"Paman benar. Aku hanyalah tuan putri yang disimpan rapi di dalam Istana. Tidak pernah ikut perang atau pun memiliki kemampuan bela diri. Oleh karena itu, mustahil bagiku untuk menang." ucap Anna sambil menunduk sedih.
"Oleh karena itu anda perlu belajar semua itu. "
"Apakah paman mau mengajariku?"
"Bukan aku, tapi guruku. Nanti aku akan membawa tuan putri bertemu dengannya. Kebetulan ia guru saya yang sangat hebat. Ia tinggal di pelosok desa ini. Apakah anda mau?" Kata Yo-seok dengan semangat.
"Apakah Guru paman mau menerima aku untuk menjadi muridnya? " Tanya Anna dengan ragu.
"Putri akan tahu jika kita sudah sampai disana. Tapi, kita harus menunggu malam hari untuk keluar dari desa ini. Karena para prajurit kerajaan pasti masih berkeliaran disekitar sini."
"Baiklah." Anna pun mengikuti petunjuk Yo-seok tanpa curiga karena hanya Yo-seok yang menjadi harapannya.
Karena sangat lelah, Anna tertidur di tempat tidur yang disiapkan oleh Yo-seok untuknya.
Belum lama ia tenggelam dalam nyenyak nya tidur. Anna bermimpi bertemu dengan lelaki bermata merah yang dijuluki dewa penunggu hutan larangan.
Anna merasa sedang berada di kerajaan Gyongje. Tepatnya di dalam kamar yang sangat luas dan indah.
Tepat saat ia menoleh kearah pintu, Anna melihat lelaki itu berdiri di hadapannya dengan tatapan yang mengerikan.
"Dasar iblis ... Kenapa kamu terus mengikuti ku!" Teriak Anna sambil berjalan mundur hingga ia menabrak ranjang lalu terjatuh di ranjang itu.
Tatapan lelaki itu menjadi semakin buas setelah mendengar perkataan Anna. Ia mempercepat langkahnya dan langsung menindih tubuh Anna di atas ranjang.
"Kamu adalah tuan putri yang sangat tidak sopan. Oleh karena itu, aku akan mengajari kamu bagaimana kamu harus bersikap padaku!" Setelah mengatakan itu, ia lalu menurunkan wajahnya untuk mencium bibir merah muda milik Anna.
Anna segera memalingkan wajahnya dan menutup rapat-rapat bibirnya sambil meneteskan air mata.
Lelaki itu pun tidak melanjutkan apa yang ingin dia lakukan pada Anna.
"Aku akan melepaskan mu sekarang. Oleh karena itu, larilah dengan kencang jika suatu hari nanti engkau melihatku." Ucap lelaki itu setelah ia turun dari ranjang.
Mendengar perkataan lelaki itu, Anna pun membuka matanya pelan dan menatap kearah langit. Ia bingung melihat bintang yang bertabur indah tepat di depan matanya. Untuk sesaat ia merasa lega karena menyadari pertemuannya dengan lelaki itu lagi hanya sekedar mimpi.
'Kenapa aku bisa melihat bintang dengan jelas? Bukankah aku sedang tidur di sebuah rumah yang memiliki atap?' Batin Anna dengan heran.
"Apakah kamu sudah bangun anak muda?"
Mendengar pertanyaan itu, Anna pun segera terbangun. Ia duduk lalu menoleh kearah sumber suara.
Ia terkejut ketika menemukan sosok lelaki tua berdiri di sampingnya.
"Siapa kakek ini!" Tanya Anna.
"Anak murid ku membawamu kesini tadi malam. Dia meminta tolong padaku untuk menerima kamu menjadi murid ku. Karena kamu anak lelaki yang cantik maka aku menerima kamu." Jawa lelaki tua itu sambil tersenyum.
Anna terkejut ketika lelaki itu menyebut dirinya anak lelaki. Ia pun langsung memperhatikan pakaiannya yang sudah berbuah seperti pakaian anak lelaki. Ia juga menggunakan ikat kepala dengan rambut yang di kuncir kuda.
"Dia menitip surat untukmu sebelum pergi. Oh iya, panggil aku guru Baek. "Kata Guru Baek sambil menjulurkan sepucuk surat yang digulung dengan rapi.
Anna yang masih kebingungan langsung mengambil surat itu.
Setelah itu, Guru Baek menjauh dari Anna yang masih duduk dibawah pohon beralaskan kayu yang disusun rapi dan kuat.
Anna langsung membaca surat itu dengan berharap ia bisa mendapatkan penjelasan dari apa yang terjadi padanya.
'Yang mulia tuan putri Anna Lee. Maafkan saya karena sudah membawa anda diam-diam ke rumah Guru Baek tadi malam saat anda sedang tidur. Saya terpaksa mengubah identitas anda demi keamanan anda. Selain itu, Guru Baek hanya menerima murid laki-laki. Tenang saja tuan putri, bukan saya yang menggantikan pakaian anda, tapi istri saya yang sudah melakukannya. Saya berharap anda bisa menjadi orang hebat setelah berguru pada guru Baek. Jika anda sudah merasa yakin, anda boleh balas dendam. Selamat tinggal tuan putri, semoga kita bisa bertemu kembali.'
Anna terdiam setelah membaca surat itu. Padahal ia masih memiliki banyak pertanyaan tapi Yo-seok hanya meninggalkan surat tanpa memberitahu kemana ia pergi.