12 Cleopatra Akademi

Iring-iringan mobil berwarna putih berhenti tepat di depan kolam air mancur di sebuah bangunan mirip kastil dari abad pertengahan, beberapa orang pria berbadan besar langsung berhamburan menuju mobil paling mewah, bersiap menyambut sang tuan muda yang baru tiba dari perjalanan bisnisnya di luar negeri.

"Selamat datang di Cleopatra Akademi, Tuan Areez."

Sambutan penuh hormat langsung memenuhi halaman utama Cleopatra Akademi, sekolah kepribadian paling terkenal di Auckland begitu seorang pria tampan dengan wajah dingin turun dari mobilnya. Pria yang bernama Areez itu disebut-sebut masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kerajaan Denmark, meskipun dalam beberapa kesempatan Areez membantahnya.

"Kali ini apalagi kekacauan yang sudah dibuat anak itu?"

Nyonya Mauren sang direktur Cleopatra Akademi maju selangkah dengan kepala tertunduk, perlahan kedua tangannya terulur ke arah Areez memberikan tablet pintarnya. "Semua kekacauan yang dibuat Mira dalam dua minggu terakhir ini sudah saya simpan di tablet ini, Tuan."

Areez menyipitkan matanya melihat tablet yang dipegang Mauren, alih-alih langsung mengambil dan melihat secara langsung isi dari tablet itu Areez justru menggelengkan kepalanya perlahan.

"Jika aku sedang memberikan pertanyaan maka seharusnya kau memberikan jawaban dengan lisanmu, bukan justru memberikan aku tablet bodoh ini, Nyonya Smith. Apa anda sudah bosan memimpin Akademi ini?"

Wajah Nyonya Mauren yang sedang menunduk berubah pucat mendengar perkataan Areez, keringat dingin langsung membanjiri keningnya.

"Karena aku sedang tidak punya banyak waktu, jadi cepat katakan apa yang sudah anak itu lakukan selama dua minggu aku tinggal." Areez mengulang kembali pertanyaan yang sudah dia ucapkan sebelumnya.

"Ceritanya panjang, Tuan."

"Buat ringkas kalau begitu."

Nyonya Mauren menelan ludah dengan cepat, karena tidak mau membuat sang donatur terbesar di Akademi itu marah akhirnya nyonya Mauren menceritakan apa yang sudah terjadi dalam dua minggu terakhir ini di Akademi. Selama sang direktur Akademi berbicara, Areez tidak membuka bibirnya sama sekali. Pria dengan anting salib di telinga kirinya itu nampak tenang meskipun urat darah di keningnya bermunculan.

"Terakhir, Mira membuat salah satu temannya patah kaki, Tuan. Karena hal itu juga kami menutup Akademi selama dua hari untuk proses investigasi lebih jauh." Dengan suara bergetar nyonya Mauren menceritakan kekacauan paling besar di Akademi pada Areez.

"Tuan..."

"Aku tahu, Felix." Areez langsung memotong perkataan sekretaris pribadinya.

Setelah berkata seperti itu Areez lantas melangkahkan kakinya menuju ke pintu utama Akademi meninggalkan nyonya Mauren dan para petinggi Akademi lainnya yang masih berdiri ditempat mereka menyambut kedatangan Areez.

Langkah Areez terdengar penuh intimidasi saat berjalan di lorong Akademi, beberapa siswa yang sedang duduk ditaman langsung berdiri memberikan hormat layaknya putri bangsawan pada Areez. Menjadi misi untuk membuat seorang gadis memiliki sikap dan perilaku layaknya bangsawan adalah tujuan utama Areez memasukkan Mira di Cleopatra Akademi. Tidak tahan melihat betapa liarnya Mira di rumah menjadi satu-satunya alasan Areez memasukkan gadis itu ke Akademi, sudah tidak terhitung banyaknya kerugian yang Areez dapatkan setelah membawa pulang Mira ke rumahnya.

Areez baru menghentikan langkahnya ketika sudah berhasil menemukan sosok gadis yang menjadi sumber masalah di Akademi, kedua mata hazelnya menatap tajam pada gadis dengan rambut sepinggang itu tanpa berkedip. Saat sedang duduk manis seperti ini Mira terlihat sangat mempesona dan membuat siapapun terpikat akan kecantikan yang dimilikinya, tapi jika gadis itu sudah menunjukkan sifat aslinya para polisi pun rasanya enggan berurusan dengannya. satu-satunya orang yang masih belum jera menghadapi liarnya Mira hanyalah Areez, sang taipan muda berdarah dingin yang wajahnya sering menjadi sampul majalah Forbes sebagai pengusaha muda paling berpengaruh di bawah usia 30 tahun.

"Pergi, aku ingin menghadapi Felis Nigripes Ku sendiri."

Felix mengangguk patuh, setelah itu dia lantas berjalan pergi meninggalkan Areez seorang diri diikuti enam orang pengawal pribadi Areez yang berasal dari polisi khusus terbaik di Auckland.

Setelah semua anak buahnya pergi, Areez melangkahkan kaki menuju tempat dimana Mira duduk. Gadis itu duduk termenung di taman belakang Akademi yang sangat sejuk untuk menenangkan pikiran, diatas meja kecil terlihat beberapa buku berserakan tanpa pernah terlihat sekalipun dibuka melihat betapa mulusnya buku-buku itu saat ini. Sebuah ciri khusus sebuah buku baru yang belum pernah dibaca.

"Butuh waktu berapa lama lagi kau akan patuh padaku, Mira?"

Gadis berambut panjang yang dipanggil Mira itu langsung menoleh, menatap tajam pada Areez yang sudah berdiri tidak jauh darinya. Kedua manik birunya menggelap saat melihat Areez, terlihat jelas betapa besar kebencian gadis itu pada sosok lelaki tampan yang baru saja datang itu.

"Dua minggu tidak bertemu denganku tidak membuat suaramu hilang bukan?" Areez kembali membuka pembicaraan.

"Sampai kau melepaskan aku dari penjara sialan ini, brengsek!"

Areez tertawa, kedua matanya berkilat mendengar perkataan gadisnya. "Hanya kau, Mira. Hanya kau satu-satunya orang yang berani bicara tanpa menunduk seperti ini, hanya kau satu-satunya orang yang tidak memiliki rasa takut berbicara kasar padaku. Nyalimu benar-benar besar, Mira."

"SURI... namaku Suri, bukan Mira. Jadi stop memanggilku dengan nama jelek itu!"

Bersambung

avataravatar
Next chapter