webnovel

Ch 27

Keesokan harinya, suasana di Twilight Manor penuh dengan aktivitas. Anggota Loki Familia bergegas ke sana-sini setelah mendengar pengumuman penting dari Finn. Dengan ekspresi serius, Finn berdiri di tengah aula utama, matanya yang tajam memindai para anggota Familia yang berkumpul di sekelilingnya.

"Perhatian, semuanya!" Finn memulai dengan suara tegas. "Loki Familia akan melakukan ekspedisi besar-besaran dengan target menembus lantai 59. Ini akan menjadi salah satu ekspedisi terberat yang pernah kita lakukan, jadi pastikan kalian siap. Bagi yang belum memperbarui status, lakukan sekarang."

Mendengar pengumuman itu, para anggota segera bergerak menuju ruang pribadi Loki untuk memperbarui status mereka. Setiap orang sadar bahwa update status sangat penting sebelum ekspedisi besar seperti ini, terutama ketika mereka akan menghadapi tantangan yang lebih berat di lantai bawah Dungeon.

Bete Loga adalah orang yang terakhir memasuki ruangan Loki. Dengan cepat, ia selesai memperbarui statusnya dan melangkah keluar dengan wajah yang tampak lebih percaya diri.

Setelah Bete selesai, giliran Shirou yang masuk ke ruangan Loki. Shirou melangkah masuk dengan tenang, meskipun ada sedikit kegelisahan di hatinya. Dia sudah lama tidak memperbarui statusnya, dan setelah mengalahkan Olivas Act, dia tahu bahwa banyak hal mungkin telah berubah.

Loki, yang sedang duduk di meja dengan senyum licik khasnya, melirik Shirou saat dia masuk. "Nah, akhirnya kau datang juga, Emiya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau memperbarui status, bukan?" tanya Loki dengan nada menggoda, meski ada sedikit keprihatinan di balik suaranya.

Shirou tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Iya, sudah cukup lama. Aku rasa ini waktu yang tepat untuk melihat seberapa banyak aku berkembang," jawabnya dengan tenang.

Loki dengan cekatan mempersiapkan segala sesuatunya dan mulai memperbarui status Shirou. Saat dia menuangkan setetes darah Shirou ke punggungnya dan membaca status baru yang muncul, mata Loki melebar sedikit, menunjukkan rasa terkejut yang ia coba sembunyikan.

"Wow, perkembanganmu cukup signifikan, Shirou. Sepertinya mengalahkan Olivas Act memberikan dorongan besar bagi statusmu," kata Loki, matanya memindai statistik baru yang terukir di punggung Shirou.

Shirou mendengarkan dengan tenang, tapi dia tahu ada lebih banyak yang ingin dikatakan Loki.

Setelah beberapa saat, Loki menyeringai, tapi ada kilatan serius di matanya. "Kau tahu, Shirou, aku bisa merasakan bahwa kau belum mengeluarkan semua kekuatanmu. Ada sesuatu dalam dirimu yang masih kau tahan, bukan?"

Shirou menunduk sedikit, merenungkan kata-kata Loki. Dia tahu bahwa ada banyak kekuatan dari dirinya yang dia simpan, kemampuan yang dia hindari untuk digunakan di dunia ini, termasuk kemampuannya menggunakan Reality Marble. 

Loki melanjutkan, suaranya lebih lembut namun penuh harap. "Aku tidak akan memaksamu untuk mengungkap semua rahasiamu, Shirou. Tapi yang kuharapkan adalah, ketika kita berada di ekspedisi nanti, kau akan menggunakan kekuatanmu untuk menjaga anggota lain. Kita akan menghadapi musuh yang jauh lebih kuat di lantai 59, dan aku butuh semua orang, termasuk kau, untuk memberikan yang terbaik."

Shirou mengangkat kepalanya dan menatap Loki. Dia bisa melihat ketulusan dalam kata-katanya, meskipun Loki dikenal suka bermain-main, ada saat-saat seperti ini di mana dia menunjukkan sisi seriusnya sebagai dewi yang memimpin Familia yang kuat.

"Baik, Loki," jawab Shirou dengan suara mantap. "Aku akan memastikan untuk menggunakan kekuatanku sebaik mungkin di ekspedisi ini. Aku tidak akan mengecewakanmu atau anggota yang lain."

Loki tersenyum puas, lalu menepuk punggung Shirou dengan ringan. "Itu yang ingin kudengar! Ingat, kita adalah keluarga di sini, dan aku mengandalkanmu, Emiya. Jangan ragu untuk menunjukkan apa yang sebenarnya kau miliki."

Shirou mengangguk, merasa beban di hatinya sedikit berkurang. Meskipun dia selalu ragu untuk menunjukkan seluruh kekuatannya, ada sesuatu dalam kata-kata Loki yang membuatnya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang.

Setelah selesai, Shirou berdiri dan mempersiapkan diri untuk meninggalkan ruangan. Sebelum dia pergi, Loki memanggilnya sekali lagi.

