webnovel

Fight and Survival

Kota Liberardo, kota berpusatnya penelitian-penelitian yang biasa dilakukan para peneliti dan ilmuwan untuk melakukan risetnya tentang dunia kesehatan yang bisa menolong orang banyak. Tapi, karena suatu kejadian kecil yang membuat kota ini menjadi kota teror dan menyebar ke seluruh negeri menjadi kota yang penuh dengan darah dan daging. Mampukah Sammy and The Genk bisa melawannya? Ataukah.....masih ada misteri dibalik kejadian ini semua?

BrigittaVey · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

01

Kota Liberardo, kota besar yang menjadi pusat negara Bloraido. Negara besar dengan penduduknya yang sebagian besar bekerja di kota tersebut. Banyak gedung-gedung tinggi pemilik para pebisnis, beberapa mall, toko-toko besar dan kecil termasuk restoran, fasilitas umum yang lengkap serta canggih, taman kota yang luas seolah sedang berekreasi di taman nasional, berbagai taman bermain dengan aneka hiburan, dan masih banyak kesenangan lagi di dalamnya. Tapi, bukan itu yang menjadi Kota Liberardo sangat dikenal oleh negara luar. Melainkan kota ini sebagai pusat laboratorium terbesar untuk meneliti yang berhubungan dengan dunia medis dan nuklir, tetapi difokuskan ke dunia medis karena dunia medis berhubungan dengan kesehatan yang sangat berguna bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Jikalau ada penyakit yang sulit untuk disembuhkan, di Laboratorium Liberardo inilah yang menjadi tempat untuk meneliti virus atau bakteri dari penyakit tersebut dan dibuatlah vaksinnya.

Di Kota Liberardo ini tak luput juga tersedianya fasilitas pendidikan. Sekolah Tinggi Internasional Liberardo misalnya, sekolah dengan 4 bangunan utama yang besar dengan unit jenjang pendidikan masing-masing di tempatkan dalam satu gedung. Yap, jenjang masing-masing itu adalah tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Jika ingin kerja setelah lulus, sekolah ini juga dibiayai oleh pemerintah setempat dan dibantu oleh beberapa pebisnis untuk menjadi penyalur bantuan yang rata-rata berupa materi dan material sebagai penunjang untuk belajar.

Di sekolah inipun murid-muridnya dikenal sebagai anak yang ceria dan rajin, karena kebanyakan dari mereka berharap setelah lulus dari sekolah ini, bisa bekerja di Laboratorium Liberardo, ataupun pekerjaan elit yang lainnya. Masa depan murid-murid di sini seperti sudah direncanakan sejak awal, sedari para murid baru melangkahkan kakinya di sekolah ini. Dengan kepala sekolahnya yang bijak, Sir Demian Proto, sangat menaruh harapannya kepada murid-murid yang bersekolah di sini. Agar impian dan cita-cita tercapai, haruslah rajin belajar dan disiplin dalam hidup. Tapi jangan lupa untuk meluangkan sedikit waktu untuk bersantai dan menjalankan hobi. Itulah yang beliau katakan ketika pembukaan acara penerimaan murid baru.

Walaupun begitu, banyak sekali murid-murid yang berbeda sifat dan tipikalnya masing-masing di sekolah ini. Ada yang tipe orang yang serius dalam hal apapun, tipe yang fleksibel, tipe yang pendiam, tipe yang mau berkawan dengan siapapun, tipe yang populer di kalangan perempuan ataupun laki-laki, ada juga tipe yang kerjaannya selalu ceria nan berbuat ulah.

Kini, di ruangan bimbingan konseling, laki-laki remaja yang perawakannya cukup tinggi, rambutnya dengan surai berwarna coklat sedikit hitam dengan model rambutnya yang sedikit cepak, iris matanya berwarna hitam kecoklatan, pundak yang lebar, mengenakan seragam yang sedikit berantakan dengan 1 kancing atasnya yang ia biarkan tidak dikancing. Tengah berdiri di hadapan seorang guru yang tengah menatap sebal kepada laki-laki itu.

"Sudah berapa kali kukatakan padamu. Jangan berbuat aneh-aneh dan taati peraturan yang berlaku di sekolah ini. Sudah sering kau bolak-balik ruangan ini, tapi perkataan gurumu tidak kau dengar." ucap guru tersebut sembari melipat tangannya di depan dada, mengintimidasi laki-laki tersebut, tapi laki-laki itu tidak merasa terintimidasi oleh tatapan gurunya.

