1 Bab 1

Pagi ini, seluruh keluarga kerajaan Deoksu sedang sibuk karena pernikahan tuan putri agung mereka akan segera dilaksanakan.

Akan tetapi, mereka tidak tahu kalau hari ini juga adalah hari yang terpilih untuk melaksanakan pengkhianatan yang sudah direncanakan oleh Pangeran Lee Sunjong yang tidak lain adalah adik kandung dari Raja Lee Sujin.

Pengkhianatan itu di dukung oleh selir dari raja Sujin yang tidak rela kalau tuan putri Anna Lee menaiki tahta dibantu oleh suaminya.

Dengan janji manis dari Pangeran Sunjong, ia pun terlena dan mau mengkhianati Raja Lee Sujin.

Mentari Pagi menyelinap masuk dari celah jendela tuan putri Anna. Seketika itu ia terbangun dan menemukan dan menatap langit-langit kamar nya yang indah.

"Selamat pagi Tuan Putri! " Kata seorang perempuan yang baru memasuki ruangan itu.

Tuan Putri Anna tersenyum melihat dua pelayan setianya sudah berada di samping ranjangnya.

"Selamat pagi Eun dan Nyang!"

"Sudah waktunya anda bangun! Karena beberapa jam lagi calon suami anda akan datang." Kata Eun.

Anna menunduk sedih karena ia belum mau menikah. Tapi, ia tidak mungkin menentang kemauan orang tuanya.

"Aku harus bicara dengan Ayah agar membatalkan pernikahan ini." Tiba-tiba Anna merasa masih memiliki kesempatan untuk bernegosiasi dengan Ayahnya.

"Tidak ada tawar menawar untuk urusan yang satu ini. Sejak zaman dahulu, tuan putri harus di nikahkan dengan seorang pangeran pilihan Ayahnya bukan pilihannya karena itu tidak berguna. " Kata Ratu Hae Won yang merupakan ibu dari tuan Putri Anna.

Rahang Anna jatuh saat mendengar ucapan ibu nya yang tiba-tiba sudah berada di kamarnya.

"Tapi Ibu, Anna masih berusia 17 tahun. Setidaknya, biarkan Anna belajar lebih banyak lagi untuk membantu Ayah mengatur pemerintahan ini." Anna masih berusaha membujuk ibunya.

"Tugas kita sebagai perempuan adalah melahirkan dan melayani suami kita. Bukan ikut campur dengan urusan negara. Selain itu, kamu tidak perlu khawatir karena kamu akan menikahi pangeran dari kerajaan paling berkuasa di selatan. Pernikahan kalian akan membawa berkah bagi kerajaan kita." Kata Ratu Hae Won.

"Tapi Ibu ... "

Ratu Hae Won menoleh kearah dua pelayan Anna seraya memberikan perintah, "Kalian punya waktu satu jam untuk mempersiapkan putri yang kalian layani. Jika tidak, maka kalian harus siap untuk di hukum pancung.".

"Baik yang mulia! " Jawab dua pelayan itu dengan penuh hormat.

Setelah memberikan perintah, Ratu Hae Won duduk di samping Putri Anna. Ia lalu memegang tangannya sambil berkata," Tuan putri, jangan membuat masalah lagi. Sebagai seorang putri seluruh hidupmu sudah di atur oleh Raja. Kamu lebih tahu kalau seorang putri tidak akan pernah bisa memilih siapa yang akan dinikahi. Tidak ada gunanya kamu merajuk sekarang karena keputusan Raja tidak bisa di bantah."

'Kenapa wanita harus berada dalam posisi seperti ini? Dia dipilih dan tidak berhak memilih.'

"Setiap manusia berhak mengeluarkan pendapat. Kenapa aku justru tidak boleh melakukannya? " Tanya tuan putri Anna.

"Karena kamu adalah seorang perempuan. Perasaan seorang perempuan tidak penting jika sudah menyangkut urusan negara. Kamu dipersiapkan oleh raja untuk memperkuat kekuatan dan menjalin aliansi dengan kerajaan lain yang terkenal sangat kuat. Kamu harus menikahi pangeran kedua mereka agar kerajaan kita tetap berdiri kokoh." Jawab Ratu Hae Won.

"Menikah untuk membentuk kekuatan, bukan karena cinta. Siapa tahu kalau lelaki itu tidak menginginkan pernikahan ini juga? Dan kenapa aku harus menikahi pangeran kedua bukannya yang pertama?" Anna belum bisa menerima keadaan seperti itu.

"Karena kamu adalah tuan putri yang paling terkenal sehingga kamu tidak pantas menikah dengan pangeran pertama yang tidak pernah berada di Istana. Selain itu, kamu harus mempersiapkan diri untuk mencintai suamimu." Kata Raja yang baru saja masuk ke kamar Tuan Putri Anna.

Anna menoleh ke sumber suara, ia pun cemberut melihat Ayahnya yang tidak bisa dibantah itu.

"Yang mulia, kenapa anda datang ke kamar Tuan Putri Anna?" Tanya Ratu sambil berjalan menghampiri Raja.

"Aku datang untuk melihat sejauh apa persiapannya untuk menikah. " Jawab Raja sambil menatap tajam kearah Putri Anna

"Putri Anna, apakah kamu siap? " Tanya Raja sambil menggenggam tangan Anna.

"Kenapa kamu terlihat bingung, jangan katakan kalau kamu ingin melarikan diri dari pernikahan ini. " Raja mulai curiga melihat anaknya hanya diam.