"Dan Shirou," kata Loki dengan senyum penuh arti. "Jangan lupa, kalau kau merasa butuh bicara atau meminta bantuan, aku selalu ada di sini. Kita akan hadapi ini bersama-sama."

Shirou menoleh dan tersenyum tipis. "Terima kasih, Loki. Aku akan mengingat itu."

Dengan semangat yang diperbarui, Shirou meninggalkan ruangan, siap menghadapi ekspedisi besar yang akan segera dimulai. Dia tahu bahwa tantangan di lantai 59 tidak akan mudah, tapi dengan tekad dan kekuatan yang dia miliki, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melindungi semua orang yang penting baginya, termasuk keluarga barunya di Loki Familia.

Level 3:

Strength: I(20) -> C(634)

Endurance: I(13) -> C(657)

Dexterity: I(17) -> B(700)

Agility: I(23) -> C(632)

Magic: I(40) -> B(721)

Archer: I

Magic Resistance: I

Magic:

- Magecraft

Skills:

Underdog :Mengurangi excelia yang diterima saat melawan musuh yang lebih lemah, dan meningkatkan excelia saat melawan musuh yang lebih kuat.

Pagi itu, di depan pintu masuk menuju Dungeon, suasana penuh dengan kegelisahan bercampur semangat. Loki Familia berkumpul, siap untuk memulai ekspedisi besar yang telah mereka persiapkan dengan matang. Bersama mereka, Hephaestus Familia juga hadir, bergabung untuk membantu memperbaiki senjata yang mungkin rusak selama pertempuran di Dungeon.

Shirou berdiri di antara anggota Loki Familia, memperhatikan persiapan yang sedang berlangsung. Matanya melirik ke arah Tsubaki Collbrande, kapten Hephaestus Familia, yang terkenal sebagai pandai besi handal. Shirou teringat bahwa dia pernah menyalin salah satu Magic Sword buatan Tsubaki, sebuah pedang api yang memiliki kekuatan sihir luar biasa. Magic Sword itu sudah Shirou modifikasi menjadi salah satu magic arrownya.

Sambil menunggu perintah untuk bergerak, Shirou melihat Aiz Wallenstein berdiri sedikit terpisah, menerima sebuah kalung dari Lulune Louie, anggota Hermes Familia. Lulune tersenyum lebar saat dia memberikan kalung itu, mengatakan bahwa itu adalah titipan dari pemberi quest dengan jubah hitam yang berharap Aiz selalu aman selama ekspedisi.

"Ini titipan dari si jubah hitam misterius," kata Lulune sambir berbisik. "Dia ingin memastikan Aiz selalu dilindungi di Dungeon. Kalung ini memiliki kekuatan pelindung."

Aiz menerima kalung itu dengan anggukan ringan, bersiap untuk memakainya. Namun, saat Aiz mengangkat kalung itu, sesuatu membuat Shirou merasa tidak nyaman. Dia merasakan getaran energi yang aneh dari benda tersebut. Shirou, yang ahli dalam Structural Analysis, memutuskan untuk memeriksa kalung itu lebih dekat.

"Aiz, boleh aku lihat kalung itu sebentar?" tanya Shirou, nadanya tenang tapi serius.

Aiz menatap Shirou dengan sedikit heran, tetapi mempercayai instingnya dan menyerahkan kalung itu. "Tentu, Shirou. Ada apa?"

Shirou mengambil kalung itu dan memusatkan energinya, menggunakan Structural Analysis untuk memeriksa apa yang tersembunyi di dalamnya. Beberapa saat kemudian, dia membuka matanya, ekspresinya berubah menjadi serius.

"Kalung ini...," Shirou mulai berbicara, menatap Aiz dengan tajam. "Kalung ini bukan hanya sekadar pelindung. Ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya, semacam sihir yang mirip dengan alat penyadap. Seseorang mungkin mencoba untuk mengawasi atau mendengarkan percakapanmu selama ekspedisi."

Mata Aiz melebar sedikit mendengar penjelasan Shirou. "Penyadap? Tapi kenapa...?" Dia berpikir sejenak, mencoba mencerna informasi itu.

Shirou menghela napas, berpikir keras. "Aku tidak tahu siapa yang memasang sihir ini atau apa tujuannya, tapi aku sarankan kau tidak memakainya. Jika kau harus membawanya, lebih baik kau menjatuhkannya saat perjalanan nanti. Itu akan mengurangi risiko kalau kalung ini memang dimaksudkan untuk tujuan jahat."

Aiz mengangguk pelan, menyadari kebenaran dalam kata-kata Shirou. "Baik, Shirou. Aku akan mengikuti saranmu." Dia memasukkan kalung itu ke dalam kantong kecil di pinggangnya, memutuskan untuk menjatuhkannya di waktu yang tepat nanti.

Lulune yang masih berada di dekat mereka, tidak menyadari percakapan serius antara Shirou dan Aiz, hanya tersenyum sambil melambai ke arah mereka sebelum kembali ke kelompoknya.

