webnovel

° Chapter 01 °

" Berhenti, Nona! Atau kamu akan mendapatkan hukuman lagi." Teriakan menggema dari sosok yang jauh di belakangnya.

Gadis itu berlari dengan nafas tersengal, lelah dan pegal tidak dia hiraukan. Yang paling penting sekarang adalah pergi dan sembunyi.

Tiba tiba kereta besi beroda empat itu melaju cepat berhenti tepat 10 meter di hadapannya. Luna- gadis itu mengumpat. Membelokan kakinya menuju hutan yang rimba, siapa sangka ajudan bawahan bajingan itu menyusulnya dengan cepat.

"Sialan! Hosh.. Siapa sangka hosh.. Raka mengejarku dengan cepat. Hoshh.."

Usai berlari sekitar setengah jam, Luna berhenti akibat kelelahan. Juga kakinya terasa kebas dan perih terutama di bagian betisnya.

Luna menunduk, cairan merah itu memenuhi sebagian kakinya. Gadis itu menyesal menggunakan gaun yang pendek. Kakinya terluka akibat telanjang seperti ini.

Tubuh kecil itu ambruk di tanah yang kotor, penampilan nya sudah tidak bisa di katakan baik baik saja. Rambutnya lepek, karena keringat yang terus bercucuran.

"Raga bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu setelah ini!" tekadnya kuat menghantarkan amarah dan dendam membuncah di dadanya.

Pria gila yang katanya mencintainya itu, sangat tidak waras. Ah, dia bisa di bilang obsesi kepadanya. Bahkan lebih parah dari itu.

Isakan kecil terdengar, di hutan yang gelap itu. Luna memeluk kedua kakinya dan menelungkupkan kepalanya.

"Kenapa takdirku seperti ini? Ayah, ibu, aku ingin bersama kalian..."

|•FLANEUS•|

Apa yang kau lakukan? Cepat pergi kedapur dan masakan sesuatu! Aku lapar." Sentak seseorang yang sudah lama memperlakukannya seperti itu.

Gadis itu memilih bangkit, berjalan dengan langkah yang pasti mrnuju dapur. Mengambil apa yang di perlukan dan mulai berkutat masak.

Tidak lama pria paruh baya itu datang kembali. Dengan sarung yang melilit tubuh bagian bawahnya, pria itu hanya mengunakan kaos dalam saja.

"Kenapa lama sekali?! Dasak menyebalkan! Cepat, aku sangat lapar." Faza hanya meliriknya. Menyiapkan masakan sederhananya. Nasi goreng dengan satu butir telur ceplok.

"Hmm, pergilah. Dasar anak bawa sial! Menyusahkan saja." gerutu pria itu mengusi keberadaan nya. Faza menghela pendek, tidak memusingkan itu dan beranjak pergi dari dapur.

Gadis itu bersiap pergi bekerja, pekerjaan paruh waktu yang ia ambil. Faza bukan anak orang kaya, bukan juga anak konglomerat atau pejabat. Dia hanya anak pembawa sial seperti yang ayahnya sering ucap.

Karena memang, setiap orang yang dekat dengannya akan mengalami kesialan. Karena itu, Faza menarik diri dari orang orang. Kecuali ada hubungan simbiosis mutualisme. Dan itu hanya uang tentunya, selebihnya tidak ada.

Memang Negara Fanua ini negara yang maju. Negara Republik yang sangat maju di bidang bisnis. Faza akui itu, karena banyak sekali perusahaan perusahaan yang sukses di pusat kota ini.

Selain itu, teknologi informasi nya sangat modern. Ini sangat luar biasa. Hanya saja, Faza tidak bisa merasakan apa itu lahir dengan sendok emas.

Hidupnya sangat berantakan dan penuh dengan hal hal yang terduga. Faza tidak menginginkan nya. Hidupnya, dia sudah lelah.

Prang

"Akhhh! Bajuku!" Faza tersentak kaget. Dia menunduk menatap gelas yang pecah hingga berkeping-keping. Kemudian matanya beralih melirik wanita di depannya.

"Dasar pelayan sialan!? Kau membuat baju baruku rusak dan basah dan kotor! Jalang ini!!" Wanita itu meraung marah, membentaknya, bahkan menarik rambut Faza dengan brutal.

"Ada apa ini?" Pemilik restoran keluar ketika mendengar keributan.

