35 Memilih gaun

"Pesta?" tanya Arthur penasaran sekali. Pesta apa? Apakah sepenting itu sampai Earl harus membeli gaun? Gaun apa?

"Aku akan memamerkan ini padamu. Dengan penuh bangga,"

"Ekhem!. Aku diundang oleh Presiden langsung untuk hadir sebagai tamu khusus di pesta ulang tahun ibu negara," Earl berkacak pinggang menatap Arthur seperti seorang penguasa. Sedangkan Arthur?

"Oh... orang tua masih suka merayakan ulang tahun yaa? Seperti anak kecil," Arthur berkomentar tidak tertarik sama sekali. Ia merebahkan tubuhnya ke samping sembari memakan ice cream. Ia menumpukan kepalanya pada telapak tangannya. Earl mendelik tajam.

"Setidaknya manusia menghargai umurnya untuk terus berbuat baik. Tidak seperti kau! Kau penjahat kelamin, tukang cabul menjengkelkan,"Arthur menaikkan pundaknya.

"Kenapa kau malah membanding-bandingkan aku? Aku hanya berusaha menikmati hidup. Tidak sepertimu yang selalu mencari mati dengan mengejarku," jawab Arthur acuh dan terus menyendokkan ice cream.

"Yaa, setidaknya hidupku baik-baik saja sekarang. Aku masih punya 98 keberuntungan setelah mengorbankan satu keberuntunganku karena kecelakaan kemarin. Jangan mendikte ku,"Earl pun berjalan ke ranjangnya dan meraih ponselnya.

Ia langsung membuka online shop dan mencari-cari gaun sesuai keinginannya. Tetapi sangat disayangkan, Earl hanya tahu tanktop dan celana. Ia sangat asing dengan bebagai gaun yang ia lihat sekarang. Terlalu banyak model, dan Earl tidak mengerti harus memih yang mana agar tidak begitu memalukan dirinya sendiri ketika memakai gaun yang aneh di tubuhnya.

Arthur tersenyum simpul menatap Earl tengah menatap berbagai macam gaun. Terus men-scroll hingga jempolnya kaku.

"Ayo beli gaun. Aku tahu seleramu akan sangat buruk jika aku tidak campur tangan," Earl menatap Arthur dengan sakit hati. Menohok Earl karena memang kenyataan terlalu pahit untuknya.

Dan akhirnya Earl lebih memilih menuruti Arthur kali ini. Semoga Arthur tidak tengah iseng kali ini.

-Tepi jembatan distrik B-

Dimana Jason hampir menjadi ikan asin karena berdiri menunggu kabar dari Arthur. Sudah sejak semalam hingga hampir menjelang malam ia tidak menerima kabar dari pria itu. Tidakkah ia berpikir berlebihan? Jason sangat kesal ketika sekali Arthur memberi kabar, ia akan pergi keluar dengan Earl membeli gaun. Hampir saja Jason melompat dari jembatan karena berita Arthur.

Secepat itukah? Apakah Jason harus menjadi wedding organizer Arthur? Tuhan.... Jason ingin rasanya mengutuk Arthur. Apakah mata Arthur benar-benar dibutakan cinta? Jason hanya menatap pasrah ketika Arthur disana tengah duduk menunggu Earl keluar dari fitting room.

"Jadi? Apakah bibit yang kau tanam di tempat yang tepat itu telah tumbuh?" tanya Jason menatap Arthur penuh ejekan. Arthur pun mengacuhkan.

"Ya tuhan... turunkanlah hujan sekarang," gumam Jason tidak jelas.

Dan ketika tirai fitting room terbuka, menampilkan sosok Earl disana dengan gaun biru tua pas selutut dengan atasan lace menutupi dada hingga lehernya. Itu pilihan Earl.

Sebenarnya Arthur sudah gatal ingin memprotes. Karena ia lebih suka Earl dengan gaun sexy tentu saja. Mengingat itu acara pesta Presiden, gaun itu sudah tepat bagi Arthur. Mana sudi ia membiarkan Earl berbapakaian sexy diluar pengawasannya. Mungkin Earl akan tinggal nama dibawa lari penculik. Pikir Arthur

Jason menatap Earl

"Seleranya membosankan," komentarnya dan langsung mendapat senyuman mengejek Arthur.

"Itu pertama kalinya dia memilih gaun. Seumur hidupnya dia hanya memakai celana panjang," jawab Arthur yang membuat Jason menepuk dahinya kuat.