Setelah itu, Finn memberikan instruksi terakhir sebelum ekspedisi dimulai. "Semua sudah siap? Ingat, kita akan turun ke lantai 59, jadi fokuslah dan jaga satu sama lain. Hephaestus Familia akan bersama kita, jadi jangan ragu untuk meminta bantuan mereka jika senjata kalian rusak."

Tsubaki, yang berdiri di samping Finn, menepuk pundak Finn dengan senyum lebar. "Tenang saja, Finn. Hephaestus Familia siap menjaga senjata kalian tetap tajam dan kuat!"

Anggota kedua Familia menyambut dengan semangat, siap untuk menghadapi tantangan besar yang menunggu mereka di kedalaman Dungeon. Shirou merasa sedikit lega mengetahui bahwa Aiz tidak akan mengenakan kalung tersebut, tetapi perasaan waspada tetap ada di dalam dirinya. Dia tahu bahwa di ekspedisi ini, banyak hal yang bisa terjadi, dan dia harus siap menghadapi apa pun yang datang.

Dengan persiapan yang matang dan semangat yang tinggi, Loki Familia bersama Hephaestus Familia akhirnya memulai perjalanan mereka menuju kedalaman Dungeon, siap untuk menghadapi bahaya yang menanti di lantai 59.

Saat ekspedisi dimulai, Finn memutuskan untuk membagi Loki Familia menjadi dua kelompok. Kelompok pertama sudah lebih dulu turun ke dalam Dungeon untuk membersihkan jalan dan mengamankan area, sementara kelompok kedua, yang terdiri dari Shirou, Aiz, Tiona, Tione, Bete, Riveria, Gareth, dan Finn sendiri, akan menyusul untuk memastikan jalur yang aman bagi seluruh anggota Familia.

Mereka melangkah dengan cepat namun waspada melalui lantai awal Dungeon. Namun, di tengah perjalanan, mereka dikejutkan oleh seorang petualang pemula yang berlari terburu-buru ke arah mereka, wajahnya pucat dan napasnya tersengal-sengal.

"Tolong! Ada seorang anak muda berambut putih... dia diserang oleh Minotaur!" teriak pemula itu dengan nada penuh panik.

Aiz langsung tersentak mendengar deskripsi itu. "Bell..." gumamnya dengan suara pelan, namun penuh dengan rasa khawatir. Tanpa berpikir dua kali, Aiz langsung berlari ke arah yang ditunjukkan oleh pemula tersebut, angin mengiringi langkahnya yang cepat.

"Aiz!" panggil Finn, mencoba menghentikan Aiz, tetapi dia tahu bahwa Aiz tidak akan berhenti begitu saja. Finn segera memberikan perintah kepada yang lain. "Semua, ikuti Aiz! Kita tidak bisa membiarkannya sendirian!"

Shirou, Tiona, Tione, Bete, Riveria, dan Gareth segera berlari menyusul, mengikuti Aiz yang sudah jauh di depan. Mereka tahu bahwa jika Bell benar-benar diserang oleh Minotaur, waktunya sangat terbatas.

Saat mereka mendekati tempat kejadian, Aiz tiba-tiba berhenti di tengah jalan, matanya menatap tajam ke depan. Di sana, berdiri seorang pria berotot dengan mata penuh determinasi—Ottar, kapten dari Freya Familia. Dia berdiri tegap, seolah-olah siap untuk menghadang siapa pun yang mencoba lewat.

"Ottar...," kata Aiz dengan suara dingin. Dia tahu bahwa Ottar adalah lawan yang sangat kuat, bahkan mungkin salah satu yang paling berbahaya di Orario.

Ottar menatap Aiz tanpa ekspresi, tetapi aura kekuatannya terasa berat, hampir menindas. "Aku diperintahkan untuk mengawasi," ucap Ottar singkat, suaranya dalam dan penuh otoritas. "Tidak ada yang bisa mengganggu pertarungan itu."

"Minggir, Ottar," jawab Aiz dengan tegas. "Aku tidak akan membiarkan Bell mati di sini."

Ottar tidak bergerak, hanya menatap Aiz dengan tatapan yang tajam. "Itu bukan urusanmu, Sword Princess. Pertarungan ini adalah bagian dari ujian yang diberikan padanya. Freya-sama ingin melihat sejauh mana dia bisa berkembang."

"Ini bukan ujian, ini penyiksaan!" Aiz berseru, tangan kanan yang memegang pedangnya bergetar, siap untuk bertarung jika perlu.

Saat ketegangan antara mereka semakin meningkat, anggota Loki Familia yang lain akhirnya tiba. Finn melangkah maju, berdiri di samping Aiz dengan wajah tenang tapi penuh kewaspadaan.

"Ottar, kita tidak ingin masalah di sini," kata Finn dengan nada diplomatis. "Tapi kami tidak bisa membiarkan salah satu teman kami terancam. Lepaskan kami, dan tidak akan ada masalah lebih lanjut."

Ottar menatap anggota Loki Familia yang semakin banyak berkumpul di sekelilingnya. Meskipun dia adalah salah satu petarung terkuat di Orario, menghadapi seluruh kelompok Loki Familia adalah hal yang bodoh. Dia tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk konflik.