"Apa kau dengar, Sammy Watson?" tanya guru itu dengan menaikan oktaf suaranya, yang menggelegar di ruangan konseling.

"Baik, baik. Aku paham, Sir Kennedy." ucap Sammy dengan malas.

Setelah beberapa jam di ruangan bagi Sammy yang seperti ruangan kosong yang berisikan jahanam kejam Sir Kennedy tadi, akhirnya Sammy menghembuskan napas leganya saat ia menutup pintu ruangan di depannya. Sammy berjalan menuju ke kelas 1-A SMK, guna mencari seseorang yang sangat ia sayangi sedari kecil. Siapa lagi kalau bukan adik perempuan satu-satunya. Mumpung sekarang tengah jam istirahat siang, ingin mengajak adiknya itu makan siang bersama di kafeteria dengan teman-teman segengnya.

Sammypun membuka pintu kelas 1-A SMK dengan menyuarakan suaranya dengan keras, "JENNNYYY....AYO MAKAN BERSAMAAA~YANG LAIN SUDAH MENUNGGU LHOOO~"

Perempuan mungil yang duduk di belakang dekat jendela, menengokkan kepala ke arah seseorang yang memanggilnya. Surai rambut yang sama dengan Sammy tapi lebih panjang sepunggung yang kini dikuncir satu, bola matanya yang sedikit lebar dengan iris mata hitam kecoklatan, pipi yang sedikit chubby, hidung yang mancung seperti Sammy, dan bibir coral merah yang alami tengah berbentuk lengkungan senyum ke atas menanggapi ucapan Sammy.

"Ah, Kak Sammy tumben sekali mau menjemput?" ucap Jenny, adik kandung Sammy, terbesit candaan dalam perkataanya.

"Memangnya tidak boleh yaa?"

"Haha..aku hanya bercanda. Jangan diambil hati begitu."

Sammy hanya mengerucutkan bibirnya kesal dengan sebentar, lalu ia menarik pergelangan Jenny sedikit manja.

Mau tak mau Jenny hanya tertawa renyah melihat tingkah laku kakaknya yang terkadang seperti bocah dan mengambil kotak bekalnya dari dalam tasnya.

Sammy dan Jenny merupakan murid yang sangat dikenal satu gedung sekolah ini, tapi mungkin dengan cara yang berbeda. Sammy yang dikenal dengan kebandelan serta sifat humblenya kepada teman-teman sebayanya, jago olahraga dan atletis, dan keloyalannya kepada gengnya. Berbeda dengan Sammy, Jenny dikenal karena ia merupakan siswi dengan ranking 1 kelas dan umum seangkatan. Juga sangat jago memasak ketika ada pelajaran praktek tata boga, dan rasa makanannya pun setaraf makanan restoran bintang lima. Walaupun pintar dan jago memasak, tak membuat Jenny tinggi hati. Sifat tolong menolongnya dan ramah kepada orang tua termasuk para guru yang mengajar, menyukai Jenny.

Bahkan orang lain tak menyangka kalau Sammy dan Jenny itu sungguh saudara kandung mengingat sifat mereka berdua sangat bertolak belakang.

Tapi ada satu yang sangat menyamakan mereka, yaitu senyum merekahnya saat sedang tertawa atau senang. Memang mirip, karena mereka berdua memiliki sifat yang humble.

Sammy dan Jenny sudah sampai di kafeteria yang kini sudah banyak murid-murid yang tengah mengantri dan beberapa ada yang tengah makan bersama teman-teman yang lain. Sammy menolehkan pandangan ke sekitar kafeteria guna mencari teman-temannya.

Geng Sammy dan Jenny masing-masing sudah saling mengenal sejak kecil. Dengan berbagai macam sifat dan kebobrokannya tidak membuat mereka saling menjauh. Yang ada semakin dekat.

Ada Luna Laney yang cantik tapi sifat tomboynya yang menutupi kecantikannya itu. Tinggi tubuhnya seperti model profesional dunia, potongan rambut bob pendek pirang, iris mata birunya yang sedalam lautan terkadang banyak orang yang sesaat terjatuh dalam pesonanya, hidung yang sedikit mancung, rahang pipinya yang tegas nan tirus, bibir tebal nan seksi diwarnai dengan lipgloss pink, dan badan bak dewi karena dia ikut aktif olahraga yang diikutinya sekarang, voli.