Wanita itu melepaskan jambakannya, menatap tajam Faza yang hanya diam. Tangan wanita itu menunjukkan wajahnya dengan wajah yang memerah.

"Dia! Jalang sialan ini menumpahkan minuman itu pada bajuku! Aku tidak mau tahu kalian harus ganti rugi!"

"A-anu nyonya maafkan pelayan saya yang tidak bisa bekerja dengan baik. Saya akan segera mengganti rugi baju anda. Saya sungguh meminta maaf!"

Atasan Faza menatapnya tajam, "Apa yang kau lakukan?! Cepat minta maaf!" bisiknya dengan menekan punggung Faza tajam.

Faza tidak menolaknya, dia membungkuk.

"Maafkan saya nyonya karena tidak sengaja menumpahkan minumannya pada baju baru anda." Ucapnya tanpa bernada. Tentu mematik kembali amarah wanita itu.

"Ah! Nyonya biarkan saya saja yang memberikan pelajaran padanya. Bagaimana jika anda mengganti baju anda terlebih dahulu? Saya akan memberikan ruang VIP secara gratis dan menyiapkan hidangan utama kami. Anda bisa ikuti dia." Bos Faza membujuk wanita itu, dan itu pun berhasil.

Setelah kepergian wanita itu beserta pelayan yang lain, kini hanya tatapan tajam yang bisa di berikan oleh atasannya itu pada Faza.

"Faza.Fayyola! Ikuti.saya.keruangan.saya!" ucap Atasannya dengan menekan setiap katanya, kemudian berbalik pergi diikuti oleh Faza.

"KAU DI PECAT!!"

"PERGILAH TANPA PESANGON! SAYA SUDAH MUAK DENGAN SEGALA KEKACAUAN YANG KAU BUAT!"

Faza memejamkan matanya merasakan telinganya berdengung ketika teriakan Atasannya-Tio menggema di ruangan itu.

Pria berumur 32 tahun itu menghela nafas, mengelus dadanya agar tensi darahnya tidak naik akibat ulah gadis di depannya.

"Entah berapa banyak kerugian saya membantumu keluar dari masalah. Saya sudah lelah, kamu benar benar tidak bisa di maafkan kali ini." tambahnya.

Tio menatapnya datar, "Pergilah selagi saya baik baik." titahnya.

Faza mengangguk membalikkan badannya dan mengambil langkah keluar dari ruangan itu membuat tip menghela nafas panjang.

"Lihatlah! Dia masih saja angkuh seperti itu. Aish, memang sepertinya dia benar benar anak pembawa sial seperti kata orang orang." keluh Tio.

Tanpa dia ketahui, Faza mendengarnya, di balik pintu. Faza belum pergi, dia masih diam di baik pintu sambil menatap kosong kedepan.

"Kehidupan dimana mati lebih baik daripada hidup, tapi aku bahkan tidak bisa memilih untuk mati." gumam Faza mengangkat lengannya dan menarik lengan bajunya hingga memperlihatkan bekas luka di pergelangan tangannya.

Tangan kirinya menyentuh luka itu, mengusapnya, lama lama usapan itu semakin di tekan hingga luka itu terbuka membuatnys mengeluarkan cairan merah.

"Apa lagi yang harus ku coba? Racun, sudah. Memotong nadi, sudah. Lompat sungai, sudah." Lirih Faza melipat ketiga jari tangannya, matanya menatap dua jari yang belum terlipat.

"Dua jari ini, sisanya dua opsi. Menabrakkan diri, atau menggantung diri. Itu mudah.." ucapnya lirih mengayunkan kakinya keluar dari restoran itu.

|•FLANEUS•|

"Kamu harus bersiap untuk pemotretan jam 2 siang. Bajunya sudah ku siapkan di ruang ganti,"

"Untuk jam 4 sore nanti kamu tidak lupa kan, kamu akan iklan bersama tuan Robin Thicke?"

"Lupakan itu. Ada tawaran dari LL entertainment, apa kamu mau? Kamu tahu kan LL entertainment?"

Jika Celyn sibuk melihat daftar jadwal yang sudah ia atur dua hari lalu, maka Zia sibuk dengan ponselnya. Sibuk melihat story orang lain yang penuh kemesraan.

Sial! Dia iri sekali. Zia menghembuskan nafas berat. Menarik masker di wajahnya yang sudah 10 menit yang ia tempelkan.

"Menyebalkan! Kenapa mereka selalu berada di berandaku. Aku kan jadi iri!"