Dengan suara rendah, Ottar akhirnya berkata, "Aku hanya mengikuti perintah. Tapi untuk kali ini, aku akan mundur." Dia melangkah mundur perlahan, membuka jalan bagi mereka.

Aiz langsung melesat ke depan begitu Ottar mundur, tidak menyia-nyiakan waktu. Shirou dan yang lain mengikuti dengan cepat, berlari menuju tempat di mana Bell mungkin sedang bertarung untuk hidupnya.

Sesampainya di sana, mereka menemukan Bell Cranel, anak muda berambut putih, yang berdiri berhadapan dengan Minotaur besar. Tubuh Bell dipenuhi luka, namun tekad di matanya tak tergoyahkan. Aiz melihat bahwa Bell sedang berada di ambang batas, tetapi yang mengejutkan, dia terus berjuang, meskipun peluangnya tampak tipis.

"Bell!" teriak Aiz, pedangnya siap untuk menyerang Minotaur itu.

Namun, Bell hanya menoleh sedikit, dan meskipun lelah, dia menggelengkan kepalanya. "Aiz-san... tolong biarkan aku... menyelesaikan ini sendiri..." suaranya terdengar putus asa namun penuh tekad.

Aiz terdiam, bingung antara keinginannya untuk melindungi Bell dan menghormati permintaan pemuda itu.

Shirou, yang berdiri di samping Aiz, merasakan keputusan sulit yang harus diambil. Dia meletakkan tangannya di bahu Aiz dan berkata dengan tenang, "Percayalah padanya, Aiz. Ini adalah pertarungannya. Tapi kita akan tetap di sini untuk memastikan dia tidak jatuh."

Aiz menatap Shirou, lalu mengangguk pelan. "Baik... tapi kita akan menolongnya jika dia tidak bisa lagi bertarung," katanya dengan tegas.

Dengan persetujuan yang terucap, mereka semua berdiri di belakang, menyaksikan Bell yang terus melawan. Meskipun hati mereka dipenuhi kecemasan, mereka menghormati permintaan Bell dan bersiap untuk memberikan dukungan kapan saja.

Dengan semua yang terjadi, satu hal menjadi jelas: ekspedisi ini tidak hanya akan menjadi ujian fisik, tetapi juga ujian mental dan emosional bagi setiap anggota Loki Familia. Mereka tahu bahwa bahaya di Dungeon bukan hanya datang dari monster, tetapi juga dari konflik dan pilihan sulit yang harus mereka hadapi.

Bell Cranel, yang masih pemula dengan level 1, bertarung dengan penuh kegigihan melawan Minotaur berlevel 2. Pemandangan itu membuat para anggota Loki Familia yang menyaksikan dari kejauhan tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa Bell, yang dulu sering dianggap lemah dan bahkan pernah ditertawakan oleh Bete, kini bisa bertarung dengan tekad yang begitu kuat.

Bete, yang biasanya sinis, berdiri diam menyaksikan pertarungan itu. Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi ada kilatan pengakuan di matanya. Dia ingat bagaimana dia dulu mengejek Bell, menganggapnya tidak berguna. Namun, melihat pemuda itu sekarang, berjuang mati-matian meski melawan musuh yang lebih kuat, membuat Bete sadar bahwa Bell telah berkembang pesat.

Tiona, yang juga menonton dengan penuh perhatian, tersenyum lebar saat melihat Bell terus melawan. "Pertarungan ini...," ujarnya dengan nada kagum, "Ini mengingatkanku pada cerita Argonaut! Seorang pahlawan yang berani menghadapi musuh yang jauh lebih kuat, hanya dengan tekad dan keberanian!"

Tione, yang berdiri di sampingnya, mengangguk. "Iya, meski Bell belum sekuat Argonaut, dia memiliki semangat yang sama. Ini benar-benar mengagumkan," katanya dengan nada yang lebih tenang tapi penuh penghargaan.

Di tengah kekaguman itu, Finn beralih ke Shirou, yang berdiri dengan ekspresi penuh pertimbangan. Dengan senyum kecil di wajahnya, Finn bertanya dengan nada bercanda, "Jadi, Shirou, bagaimana perbandingannya? Waktu kau masih level satu seperti Bell sekarang, kau pernah melawan musuh yang jauh lebih kuat, seperti Revis yang level 6. Apa yang ada di pikiranmu saat itu?"

Shirou menoleh pada Finn, menyadari bahwa meskipun Finn bercanda, pertanyaannya mengandung rasa ingin tahu yang tulus. Shirou mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan lawan-lawan yang jauh lebih kuat dari dirinya, termasuk Revis, dan bagaimana dia harus mengandalkan lebih dari sekadar kekuatan fisik untuk bertahan.

"Saat itu, yang ada di pikiranku hanyalah satu hal," kata Shirou dengan nada tenang, tapi tegas. "Aku harus bertahan, tidak peduli betapa lemahnya aku dibandingkan musuhku. Aku tahu bahwa jika aku jatuh, orang lain yang aku sayangi akan berada dalam bahaya. Jadi, meskipun aku tidak memiliki kekuatan untuk menang, aku tetap maju, berharap setidaknya aku bisa melindungi orang lain, atau membuat cukup perbedaan untuk memberi mereka kesempatan bertahan."

