Shourai Tower yang ada di pusat kota Jakarta, penuh dengan desas-desus bahwa pimpinan utama Shourai Tech. cabang Indonesia akan menggelar sebuah pesta pernikahan akbar di dua negara.
"Cal, bisa ke ruanganku?" Panggil Kris dari ruangan pribadinya kepada Calvin, sekretaris pribadinya.
Tak lama setelah memanggil Calvin, lelaki dengan kulit putih, dan kacamata bulat full-frame, berpakaian setelan jas rapih lengkap itu masuk ke dalam ruangan Kris.
"Kau mencariku?" Tanyanya.
"Ya. Aku ingin tanya, apa yang di katakan oleh pegawai-pegawai mengenai aku beberapa hari terakhir ini?"
"Kau akan menikah," jawabnya singkat.
Kris menyandarkan punggungnya pada kursinya. "Siapa yang menyebarkannya?"
Calvin memutar bola matanya, lalu berkata. "Kalau tidak salah, Ayahmu sendiri yang mengatakannya, via Shourai Staff Media."
Kris membelalakan matanya. Shourai Staff Media adalah aplikasi yang di rancang untuk seluruh pegawai Shourai Tech. dalam ponsel mereka. Aplikasi ini di gunakan untuk memudahkan pimpinan saat menyampaikan suatu pengumuman yang bersifat penting dan umum.
"Apa kau kira aku akan menikah itu bersifat penting dan umum?!" Tanyanya pada Calvin karena geram.
Calvin mengedikkan bahunya. "Mungkin menurut Aikawa-san itu penting, karena mengingat umurmu. Dan umum, karena ini suatu hal yang membahagiakan."
Kris diam. Dia tidak tahu lagi apa yang harus di katakannya pada sekretarisnya yang satu ini. "Ya sudah kau boleh keluar."
Calvin undur diri, dengan setengah membungkuk memberi hormat. Tapi kemudian dia menahan langkahnya dan berkata, "Tuan Aikawa Kris, aku yakin Nona Sawajiri sekarang bahagia disana." Calvin memberikan sebuah senyum tulus, lalu keluar.
Lagu itu berputar.
Lagu kesukaan Erika.
"Kau terlalu lama Kris. Jangan membuatku menunggu lagi!"
Kris mengingat pula apa yang dikatakan oleh Erika saat memutar lagu tersebut. Alunan saksosofon sopran dari Kenny G. adalah favorit Erika.
"Don't make me wait for love," kata sebuah suara yang tiba-tiba masuk. "Maaf aku tidak memberitahumu terlebih dulu. Tapi, aku ada rapat dengan pimpinan Shourai Tech. cabang Indonesia."
Wajah manis Chiko terlihat berseri-seri hari ini. "Kata Calvin, bosnya sedang stress di dalam sini. Jadi, dia mengingatkanku untuk lebih berhati-hati padamu saat ini."
Kris berdecak sebal. "Dia terlalu berlebihan. Aku hanya--" merindukan Erika.
"Hanya?"
"Hanya sedang pusing. Karena Otousan sudah mengumumkan kabar aku melamarmu pada semua pegawai Shourai. Sebentar lagi, PR Shourai pasti akan menyebarkannya pada massa."
Chiko memiringkan kepalanya. "Aku sudah baca beritanya di internet tadi pagi. Bahkan, teman-temanmu juga sudah mengucapkan selamat, dan turut senang atas berita ini."
Kris menepuk dahinya. "Is this wrong? Are these thing makes you insecure?"
Chiko menggeleng. "Tidak sama sekali. Justru aku harus senang, orangtuaku juga demikian."
Kris beranjak dari tempat duduknya. Dia mendekati Chiko, dan membelai lembut rambutnya. Dalam hitungan detik, Kris membawa gadis itu ke dalam pelukannya dan mencium lembut bibirnya yang merah.
-----
A WOMAN WAS DIED IN A CAR ACCIDENT
Berita yang menjadi headline di sebuah surat kabar itu tergeletak di atas meja bar Fons. Saat ini, hanya ada David dan Carlos yang sedang di Fons.
