Suasana mendadak hening. Baik Arthur dan Earl, mereka semua sudah terbang dalam pikirannya masing-masing. Arthur yang sibuk mengutuk perceraian dan Earl sibuk mengutuk mulutnya karena terbakar api cemburu.
Arthur melirik istrinya sejenak dan kemudian menghela nafasnya. Ia paling tidak bisa marah dengan istrinya. Earl tengah hamil dan memaksakan dirinya untuk semakin menekan emosinya agar istrinya ini tidak setres.
"Kemarilah,"
Arthur pun memeluk Earl dengan erat. Bagaimana bisa ia memikirkan wanita lain sedangkan dunianya sudah menyuguhkan Earl di dalam hatinya. Justru yang Arthur khawatirkan Earl sendiri yang akan bosan padanya karena sikapnya.
Arthur sulit untuk romantis seperti pria lain yang selalu menyelipkan kata-kata manis pada wanita. Ia hanya pria yang kebetulan kaya dan Earl adalah istri yang kebetulan tidak menyukai harta. Lalu Arthur harus bagaimana?
"Kau sungguh membuatku kesal setengah mati Earl." Bisik Arthur pelan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com