Finn tersenyum lebih lebar mendengar jawaban Shirou. "Itu adalah jawaban yang sangat cocok untukmu Shirou," katanya sambil tertawa kecil. "Seperti Bell sekarang, kau juga bertarung dengan hati, bukan hanya dengan pedang."

Shirou menatap Bell yang masih berjuang melawan Minotaur, dan meskipun dia merasa simpati, dia juga melihat kemauan yang luar biasa dalam diri Bell. "Bell memiliki tekad yang kuat," lanjut Shirou. "Dia mungkin belum memiliki kekuatan yang besar, tapi tekadnya bisa membuatnya mencapai hal-hal yang luar biasa. Itulah yang membuatnya mirip dengan pahlawan yang diceritakan Tiona."

Finn mengangguk setuju, matanya kembali ke arah pertarungan yang masih berlangsung. "Benar. Dalam pertarungan ini, Bell mungkin tidak hanya menguji kekuatannya sendiri, tetapi juga membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia bisa mengatasi ketakutannya, dan itu lebih berharga daripada sekadar kemenangan."

Sementara itu, Bell, meskipun terluka dan lelah, tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Setiap pukulan dan tebasan yang dia terima dari Minotaur, dia balas dengan serangan penuh tekad. Kegigihannya menginspirasi anggota Loki Familia, yang semakin menghormati pemuda itu meskipun dia belum mencapai level mereka.

Aiz, yang awalnya khawatir, mulai merasa lega dan sedikit bangga melihat seberapa jauh Bell telah berkembang. Dia bisa melihat sedikit dari dirinya sendiri dalam cara Bell berjuang tanpa henti, meskipun peluangnya kecil.

Saat pertarungan itu berlanjut, Shirou menyadari bahwa momen ini lebih dari sekadar pertarungan biasa bagi Bell. Ini adalah titik balik, sebuah ujian di mana Bell akan membuktikan bukan hanya kepada orang lain, tetapi juga kepada dirinya sendiri, bahwa dia layak menjadi seorang petualang sejati.

Dan dengan setiap detik yang berlalu, Bell Cranel, meskipun masih seorang pemula, menunjukkan bahwa dia memiliki potensi untuk menjadi seseorang yang besar, sama seperti para pahlawan dalam cerita yang pernah dia dengar.

Bell Cranel, meskipun tubuhnya dipenuhi luka dan napasnya terengah-engah, tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. Minotaur di depannya tampak semakin marah, namun Bell hanya memfokuskan seluruh energinya pada satu mantra yang sudah ia kenal baik.

"Firebolt!" Bell berteriak, melancarkan sihir petir api dari jarak dekat. Serangan itu menghantam Minotaur dengan keras, namun Bell tidak berhenti di situ. Dia terus mengumpulkan sisa energinya, mengeluarkan lagi dan lagi mantra Firebolt dari jarak yang sangat dekat.

"Firebolt! Firebolt! Firebolt!" teriak Bell, setiap kali menembakkan sihirnya tanpa henti.

Akhirnya, serangan bertubi-tubi itu mencapai puncaknya. Tubuh Minotaur yang sudah terluka parah tidak bisa menahan ledakan sihir yang terus menerus mengenai tubuhnya. Dengan raungan terakhir, Minotaur itu meledak menjadi abu, meninggalkan Bell yang berdiri sendirian di tengah-tengah lapangan yang penuh dengan jejak pertempuran.

Namun, kemenangan ini datang dengan harga yang mahal. Bell sudah menghabiskan semua Falna sihirnya, tubuhnya sudah mencapai batasnya. Dengan napas yang tersisa, Bell tetap berdiri, namun matanya perlahan-lahan tertutup. Dia sudah tidak punya tenaga lagi, dan kesadarannya mulai memudar.

Melihat Bell yang mulai goyah, Shirou segera bergerak. Dia berlari cepat ke arah Bell, dan sebelum pemuda itu sempat jatuh ke tanah, Shirou memeluk badannya dengan hati-hati, menahan tubuhnya agar tidak terhempas ke bawah.

"Bell... kau sudah melakukan lebih dari cukup," bisik Shirou dengan nada lembut, menghormati usaha luar biasa pemuda itu.

Bell tidak merespon, sudah kehilangan kesadarannya sepenuhnya. Namun, di wajahnya yang lelah, ada ekspresi damai—tanda bahwa dia telah memberikan segalanya dalam pertarungan ini.

Shirou, dengan tenang, mengangkat tubuh Bell dan menggendongnya dengan lembut. Meskipun Bell pingsan, Shirou memastikan bahwa pemuda itu tetap aman dalam pelukannya. Saat Shirou berbalik, dia melihat Liliruca Arde, supporter Bell, yang juga terluka dan kelelahan, terbaring tidak jauh dari tempat Bell bertarung. Mata Lily menunjukkan kelegaan melihat Bell selamat, namun tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak.