Andrew Hootler yang sifat narsisnya yang membuat siapa saja sedikit kesal dengannya tapi tak bisa dibenci. Yap, bisa dibilang sifat narsisnya itu merupakan penghibur untuk teman-temannya. Tingginya yang tak terlalu tinggi, rambutnya yang sedikit ikal nan gondrong dengan surai hitamnya, iris hazelnya yang terkadang membuat kaum hawa jatuh dalam pesonanya, hidung sedikit pesek, bibir tebal, dan badannya yang sedikit atletis. Dia punya hobi yang antimaenstrim untuk anak seusianya. Andrew sangat hobi mengoleksi senjata, tapi bukan senjata asli karena di umurnya yang masih muda dan warga sipil tidak sembarangan untuk memiliki senjata api.

Yang ia koleksi sekarang ini adalah senjata untuk bermain softgun, yang biasa ia main bersama teman-teman komunitas resmi di Liberardo.

Si kulkas berjalan Jimmy Tabes, begitulah julukan Jimmy dari teman-teman gengnya. Disebut begitu karena sifatnya cool dan cuek abis. Perawakannya yang tinggi dari yang lain, telinga kiri yang ditindik dengan anting hitam kecil, rambut blondenya yang cepak tapi agak berantakan, irisnya berwarna hijau kebiruan, hidungnya yang mancung serta bibir tebalnya nan seksi. Jimmy juga sebagai salah satu orang yang jago berantem, karena ia pelajari itu dari kakaknya yang kadang beberapa tahun sekali pulang ke rumah dikarenakan kakaknya merupakan seorang tentara elit Libera, dan iapun juga harus bisa bertahan seorang diri. Dan jangan lupa, ia juga sangat jago dalam hal bermusik, makannya ia sangat dilirik oleh kaum hawa karena hal itu. Membuat kaum hawa ingin mendekati Jimmy yang sangat misterius. Walau tak setampan 2 temannya yang lain, tapi bagi kaum hawa, Jimmy juga tak kalah tampannya bagi mereka.

Ada pula teman Sammy yang sangat digandrungi bahkan populer oleh kaum hawa. Dialah Seth Shandy, laki-laki yang berhasil memikat para betina untuk menyukainya. Tingginya yang sekitar 185 cm, rambutnya yang bagian atas dibiarkan memanjang agar bisa diikat cepol ke atas dengan surainya berwarna coklat, terkadang suka memakai kacamata sainsnya model kacamata pilot jika ia tengah berkutat dengan eksperimen-eksperimennya, dan yahh itu tidak membuat para siswi di sekolah ini menjauhinya, malah semakin gencar untuk mendekati Seth. Bisa dibilang, Seth adalah laki-laki tertampan kedua setelah temannya yang lain di sekolah ini menurut para siswi

Lanjut ada Mei Li, gadis oriental yang paling mungil di antara yang lain. Rambutnya yang berwarna-warni layaknya gulali yang selalu dikuncir kepang 2 dalam, iris matanya yang berwarna hitam sedikit sipit, hidungnya yang sedikit pesek, bibir tipis, dan proporsi tubuhnya yang langsing. Walau dilihat sekilas dia sangat imut nan menggemaskan, tapi dia sangat jago dalam hal berantem. Sama seperti Jimmy yang juga jago dalam hal ini, tapi yang membedakannya adalah Mei Li sangat mendalami bela diri semacam perpaduan kungfu dan karate yang ia pelajari sendiri. Oh ya, Mei Li ini juga memiliki hobi yang ia tekuni sejak ia masih anak-anak, ia mengaku dirinya sebagai penggemar berat anime dan kawan-kawannya, atau biasa disebut sebagai Otaku. Yahh mungkin pihak laki-laki harus berpikir 2 kali jika mereka ingin mendekati dan mengenal dengan teman Sammy yang satu ini.

Terakhir, ada Gerry Mushka. Si maniak penyuka sains sama seperti temannya Seth. Seolah seperti saudara yang tak terpisahkan kalau mereka membuat eksperimen bersama.