"Bagaimana kalau aku menikah tapi pangeran itu tidak menyukaiku? " Tanya Anna.

"Maka kamu harus membuatnya menyukai kamu dengan menyenangkan hatinya. " Jawab Raja.

Anna tersenyum pahit mendengar jawaban Raja. Dia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban selucu itu dari Raja yang selama ini memanjakannya.

.....

"Bersiaplah, karena pangeran Gujong akan segera datang bersama keluarga besar kerajaan Gyongje." Setelah mengatakan itu, Raja segera keluar dari kamar putri Anna.

"Seperti yang dikatakan yang mulia Raja yaitu, putri hanya perlu menyenangkan suamimu tanpa banyak protes. " Kata Ratu memperjelas perkataan Raja.

Anna merasakan sakit di bagian hati terdalamnya. Ia hilang harapan dan harus menerima pernikahan bersama lelaki yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Dengan batuan dua pelayannya, Anna turun dari ranjang menuju cermin.

Wajah nya yang sangat cantik dengan rambut lurus panjang yang tebal dan berwarna kecoklatan membuatnya kagum pada dirinya sendiri.

'Begitu banyak pangeran yang ingin melihat kecantikan ku bahkan ingin menikahi ku. Tapi, Ayah malah memilih kerajaan Gyongje yang misterius untuk menjadi tempat tinggal ku. Mungkinkah aku bisa bisa bertahan hidup bersama lelaki yang tidak aku kenal?' Batin Anna dengan ekspresi yang sendu.

Setelah itu ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya di kolam yang sudah dipenuhi bunga berwarna warni itu.

Beberapa saat kemudian.

"Putri Anna, saya akan membantu anda untuk merias diri. " Kata Eun setelah membawa Anna duduk di depan cermin.

Anna bisa melihat ketulusan dari wajah Eun sehingga ia duduk dengan patuh.

Eun menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendandani Anna agar terlihat cantik.

Setelah itu, Anna mengenakan gaun berwarna biru langit bercampur dengan warna putih serta perhiasan. Rambut panjang kecoklatan itu dihiasi bunga berwarna pink dengan sangat indah dan yang terakhir mahkota berlian di sematkan pada rambut yang sudah tertata rapi.

Mahkota itu cukup berat di kepala Anna. Tapi dia mengagumi wajah yang semakin cantik di depan cermin itu.

"Apakah kalian tahu kenapa aku harus menikah dengan pangeran kedua dari kerajaan Gyongje? Padahal yang aku dengan dari selir Dongyi kalau pangeran pertamanya masih hidup dan belum menikah?" Tanya Anna yang masih penasaran.

Anna teringat dengan cerita selir Dongyi tentang pangeran pertama kerajaan Gyongje. Tapi, selir Dongyi tidak bisa melanjutkan ceritanya karena dihalangi oleh Raja.

"Rumornya, pangeran itu sangat mengerikan. Setiap kali dia marah dia pasti mengucapkan sumpah serapah yang mematikan. Apapun yang dia ucapkan dengan penuh amarah, pasti akan terjadi. Katanya, dia pembawa sial sehingga ia tidak disukai oleh orang-orang yang ada di istana. Romor ini datang dari salah satu dayang istana mereka." Jawab Eun.

Bukannya takut, Anna malah semakin penasaran dengannya.

'Kenapa aku merasa tertarik untuk mengenal pangeran pertama itu? Apakah dia benar-benar mengerikan?'

"Tuan Putri, apakah anda tidak menyukai riasan ini? " Tanya Eun dengan cemas saat melihat Anna hanya diam menatap cermin.

"Aku menyukainya karena wajahku sangat cantik. " Anna menjawab sambil tersenyum ditengah kebingungan nya.

"Tuan Putri tidak perlu khawatir, semuanya akan baik-baik saja, karena pangeran yang akan tuan putri nikahi tidak seburuk kakaknya." Kata Eun sambil memegang tangan Anna.

Eun mencoba membuat Anna untuk berfikir positif.

"Aku tidak khawatir atau percaya pada kabar buruk yang beredar tentang kakak dadi calon suamiku. Aku hanya takut Kerajaan ini terancam hancur jika lelaki yang akan aku nikahi adalah seorang pembohong, penggoda, pembunuh, manipulator, atau penjahat yang kejam. Karena biasanya, orang yang terlihat bagus k justru dialah musuh yang sebenarnya." Kata Anna.

Eun terdiam, ia tahu kalau putri yang dilayani nya itu sangat pintar dan suka sekali membaca buku-buku berbau politik. Ia pun tidak heran dengan ucapan tuan Putri Anna.

Ketukan di pintu membuat Anna dan Eun berhenti bicara. Mereka berdua langsung menoleh ke arah pintu berdamaan.

"Tuan Putri, ini sudah waktunya!" Kata pelayan yang baru saja masuk ke kamar Anna.

"Kami akan turun sekarang!" Jawab Eun.

Dengan bantuan Eun, putri Anna keluar dari kamar sambil berjalan pelan karena gaunnya sangat berat sehingga ia takut terjatuh.

Sesaat kemudian.

"Suamimu ada di sana! " Kata Ratu setelah Anna berada di dekatnya.

Anna pun segera menoleh melihat lelaki yang dimaksud ibunya.

Lelaki itu terlihat tinggi, berbahu lebar dengan rambut hitam tebal dan sangat rapi. Akan tetapi, ia tidak bisa melihat wajahnya karena tertutupi oleh beberapa orang yang bicara dengannya.

avataravatar
Next chapter