"Finn," Shirou memanggil pemimpin Loki Familia yang mendekat, "Bell dan Lily sudah benar-benar kelelahan. Aku akan membawa mereka kembali ke Hestia Familia. Mereka membutuhkan perawatan segera."

Finn mengangguk, memahami situasinya. "Kau benar, Shirou. Bawa mereka kembali dengan selamat. Kami akan melanjutkan ekspedisi tanpa kalian. Pastikan mereka mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan."

Aiz, yang masih menatap Bell dengan campuran kekaguman dan kelegaan, mengangguk setuju. "Itu yang terbaik. Bell sudah memberikan segalanya. Dia butuh istirahat."

Shirou menatap mereka semua dengan penuh keyakinan. "Aku akan memastikan mereka kembali dengan aman. Jangan khawatir."

Dengan Bell di pelukannya dan Lily yang dia gendong dengan hati-hati di sisi lain, Shirou mulai berjalan keluar dari Dungeon. Setiap langkahnya penuh dengan ketenangan, meskipun dia tahu bahwa tugas ini sangat penting. Dia memastikan langkahnya mantap, agar tidak mengguncang tubuh mereka yang terluka.

Di sepanjang perjalanan keluar, Shirou merasa terhubung dengan Bell. Meskipun mereka tidak banyak berbicara sebelumnya, Shirou bisa merasakan kesamaan dalam tekad mereka untuk melindungi orang-orang yang mereka sayangi. Dia juga mengerti betapa pentingnya Bell bagi banyak orang, termasuk Aiz, yang jelas-jelas sangat peduli padanya.

Setelah keluar dari Dungeon dan sampai di permukaan, Shirou segera mengarahkan langkahnya menuju markas Hestia Familia. Meskipun perjalanan itu terasa panjang, Shirou tetap fokus untuk menjaga Bell dan Lily aman.

Sesampainya di sana, dia disambut oleh Hestia, dewi yang sangat mencintai Bell seperti anaknya sendiri. Wajah Hestia berubah pucat ketika melihat keadaan Bell dan Lily, tetapi begitu melihat Shirou membawa mereka dengan aman, rasa khawatirnya sedikit mereda.

"Bell! Lily!" seru Hestia dengan nada cemas, berlari ke arah mereka.

"Mereka selamat, tapi mereka butuh perawatan segera," kata Shirou dengan tenang, menurunkan Bell dan Lily dengan hati-hati. "Aku membawa mereka ke sini secepat mungkin."

Hestia mengangguk, matanya berair karena lega. "Terima kasih, Shirou. Kau benar-benar menyelamatkan mereka."

Shirou hanya tersenyum tipis dan mengangguk. "Mereka adalah teman kita semua. Sudah tugasku untuk memastikan mereka selamat."

Dengan Bell dan Lily sekarang berada di tangan Hestia, Shirou merasa lega. Dia telah melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu, dan sekarang dia bisa kembali fokus pada ekspedisi yang sedang berlangsung.

Namun, dalam hatinya, Shirou merasa bahwa hubungan antara dirinya, Bell, dan anggota Loki Familia semakin dalam setelah kejadian ini. Dia tahu bahwa mereka semua adalah bagian dari dunia yang sama, terhubung oleh pertempuran dan tekad yang sama untuk melindungi apa yang mereka sayangi.

Dengan perasaan itu, Shirou berpamitan dan mulai kembali menuju Dungeon, siap untuk bergabung kembali dengan Loki Familia dan melanjutkan ekspedisi mereka.

Seperti yang sudah menjadi kebiasaan bagi Loki Familia, mereka berhasil menembus lantai 50 dengan lancar. Meskipun lantai ini dikenal sebagai salah satu bagian yang lebih berbahaya di Dungeon, mereka berhasil melaluinya tanpa kesulitan berarti. Shirou, yang bergabung dalam ekspedisi ini, memainkan peran yang berbeda kali ini. Dia lebih banyak bertindak sebagai supporter, memungut drop item dan memastikan barang-barang yang ditemukan tetap aman.

Salah satu alasan Shirou memilih peran ini adalah karena mereka bekerja sama dengan Hephaestus Familia. Di dalam hatinya, Shirou masih ingin menyembunyikan kemampuan Projection yang ia miliki, terutama karena banyak dari senjata yang ia salin berasal dari karya-karya Hephaestus Familia. Dia tahu bahwa menampilkan kekuatan penuh di depan mereka mungkin akan menimbulkan kecurigaan yang tidak diinginkan.

Malam itu, setelah perjalanan panjang dan pertempuran yang melelahkan, kedua Familia mendirikan kemah di zona aman lantai 50. Zona ini, meskipun berada jauh di dalam Dungeon, relatif aman dari serangan monster, menjadikannya tempat yang ideal untuk beristirahat dan mempersiapkan diri sebelum melanjutkan ke lantai berikutnya.

Di sekitar perkemahan, api unggun dinyalakan, memberikan cahaya hangat yang menerangi wajah-wajah yang lelah namun puas. Anggota Loki Familia dan Hephaestus Familia duduk bersama, berbagi makanan, tawa, dan cerita tentang pertempuran yang mereka alami sepanjang hari.

