1 Epilog 6 : Mimpi yang Terlupakan (1)

Sejumlah fabel menyelimuti seseorang di ruangan yang terang itu. Kata, kalimat, paragraf, dan karya mengelilinginya untuk memulai menceritakan kembali sebuah kisah fantastis dari dunia yang terlupakan.

Sepasang mata hitam mulai membuka dan berkedip bingung. Sosoknya menjadi kecil seusia Shin Yoosung sebelum menjadi bencana.

Dia mencoba duduk dan merangkai kembali rantai ingatan yang terputus-putus. Tidak, dia mengingat hal terpenting tentang siapa dirinya dan kenapa dia ada.

Dia mulai tersenyum tulus dari lubuk hatinya.

Terimakasih, kalian menyelamatkanku sekali lagi.

***

Yoo Sangah berlari sekuat tenaga ke arah bangsal khusus rumah sakit itu, tempat dimana seseorang yang sangat berharga bukan hanya bagi dirinya tapi semua rekannya berada.

Han Sooyong dan Yoo Jonghyuk sudah berada di depannya dan akan memastikan apakah harapan mereka menjadi nyata ataukah hanya sebatas prasangka?

Shin Yoosung dan Lee Gilyoung yang sudah dewasa memiliki ekspresi kaku dan mata penuh harapan.

Itu mungkin dia, benar. Itulah harapan mereka.

Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa.

Bagaimana jika itu harapan palsu?

Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi?

Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi?

Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat.

Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyong menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya.

[Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu]

Dia seperti kesurupan ketika mendekati tempat tidur tempat anak lelaki duduk bersandar.

Anak itu menyeringai ceria padanya dengan tubuh lemahnya.

Han Sooyoung tidak bisa mengendalikan air matanya yang mengalir deras diiringi gemetaran tubuh yang keras.

Kenapa? Kenapa rasanya menyedihkan? Kenapa kau masih saja memiliki ekspresi seperti itu?!

Han Sooyoung berhenti lima langkah dari tempat tidur.

Dia merasakan orang yang berjuang paling keras untuk anak itu semakin mendekat lalu berhenti di belakangnya.

Suara gedebukan langkah kaki yang dipercepat semakin keras, semua anggota dari Perusahaan Kim Dokja datang.

Bangsal khusus rumah sakit yang menjadi tempat bagi tubuh tanpa jiwa itu sebelumnya menjadi ramai.

Anak lelaki di ranjang melihat mereka dengan tatapan penasaran. Di mata anak itu, mereka tampak seperti orang yang benar-benar tidak dikenal.

Yoo Jonghyuk yang rambutnya berubah di beberapa titik melangkah maju dan berdiri di samping anak itu.

Anak itu tersenyum lalu berkata dengan suara serak.

"Kalian terlihat tua."

Kata-kata menjernihkan pikiran Han Sooyoung yang masih kacau, dia tidak tahan lagi. Dia mendekati anak itu lalu memukul pelan kepalanya.

"Idiot!"

Air matanya berhenti mengalir.

"Ahjussi!"

Shin Yoosung berlari dengan cepat untuk memeluknya.

Itu tampak seperti anak lelaki dipeluk oleh gadis SMA.

Lee Gilyoung masih berdiri di tengah pintu menghalangi yang lain untuk masuk.

"Minggir!!!"

Jung Heewon menendang pantatnya lalu menyerbu masuk diikuti Lee Hyunsung, Yoo Sangah, Lee Seolwa, Lee Jihye, dan Yoo Miah.

Mata mereka memerah saat mengetahui bahwa harapan yang mereka pegang selama bertahun-tahun menjadi nyata. Sungguh?

Jung Heewon masih mempertanyakan harapan itu dan keberadaan yang dia lihat selalu dan selalu mematahkan setiap harapannya, maka dia harus memastikan bahwa harapan itu tak lagi palsu.

"Dokja-ssi.... "

Mereka mengantisipasi responnya.

Anak itu memandang mereka semua sebelum menjawab.

"Ya, ini aku."

Dengan ekspresi yang mereka kenal, itulah jawaban yang menghapus semua rasa kekosongan mereka.

Perlahan-lahan yang lain mendekat dan menatap dengan cermat anak itu.

Jung Heewon memulai sesi tanya jawabnya.

"Seberapa banyak yang kau ingat, Dokja-ssi?"

Anak itu memandang keluar jendela sejenak.

"Aku Kim Dokja.... Karyawan Perusahaan Mino Soft, setelah dunia kehancuran, hanya aku yang tahu epilognya."

***

avataravatar
Next chapter