ke arah Clare, membersihkan pipi Clare yang sudah dipenuhi cream berwarna pink menggunakan tisu.

"Elena."

"Hm.."

"Bisa bicara di taman?"

Elena langsung memalingkan wajahnya menatap Jason. "Taman?"

"Iya, ada hal serius yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Baiklah, aku akan berbicara pada Bianca terlebih dahulu kalau begitu."

Jason mengangguk memberikan izin pada Elena, melihat persetujuan Jason perlahan Elena bangkit dari kursinya dan berjalan menuju dapur untuk memberitahukan Bianca kalau dirinya akan meninggalkan Clare. Bianca yang paham pun langsung meminta Elena dan Jason untuk segera pergi, sebagai seorang yang mengenal Jason dengan baik Bianca mendukung penuh jika Elena menjadi kekasih Jason.

Setelah melepaskan apron yang masih terpasang ditubuhnya, Elena pun bergegas menuju pintu keluar menyusul Jason yang sudah berdiri tepat di depan pintu masuk menunggu Elena. Segera setelah Elena keluar, Jason lalu melangkahkan kakinya menuju taman yang berada tidak jauh dari toko kue milik keluarga Elena.

"Sepertinya ada hal penting yang akan aku dengar kali ini," ucap Elena pelan membuka percakapan begitu dirinya dan Jason duduk dikursi taman.

Alih-alih menjawab pertanyaan Elena, Jason justru mengangkat wajahnya ke atas menatap langit Luksemburg yang sedang sedikit mendung. "Aku mendapat promosi, Elena."

"Wow...itu kabar bagus! Aku ikut senang mendengarnya." Elena memekik kecil spontan.

Senyum lesu Jason mengembang. "Tapi aku bingung."

"Bingung? Kenapa harus bingung? Ini kesempatan besar, Jason. Kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali."

Jason tersenyum, perlahan dia memalingkan wajahnya ke arah Elena. "Aku bingung karena akan berjauhan denganmu nantinya."

"Maksudnya?"

"Aku akan dipindah ke kota Echternach, Elena," jawab Jason serak. "Di kota itu aku diangkat menjadi kepala pemadam di kantor pusat dan karena itu maka sudah bisa dipastikan kita akan menjadi jarang sekali bertemu, Elena. Mungkin satu bulan sekalipun aku tidak akan bisa menjamin kalau bisa..."

"AKu mendukungmu, Jason. Jangan sia-siakan kesempatan ini, kau harus ambil. Sebagai teman yang baik aku mendukungmu untuk mendapatkan karir yang lebih baik," ucap Elena dengan cepat memotong perkataan Jason.

"T-teman?"

Elena mengangguk. "No, bukan hanya teman. Tapi teman baik, kau adalah satu-satunya teman baik yang aku miliki di kota ini, Jason. Karena itu aku akan menjadi support system terbaik untukmu," celoteh Elena tanpa rasa bersalah, Elena tidak bisa membaca ekspresi kecewa dan sedih yang Jason keluarkan saat ini.

Jason yang sudah memendam perasaan untuk Elena selama dua tahun terakhir ini sangat terkejut mendengar perkataan Elena yang hanya menganggapnya sebagai teman baik, meski begitu Jason berusaha untuk tetap tenang menutupi perasaan terdalamnya supaya Elena tidak terkejut dengan perasaannya yang sebenarnya untuk Elena. Jason masih belum mau mengungkapkan perasaannya untuk Elena saat ini, tidak disaat dia akan berpisah dengan Elena.

Bersambung

Next chapter