Tsubaki, kapten Hephaestus Familia, duduk tidak jauh dari Shirou, memeriksa senjata yang baru saja selesai diperbaiki. Dia melirik ke arah Shirou yang sedang sibuk memeriksa drop item.

"Hei, Shirou," panggil Tsubaki dengan nada ramah, "Kau cukup pandai dalam mencari barang-barang langka di Dungeon, ya? Banyak yang kau temukan hari ini adalah item yang jarang muncul."

Shirou menoleh dan tersenyum sopan. "Terima kasih, Tsubaki. Aku hanya mencoba membantu sebisa mungkin. Lagipula, dengan kalian di sini, aku tidak perlu terlalu khawatir tentang pertarungan."

Tsubaki tertawa kecil dan mengangguk. "Yah, kami memang punya beberapa tangan yang cukup andal untuk urusan bertarung. Tapi tetap saja, kau melakukan pekerjaan yang bagus. Jangan terlalu merendahkan dirimu sendiri."

Finn, yang duduk di seberang mereka, menimpali dengan senyum tipis. "Shirou memang punya bakat dalam menjaga keseimbangan dalam tim. Meskipun dia tidak menonjol dalam pertarungan hari ini, kontribusinya tetap penting."

Shirou mengangguk dengan rendah hati. "Aku hanya ingin memastikan semua berjalan lancar. Terlebih lagi, aku rasa menjaga senjata dan peralatan kita tetap aman sama pentingnya dengan bertarung."

Tiona, yang sedang mengunyah makanan di dekat sana, ikut bergabung dalam percakapan. "Benar, apalagi dengan semua drop item yang kita dapat hari ini, kita bisa memperbaiki dan memperkuat senjata kita. Itu semua berkat kerja kerasmu, Shirou."

Riveria, yang juga mendengarkan percakapan ini, menatap Shirou dengan pandangan lembut. Dia tahu bahwa Shirou menahan diri dari menunjukkan kekuatan penuhnya, tapi dia juga mengerti alasannya. "Kita semua punya peran masing-masing dalam ekspedisi ini. Dan kau, Shirou, memainkan peranmu dengan sangat baik."

Shirou merasa sedikit tersentuh oleh dukungan dari rekan-rekannya, tetapi dia tetap berusaha untuk tidak terlalu menonjol. "Terima kasih, semuanya. Aku senang bisa membantu."

Malam itu, di tengah perkemahan yang tenang, suasana menjadi lebih santai dan akrab. Anggota Loki Familia dan Hephaestus Familia menghabiskan waktu mereka untuk beristirahat dan memulihkan tenaga, sambil berbagi cerita dan tertawa bersama.

Aiz, yang duduk tidak jauh dari Shirou, sesekali melirik ke arahnya. Dia bisa merasakan bahwa Shirou menyimpan sesuatu, kekuatan yang dia pilih untuk tidak diperlihatkan. Namun, dia tidak merasa perlu untuk menanyakan lebih lanjut. Aiz tahu bahwa setiap petualang memiliki rahasia dan alasan mereka sendiri, dan dia menghormati itu.

Malam semakin larut, dan satu per satu anggota Familia mulai masuk ke tenda mereka untuk tidur. Sebelum tidur, Shirou meluangkan waktu sejenak untuk memandang langit yang gelap di atas zona aman itu, merenungkan perjalanannya sejauh ini.

Dia tahu bahwa semakin jauh mereka masuk ke Dungeon, semakin besar kemungkinan dia harus mengungkapkan sebagian dari kekuatan yang dia simpan. Tetapi untuk saat ini, Shirou merasa puas dengan perannya sebagai pendukung—melindungi teman-temannya dengan cara yang tidak selalu terlihat, tetapi sama pentingnya.

Dengan perasaan tenang, Shirou akhirnya masuk ke tendanya, siap untuk menghadapi tantangan baru yang akan datang di lantai-lantai berikutnya.

Malam itu, di depan api unggun yang hangat, suasana perkemahan Loki Familia dan Hephaestus Familia berubah menjadi lebih serius. Finn Deimne, pemimpin Loki Familia, mengumpulkan semua anggota penting untuk mengadakan rapat strategis. Mereka tahu bahwa mulai dari lantai 51 ke bawah, tantangan akan semakin berat, dan setiap langkah harus direncanakan dengan matang.

Finn berdiri di depan api unggun, wajahnya diterangi oleh cahaya yang berkelap-kelip, memberikan kesan tegas dan penuh wibawa. Semua mata tertuju padanya, menunggu keputusan yang akan dibuat.

"Baiklah, semuanya," Finn memulai dengan nada tenang namun tegas, "besok kita akan melanjutkan ekspedisi kita ke lantai 51 dan seterusnya. Lantai-lantai ini akan jauh lebih berbahaya, jadi kita harus memastikan siapa saja yang akan maju dan siapa yang akan menjaga kemah."