Gerry dengan tingginya sekitar 180 cm, rambutnya yang bersurai coklat dengan model cepak dengan di sisinya sengaja dibuat pitak, masing-masing telinga ditindik dengan anting hitam bulat kecil, irisnya biru langit, hidung mancung, bibir tipis, dan jangan lupakan dengan kempot andalannya ketika ia tengah tersenyum. Dan juga, walaupun sekilas penampilannya seperti preman tukang palak, tapi diam-diam Gerry termasuk siswa yang sangat jenius di usianya. Nilai yang paling tertinggi saat ujian umum bahkan bisa mengerjakan soal untuk anak kuliahan. Dan ia juga mendapat nominasi laki-laki tertampan pertama dari para siswi.

Yap, itulah sahabat-sahabat bagaikan saudara dari Sammy dengan corak warna latar dan sifat-sifatnya yang berbeda yang membuat pertemanan begitu indah.

Sammy dan Jenny duduk di tempat biasa Sammy dan teman-temannya duduk. Ada Mei Li dan Andrew yang tengah menikmati makanannya.

Jenny tidak melihat teman-teman kakaknya yang lain. Mei Li masih sibuk memakan daging steaknya layaknya tidak pernah makan daging bertahun-tahun, Andrew sendiri tengah sibuk menyapa para gadis jika ada yang menyapanya.

"Aku pernah berpikir dua kali kenapa aku bisa bertemu dengan kalian dari kecil sih?" ucap Sammy dengan nada menyindir.

Mei Li yang mendengar itu langsung berhenti dari kegiatan makannya lalu mengambil tisu yang ada di sebelah Jenny untuk mengelap mulutnya, "Ahh, maaf, maaf. Suka kebablasan kalau sudah berhubungan dengan daging. Khilaf saya."

"Jangan ditanya orang yang satu ini. Dasar gadis daging." sindir Andrew, lalu kembali menyapa 2 siswi yang tadi senyum-senyum malu ketika mereka melewati mejanya.

Mendengar itu tentu saja Mei Li langsung menengok ke arah Andrew lalu memukul kepala Andrew dengan sendok di tangannya.

"Hei, emang ada masalah jika aku makan daging hari ini?"

"Masalah. Aku jadi kasihan sama daging yang kamu makan, dimakan oleh gadis daging sepertimu."

"Aku tak ada masalah dengan itu. Kenapa kamu yang sepertinya terlalu mengurusi waktu makanku?"

"Kalau makan daging terus, lama-lama kau gemuk tahu."

"Biarin. Daripada kamu yang selalu narsis dan banyak sepikin gadis-gadis. Malah aku lebih kasihan mereka karena kamu terlalu beri banyak harapan ke mereka."

Mei Li yang orangnya berapi-api pasti dijadikan bahan ocehan dan kejadian umpat mengumpat keluar dari mulut sang empunya masing-masing. Sammy hanya mendesah napas beratnya melihat kejadian seperti ini sudah sering terjadi antara mereka berdua, sedangkan Jenny hanya memaklumi tingkah laku mereka berdua.

DUAARRR!!!!

Terdengar suara ledakan di dekat kafeteria, membuat semua orang yang ada di sana memusatkan perhatiannya pada tempat kejadian ledakan terjadi, termasuk Andrew dan Mei Li yang otomatis menghentikan adu argumennya. Sammy menepukan kepalanya dengan tangan. Ia sejenak lupa dengan posisi ruangan-ruangan gedung ini. Kafeteria dekat dengan laboratorium kimia. Ia sudah tahu pelaku dari kejadian ledakan seperti itu. Kalau bukan 2 kawan karibnya yang maniak sains itu, mana lagi yang bisa meledakkan ruangan laboratorium selain mereka.

Pintu laboratorium terbuka dan banyak asap yang mengepul keluar dari ruangan itu. Keluar juga 2 orang, pelaku yang membuat ledakan di ruangan tadi. Yang satu memakai jas lab yang sudah ternodai dengan asap hitam, yang satu lagi memakai kacamata lab dan sarung tangan karet.

"Ohok..ohok. Oy, sudah kubilang jangan seenaknya mencampur natriumnya dengan larutan asamnya dong. Apa kau sudah gila, Seth?" teriak laki-laki tersebut sembari membersihkan debu dan kotoran di jas labnya.

