webnovel

Abang Malangku Sayang (18)

Dirman yang berusia 14 tahun mendadak izin karena sakit melilit di perutnya. Seharusnya ia tidak sepagi ini pulang dari sekolah. Kebetulan, kakaknya Izinuddin sedang bersantap siang di bangku khususnya, menyantap semangkuk bubur hangat dengan tahu air, berhubung kakak Dirman itu sulit menelan makanan keras. Kursi itu berkaki pendek agar kakak Dirman duduk dengan lebih aman.

"Kak, sedang makan?" Dirman menegur kakaknya canggung. Boleh dibilang, kesempatan mereka mengobrol dalam satu tahun bisa dihitung dengan jari, karena boleh dikata amat jarang terjadi.

"Iya, Dik." Izinuddin, kakak Dirman mengacungkan jempol, tak berani bicara banyak agar tak tersedak cairan bubur.

Buru-buru Dirman melesat ke kamar mandi, karena terserang murus-murus dan perlu menuntaskan hajatnya. Samar-samar Dirman ingat, ia terlempar ke masa lalu yang dulu tidak dialaminya sendiri. Pasti ia diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasib masa depannya, tak lain dengan mengoreksi kesalahan pada masa lalu. Menyelamatkan Izinuddin sekarang adalah misi khususnya.

Usai menunaikan hajat, Dirman kembali ke ruang makan. Kakaknya hampir selesai makan siang, tiba-tiba menjatuhkan sendok. Otomatis hendak memungut peralatan makannya, Izinuddin yang membungkuk seperti hampir jatuh. Buru-buru Dirman menangkap tubuh kakaknya yang doyong. Tepat waktu dan tepat sasaran. Sang kakak tak sampai terjatuh, alhasil ia tersenyum lemah berterima kasih pada adiknya.

Belum sempat berlega hati, Dirman kembali terapung dalam sapuan warna sepia, sedikit demi sedikit pupus menjadi biru tua dan hijau lemon bergantian. Seketika Dirman merasa mual, sekaligus terserang kantuk luar biasa. Seperti bermimpi, si pria terdampar dalam ruangan serba putih, seperti rumah sakit atau suatu pusat perawatan medis. Samar-samar ia mendapati selimut perca biru hijau di ranjang seorang pasien.

"Dik, tolong suapi kakak makan." Suara pria yang mirip Izinuddin memerintah Dirman.

Setelah kabut di matanya menipis, tampaklah Dirman dewasa berhadapan dengan Izinuddin yang kesannya seperti pria 60 tahun, padahal usianya seharusnya 29 tahun dengan selisih usia dua tahun di atas Dirman.

"Kakak? Kita memangnya di mana ya, Kak?" Dirman tergagap seperti gejala grogi terbangun dari tidur nyenyak di tengah malam.

"Gak nyangka kamu malah lebih pikun dari Kakak yang penyakitan ini. Kita di pusat perawatan terpadu. Sesekali kamu datang besuk. Untung ada kamu yang memperhatikan kakak selama ini." Izinuddin bertutur lembut dan penuh haru.

Izinuddin, kakak Dirman ternyata masih hidup, setidaknya sampai usianya yang mendekati 30 ini. Dirman remaja berhasil menolong kakaknya dari kematian di usia 16 tahun, maka Izinuddin bertahan sejauh ini, meski tubuhnya lumpuh total dan kerap kali mengalami gagal pernapasan akibat gangguan di paru-parunya.

Darimana ia mendapatkan biaya untuk menjamin perawatan sang kakak di sini? Biasanya, biaya perawatan di panti rehabilitasi sangat mahal. Memangnya Dirman punya uang untuk melunasi sejauh ini? Dirman dengan pikiran tak menentu menyuapi kakaknya yang sesekali menyantap bubur lunak karena selang nasogastrik menyiksa baginya. Tentu Dirman harus telaten menyuapi karena kakaknya mudah sekali tersedak.

Segera Dirman mengetahui, bahwa Izinuddin disokong bibi Dirman yang berprofesi bidan, namun berita buruk tak dapat dielakkan. Bibi mereka divonis menderita sklerosis lateral amiotrofik, sejenis penyakit saraf yang melemahkan otot-otot dan memengaruhi fungsi fisik, meski sementara waktu penyakitnya belum berdampak pada keseharian sang bibi, yang menekuni pekerjaannya seperti sediakala.

Tiba-tiba Dirman merasa bersalah. Mungkin, boleh jadi, perbuatannya mengoreksi masa lalu justru membuat kakak tercintanya disiksa penyakit begitu lama, dan membebani sang bibi yang mengidap penyakit cukup parah. Bila Izinuddin meninggal di usia muda, setidaknya ia tak didera penyakitnya, dan bibi mereka tak perlu bekerja begitu giat.

Bila bibi Dirman tak bisa bekerja lagi, bagaimana nasib Izinuddin yang butuh biaya pengobatan besar? Tak sengaja Dirman menyuapkan sesendok penuh bubur pada kakaknya, nyaris saja membuat sang kakak terselak bubur. Untungnya ia berhasil mengatasi dengan menyuapkan air hangat pada Izinuddin, kakaknya yang lemah.

Lagi-lagi Dirman merasa dipermainkan buku sialan itu. Kesempatan kedua yang diberikan pada Dirman justru membuatnya makin nahas dan penuh penyesalan dalam hidupnya. Fate Grant Order, apalah artinya nama itu?

Kebaikan dapat membawa penyesalan bila kita tak mampu menarik hikmahnya. Karena terkadang hal baik yang kita perbuat malahan membuat seseorang menderita.

danirasiva80creators' thoughts