"Malang sekali nasib Earl,"

Earl berjalan ke arah Arthur.

"Aku rasa ini sudah cukup formal. Bagaimana menurutmu? Apakah aku akan terlihat memalukan ketika datang ke pesta dengan ini?" Arthur menggelengkan kepala.

"Tidak, sudah cukup," Earl mengangguk dan kemudian berjalan memasuki fitting room dan melepas gaun itu.

Earl melepaskan gaun itu dan meminta pelayan itu untuk mencatatkan pesanannya ke kasir. Pelayan itu dengan senyum yang lebar menerima gaun dari tangan Earl.

"Nona memiliki pacar yang sangat tampan. Tetapi sepertinya ia tidak menyukai gaun ini," kata pelayan itu sembari melipat gaun itu dengan rapi. Earl mengenakan angkle bootnya.

"Tenang saja. Aku tidak membeli gaun dan berdandan untuknya. Jadi aku tidak peduli ia akan suka atau tidak," jawab Earl acuh. Sang pelayan pun menatap Earl dengan tatapan terkejut.

"Kalian tidak memiliki hubungan apapun? Padahal kalian sangat cocok satu sama lain," kata pelayan itu dan membungkus dengan rapi di sebuah kotak. Earl duduk di kursi menatap pelayan itu.

"Menurutmu, bila aku merasa nyaman berada di dekat seseorang walaupun dia menyebalkan, apakah itu termasuk ke dalam garis hubungan romantis?" pelayan pun tertawa kecil.

"Nona, cinta itu tumbuh karena perasaan nyaman ketika kita berada di dekat seseorang. Dan semakin kita merasa nyaman, akan terus tumbuh pula cinta itu. Menurut pengalaman saya pribadi, awal tumbuh cinta biasa diawali dari ketertarikan kita padanya, kemudian kita terbiasa berada di dekatnya, dan bukan tidak mungkin, awal kenyamanan itu menghasilkan cinta. Dimana kau akan merasa seperti tercekik bila tidak melihatnya sekali dalam sehari" Earl kemudian berpikir keras. Pelayan itu tersenyum kecil.

"Sepertinya, pria itu sudah memasuki tahap akhir dari cinta. Mungkin nona sedikit terlambat menyadarinya, tetapi tak mengapa. Aku melihat dia pria yang tulus mencintai nona," Earl menggelengkan kepalanya pusing. Perkataan tentang cinta si pelayan membuat otak Earl hampir meleleh.

Earl pun keluar dari fitting room dan hanya melihat Arthur seorang diri berdiri di depan kasir. Earl kembali berpikir ketika ia melihat tatapan Arthur kepadanya. Dan memang benar, jika Arthur menatapnya dengan tatapan yang lain bagi Earl. Dan di satu sisi, Earl juga merasa begitu percaya pada Arthur ketika mereka berdua. Tidak merasakan bahaya, atau bahkan khawatir Arthur akan menangkap dan menyiksanya. Nyatanya? Mereka malah menghabiskan waktu bersama seperti sepasang kekasih.

"Earl, aku tau aku ini sangat tampan. Kau tidak perlu menatapku seperti itu. Fokuslah ke jalan," Arthur tersenyum usil. Earl mumutar matanya kesal. Ia langsung meminggirkan mobilnya dan kemudian menatap Arthur dengan seksama. Arthur pun memiringkan tubuhnya dan juga menatap Earl.

"Kau daritadi bertingkah aneh setelah fitting gaun. Apakah kau kerasukan hantu?" Earl masih menatap Arthur, yang tentu saja Arthur sedikit merasa aneh dengan Earl.

"Kemari. Mendekatlah," Arthur pun menuruti dan terkejut ketika Earl menarik kaosnya dan menciumnya.

Untuk sesaat Arthur tidak bisa bergerak beberapa detik sebelum ia tersenyum kecil di dalam ciuman kaku Earl. Arthur menarik leher Earl lebih dalam dan kemudian mengimbangi ciuman Earl. Sedikit memberi arahan pada Earl ketika lidah mereka bertautan. Bibir yang saling mengecup satu sama lain. Dan ketika Earl melepaskan ciuman mereka. Wajah Earl memerah tidak karuan menatap Arthur dengan tatapan tidak percaya. Earl buru-buru melepas sabuk dan keluar dari mobil.

"Ya tuhan... perasaan apa ini..."gumam Earl panik.

.

.

.

To be continued

avataravatar
Next chapter