Finn memandang sekeliling, melihat wajah-wajah yang menatapnya dengan penuh perhatian. "Aiz, Tiona, Tione, dan Bete," Finn mulai menyebut nama-nama, "kalian akan berada di garis depan. Kalian adalah yang terbaik dalam pertempuran jarak dekat, dan kekuatan kalian sangat dibutuhkan untuk menembus pertahanan musuh di lantai berikutnya."

Aiz mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan ketegasan yang biasa. Tiona dan Tione tersenyum penuh semangat, sementara Bete hanya mendengus, tetapi jelas siap untuk tantangan yang akan datang.

"Raul, Lefiya, Cruz, Alicia, dan Narvi," lanjut Finn, "kalian akan bertindak sebagai Supporter. Fokus kalian adalah mendukung tim garis depan dengan sihir, pengobatan, dan memastikan jalur kami tetap aman."

Lefiya mengangguk dengan penuh percaya diri, merasa lega bahwa dia bisa berkontribusi dalam tim. Raul dan yang lain juga menunjukkan kesiapan mereka, meskipun ada sedikit kekhawatiran di mata mereka mengingat tantangan yang akan mereka hadapi.

Finn kemudian menatap Riveria dan Gareth yang duduk di dekatnya. "Riveria, Gareth, kalian sudah tahu bahwa kalian akan ikut. Seperti biasa, kalian akan membantu memimpin tim dan memastikan semua berjalan sesuai rencana."

Riveria mengangguk pelan, wajahnya tetap tenang seperti biasanya, sementara Gareth hanya mengangguk setuju, siap untuk melindungi semua orang dengan kekuatannya yang luar biasa.

Akhirnya, Finn mengalihkan pandangannya ke Shirou, yang duduk dengan tenang di tepi pertemuan. Suasana tiba-tiba menjadi lebih tegang saat Finn menatapnya dengan mata yang penuh arti.

"Shirou Emiya," kata Finn dengan nada serius, namun ada kilatan harapan dalam suaranya, "kau akan ikut bersama kami sebagai Wild Card."

Semua mata beralih ke Shirou, yang tetap tenang meskipun merasa ada perhatian lebih yang tertuju padanya. Dia tahu bahwa ini adalah saat yang penting.

"Sejauh ini, kau telah memilih untuk menahan kekuatanmu, dan kami menghormati keputusanmu itu," lanjut Finn, "tapi di lantai-lantai berikutnya, kami mungkin akan menghadapi ancaman yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Aku ingin kau siap untuk menunjukkan kemampuan sesungguhnya jika diperlukan."

Shirou menatap Finn sejenak, lalu mengangguk dengan mantap. "Aku mengerti, Finn. Aku akan melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan kita semua selamat dan berhasil dalam ekspedisi ini."

Tiona tersenyum lebar, menyemangati Shirou. "Ini menarik, Shirou! Aku selalu penasaran seberapa kuat kau sebenarnya. Aku yakin kau akan mengesankan kita semua!"

Tione menambahkan dengan nada lebih serius, "Jika Finn mempercayakan posisi Wild Card padamu, itu artinya kita semua mempercayaimu. Jangan khawatir, kita akan menghadapi apa pun yang datang bersama-sama."

Aiz hanya mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang, namun matanya menunjukkan bahwa dia juga ingin melihat seberapa jauh Shirou bisa melangkah.

Finn melanjutkan, "Bagi kalian yang akan menjaga kemah bersama Hephaestus Familia, pastikan semuanya tetap aman. Ini adalah tempat istirahat kita, dan kita tidak bisa kehilangan itu." Dia berhenti sejenak, memandang semua orang dengan tajam. "Ingat, kita adalah Loki Familia. Kita selalu melindungi satu sama lain, dan kita tidak pernah meninggalkan siapa pun."

Semua anggota mengangguk, merasa semangat yang mengalir di antara mereka. Meskipun tantangan yang akan datang tampak menakutkan, mereka tahu bahwa dengan kerja sama dan kekuatan bersama, mereka bisa menghadapinya.

Setelah rapat selesai, Finn membiarkan semua orang beristirahat dan mempersiapkan diri untuk hari berikutnya. Shirou, yang masih duduk di dekat api unggun, merasa campuran emosi di dalam dirinya—antara tekad untuk melindungi teman-temannya dan ketidakpastian tentang bagaimana mereka akan bereaksi jika dia benar-benar menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.

Riveria mendekat, duduk di samping Shirou. "Jangan khawatir, Shirou," katanya dengan nada lembut. "Kau bukan sendirian dalam ini. Kami semua di sini untuk saling mendukung."

Shirou menatap Riveria dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Riveria. Aku tahu. Dan aku akan melakukan yang terbaik untuk memastikan kita semua kembali dengan selamat."

Malam itu, Shirou bersiap untuk apa yang mungkin akan menjadi tantangan terbesarnya di Dungeon sejauh ini. Dan meskipun ada ketegangan, dia merasa sedikit lebih lega mengetahui bahwa dia tidak akan menghadapi tantangan itu sendirian. Bersama Loki Familia, dia tahu bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang datang di hadapan mereka.