Zia bersungut kesal. Celyn melotot, mengalihkan pandangannya pada gadis yang selama ini menjadi pusat uang nya.

"Zia! Kau tidak mendengarku?!" Celyn melempar daftar tersebut pada wajah Zia.

Sang empu meringis, "Kenapa kau tega kak?! Aduh sakit sekali! Bagaimana kakak bisa melakukan ini. Pantas saja kakak tidak punya pacar." keluhnya sekaligus mengejek.

"Diamlah. Daripada membicarakan pacar terus lebih baik kau bersiap. Aku akan membeli makan siang keluar terlebih dahulu." ketus Celyn mengambil ponselnya.

Zia cemberut, namun tak urung segera masuk kedalam bathroom. Melepaskan satu persatu kain yang menutupi tubuhnya. Tangannya lain yang menekan tombol kran dan mengatur suhu airnya.

Setelah siap, gadis itu memasuki bathtub dan merendam seluruh tubuhnya hingga merasa kenyamanan yang luar biasa.

Sebelum sibuk menyerbunya, dia harus menikmati ketenangan ini dengan sebaik mungkin. Wajah Zia muncul di permukaan air. Gadis itu bersandar, menghela pendek.

"Aku bosan. Ingin punya pacar seperti yang lainnya, kenapa kak Celyn tidak mengizinkan aku memiliki nya." Lirihnya.

Wajar jika Zia mengatakan hal itu. Usianya sudah memasuki tahap remaja, jadi sudah sepatutnya dia mengharapkan hal seperti itu. Hanya saja, dunia ini seolah tidak membiarkan keinginan nya tercapai.

"Zia! Cepat mandinya jangan lama lama. Makan siangnya sudah aku siapkan, aku harus ke kantor sebentar. Ada panggilan dari Bu direktur, kamu jangan lupa pemotretan nya nanti."

Teriakan Celyn menyadarkan nya. Zia segera menyelesaikan mandinya. Keluar dengan bathrobe menatap makanan yang tersedia di meja.

Ah, kak Celyn yang sangat pengertian! Zia menyayanginya, selain manager, Zia menganggapnya seperti kakaknya sendiri.

Seperti kata Celyn tadi, Zia sudah menyelesaikan pemotretan nya, meski tanpa keberadaan managernya itu. Hampir dua jam dia melakukan pemotretan yang di selingi istirahat.

Usai itu, Zia berpamitan pada tim kru dan pergi menuju tempat dimana dia akan melakukan iklan bersama Robin Thicke. Pria yang tengah naik daun saat ini.

" Selamat sore semuanya, maafkan saya yang terlambat datang. Jalan sedikit macet, berhubung berhenti sejenak saya membelikan camilan untuk kalian semuanya." Ucap Zia tersenyum manis menatap orang orang yang ada disana.

Seperti yang di ajarkan, Zia terus mencoba yang akan menjadi kesempatan nya untuk semakin bersinar.

"Ah, anda baik sekali."

"Terima kasih nona! Anda selain cantik, baik juga ya."

Berbagai pujian terlontar, Zia menanggapinya dengan senyum tipis. Dia menatap sutradara yang menatapnya dingin.

Ini satu rintangannya lagi.

"Pak sutradara-"

"Kamu terlambat 27 menit 8 detik, segera berganti pakaian dan membaca dialognya. Jangan membuang waktu dengan berkicau saja." sela pak sutradara membuat bahunya lemas.

"Baik pak, maafkan saya."

Semuanya berjalan dengan baik, meski ada beberapa kejadian yang tidak mengenakan terjadi. Yah, meski begitu, itu tidak sengaja.

Zia merebahkan tubuhnya yang letih di kasur lembut miliknya. Matanya terpejam merasa tenang dan nyaman, "Oh, aku ingin merasakan ketenangan seperti ini dari sosok pacar."

Mata Zia terbuka secara tiba tiba.

"Haruskah aku mencari pacar diam diam saja?" Bibirnya cemberut mengingat kegarangan managernya. "Tapi aku takut kak Celyn marah."

Sorot matanya terlihat sayu menatap langit langit apartement nya yang polos.

"Andai aku bisa terlahir kembali, aku ingin menjadi sosok yang biasa saja di kehidupan keduaku itu. Aku tidak ingin jadi artis ataupun model. Ini melelahkan..."

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Mamakrong_creators' thoughts