Seth hanya tertawa terbahak-bahak sembari membersihkan kotoran yang masih ada di kacamata lab, "Hahahaha....sekali-sekali jadilah sedikit gila kalau mau tahu hasil dari praktek kita. Kau kadang harus sepertiku, Gerry."

Laki-laki yang disebut Gerry itu hanya mengacak-acak rambutnya sebal, sedangkan Seth hanya tertawa. Lalu ia melihat Sammy menatap mereka berdua seolah-olah menatapnya dengan tajam, seakan berkata tidak ada kapoknya kalau mereka terus melakukan eksperimen yang cukup gila. Seperti meledakkan lab misalnya.

"Sudah berapa kali kalian meledakkan laboratorium minggu ini?" kekeh Sammy saat melihat Seth dan Gerry berjalan ke meja makan.

"Jangan ditanya, mungkin 2 kali dalam minggu ini." balas Seth sembari menepukkan tangan ke arah Sammy, melakukan tos ala geng mereka. Disusul oleh Gerry melakukan hal yang sama.

"Hei, Jenny. Bagaimana projekmu yang aku bantu minggu lalu?" tanya Gerry pada Jenny yang masih memakan makanan di bekalnya.

"Sangat luar biasa. Kelompokku satu-satunya dapat nilai yang terbaik. Sebagai rasa terima kasih, kubuatkan spaghetti carbonara kesukaanmu besok, Kak Gerry." binar Jenny.

"Wah..tak salah aku membantumu, aku akan puasa sampai besok. Biar menikmati rasanya lapar lalu makan masakan Jenny, pasti lebih nikmat." ucap Gerry terselip nada gurauan di dalamnya.

Disaat mereka membahas Gerry yang akan dimasakkan makanan kesukaanya besok, terdengar suara riuh dari luar kafeteria. Sontak membuat murid-murid yang tadinya sibuk dengan kegiatannya masing-masing menoleh ke arah jendela yang menghadap ke lapangan, ingin tahu apa yang terjadi di luar sana. Tak terkecuali Sammy dan teman-temannya yang juga penasaran. Saat Mei Li yang berlari duluan ingin lihat, wajahnya yang tadinya antusias menjadi datar sedatar papan triplek. Seakan dia sudah tahu kenapa di luar suasananya riuh. Ya, baginya, pelaku yang tak lain dan yang bukan adalah teman perempuannya yang satu lagi yang lebih bar bar darinya. Luna Laney.

Luna berhadapan dengan seorang kakak kelas laki-laki yang bertubuh besar dengan otot-ototnya yang juga besar, rambut model mohawk dengan wajah garang yang kini terlihat marah menatap bengis ke arah Luna.

"Huh? Perempuan ini kau bilang? Yang mengancammu?" tanya si bongsor kepada 'bawahan'nya yang badannya lebih kecil dan lemah, dengan dahinya yang ditutupi oleh perban kecil.

"I...iya, bos. Dia bilang kalau berani memalak orang lagi, ia tak segan-segan akan memukulmu. Be..begitu katanya, bos." jelasnya sambil takut-takut.

Si bongsor itu mulai menggertakan tangannya dan memiringkan kepalanya, sembari maju dua langkah ke arah Luna, "Hei, untuk apa kau melukai anak buahku? Kau kan...bisa bilang langsung padaku. Padahal kau cukup cantik lhooo...bisa meninju anak buahku yang sepertinya. Kau mau apa? Kencan? Makan malam? Oh, atau...kau mau aku–"

DUAAAKKK!!!!

Luna yang sudah kesal sampai ke ubun-ubun langsung menendang 'itu' si bongsor, membuat sang empunya merasa kesakitan lalu tersungkur ke tanah.

Semua tatapan yang melihatnya tidak percaya dengan apa yang dilakukan Luna sekarang ini. Benar seperti yang dikatakan orang-orang. Cantik-cantik, tapi tomboy.

"Huh, daripada aku harus keluar denganmu, lebih baik aku terkurung di ruang jahanam Jimmy atau kencan bersama Sammy." ucap Luna dingin, lalu berjalan meninggalkan tempat kejadian.

"Oh....mau kencan denganku ya?" sahut Sammy dengan santai, membuat kepala-kepala menoleh ke arahnya.

Luna yang tadinya memasang wajahnya cuek nan dingin perlahan memerah karena Sammy menyahuti ucapannya ketika menghadapi si bongsor tadi.

"Sa....Sammy?"