Pemiliknya sendiri sedang ada di kantor Shourai, mengurus beberapa kontrak, dan mungkin, merancang software baru.
"Siapa yang baca berita ini?!" Tanya Alex, dengan nada suara yang meninggi. Seolah, tidak suka melihat ada berita semacam itu di letakkan di atas meja bar Fons. Alex baru saja selesai memberikan kuliah, dan jamnya kosong sampai sore nanti.
David mendelik. Carlos langsung melihat surat kabar tersebut, lalu mengambilnya dan berkata dengan santai. "Oh, ini hanya berita biasa. Ada wanita yang tewas dalam kecelakaan mobil di daerah Sudirman."
"Cepat singkirkan berita itu!" Perintah Alex.
"Lho, memangnya ada yang salah dengan itu?"
Pertanyaan Carlos di balas dengan tatapan sinis dari Alex. Alex dengan sigap juga membuang berita naas itu ke sisi meja lain Fons.
"Sepertinya ada hubungannya dengan Erika," bisik David, "Kau lupa bagaimana Erika meninggal saat itu?"
Alex berdeham.
Carlos menoleh, "Baiklah, baiklah. Aku mengerti. Tidak ada lagi berita mengenai kecelakaan mobilkan, maksudmu? Aku mengerti. Sangat mengerti malah. Jadi, tidak perlu melihatku dengan tatapan serammu itu, Lex!"
"Siapa yang seram?" Tanya sebuah suara yang sangat akrab di telinga mereka masing-masing. Suaranya Kris. "Chiko dan aku mau makan siang. Jadi, jangan ganggu."
"Silahkan, silahkan," gumam Alex. "Ah, Kris, apa kau dengar kalau Kree sudah kembali dari Belanda?"
Kris menggeleng.
Kalian ingat Kree? Ya, dia adalah seorang florist. Atau, singkatnya, dia adalah atasannya Gaby. Tapi Gaby sekarang sudah menjadi kepala cabang Flokrist--toko bunga milik Kree--di Indonesia.
"Dia kembali dari Belanda lusa lalu," sahut Carlos, "Rhea sudah bertemu dengannya. Katanya, dia akan kembali lagi ke Belanda untuk menanam bunga awal musim semi nanti."
Kris manggut-manggut paham.
"Kris, aku ke toilet sebentar ya," kata Chiko.
Sesaat setelah gadis itu pergi, Kris ditarik oleh Carlos. Kemudian, dia langsung. Mengatakan apa yang menurutnya penting untuk di utarakan. "Hei, apa kau sudah menceritakan tentang Erika padanya?"
Kris terpaku. Dia diam, menanggapi pertanyaan Carlos yang seolah ingin membunuhnya.
"Pastinya belum, kalau dia diam begitu," timpal Alex. "Kapan Kris? Kapan kau mau bilang tentang Erika kepada Chiko?"
Lelaki dengan rambut gondrong tak terurus itu diam. Masih belum menemukan hal yang benar untuk di katakan. Tapi sejurus kemudian, dia hanya berkata singkat, "Secepatnya, setelah aku bertemu orangtuanya."
"Kau bertemu orangtuanya?" Seru David antusias.
"Ya, dua minggu lagi orangtuanya ke Indonesia. Jadi, aku pesan dua kamar di Umejima."
"Beres!" Balas David, "Biar Tevin yang mengaturnya nanti."
Chiko kembali dari toilet, dengan senyum merekah dan binar mata yang berkilauan indah. Dia cantik, dan manis. Tidak ada yang bisa mengubah dua kata sifat itu dari dirinya.
"Aku cantikkan, Kris? Ayolah, mengaku saja! Kau pasti jatuh cinta karena kecantikanku!"
Saat itu, Kris hanya bisa diam. Dan mengangguk kecil. Ya, memang dia mencintai Erika dari fisiknya, dan sikapnya kemudian. Tapi, Chiko...
"Ayo kita makan," ajaknya.
"Ayo," balas Kris, "Kalian jangan ganggu!"
"Siap Bos!!!" Sahut David, Carlos dan Alex serentak.