webnovel

Toko Buku

Angel sama sekali tidak menyangka bahwa sepasang pasangan yang dilihat olehnya itu adalah suami dari sahabatnya.

"Ngapain lu foto kalau tau dia selingkuh? Seharusnya lu labrak sekarang juga Celine."

Celine menatap sahabatnya dengan wajah senang. "Ngak bia semudah itu, gue mau ngasih bukti ini ke Ibu biar beliau tau kalau menantu kesayangannya ini ngak sebaik itu."

"Duh gue seneng banget hari ini, udah ngak ada yang ganggu gue sama sekali dan sekarang malah dikasih keringanan biar gue bisa bebas dari prahara rumah tangga yang buat gue muak."

***

Setelah seharian asik dengan berbincang bersama Angel kini Celine menghabiskan sisa waktunya untuk me time dimall. Ia sekarang tengah menuju toko buku karena ingin membeli novel yang baru.

Rasa bahagianya sudah mengalahkan segalanya, ia benar-benar ingin bercerai dengan Danny karena ingin bebas untuk menikmati waktunya seperti dahulu karena sekarang ia tidak sebebas dahulu karena Danny juga sedikit mengekangnya untuk segera pulang setelah urusan pekerjaannya dikantor selesai dan tidak memiliki waktu untuk sekedar jalan-jalan.

Bahkan orangtuanya saja sudah tidak pernah menanyakan kabarnya lagi semenjak dirinya menikah dan itu membuatnya merasa sedih sebenarnya, namun sekalinya bertemu malah mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dimana dirinya terus dicecar dengan pertanyaan 'kapan punya anak?'

"Heh," tegur seseorang disampingnya.

Celine mengedipkan matanya, "Aldo? Ngapain disini, bukannya seharusnya lu dikantor sekarang?"

Lelaki bernama Aldo ini adalah rekan satu devisi dari Celine dikantor tempatnya bekerja yang merupakan kantor milik sang Ayah namun dirinya tidak berada dijabatan yang tinggi karena memang itu permintaannya agar dirinya memulai semuanya dari awal.

"Lagi meliburkan diri sih, lu sendiri pasti juga kan?"

Celine menganggukkan kepalanya karena memang benar adanya. "Iya."

"Kalau gitu bareng aja, gue pengen beli komik sih kesini."

Celine membalasnya dengan senyuman tipis karena memang sebenarnya ia menghindari untuk tidak berinteraksi dengan Aldo karena lelaki itu sempat menyatakan perasaannya kepada dirinya sebelum ia dijodohkan oleh sang Ayah.

Kala itu Celine sebenarnya ingin menerima pernyataan yang diberikan oleh Aldo, namun sang Ayah melarangnya dan malah tanpa persetujuannya menjodohkannya dengan Danny. Kejadian itu masih teringat sangat jelas didalam otaknya.

Sampai kapanpun perasaan seseorang tidak dapat dibohongi, biar Celine bisa dengan mudahnya mengatakan bahwa dirinya sudah tidak memiliki perasaan terhadap Aldo namun dirinya masih menginginkannya.

Hubungan mereka berdua tentu saja sangat canggung seperti yang terjadi sekarang ini. Aldo berjalan didepan sedangkan Celine mengikutinya dari belakang sudah seperti bodyguard.

Aldo menghentikan jalannya dan langsung membalikkan badannya, Celine manatapnya dengan raut wajah bingung. "Kenapa? Ada yang ketinggalan?"

Aldo menggelengkan kepalanya, "Engga, jalannya jangan dibelakang gue dong, diliat orang ngak enak banget udah kaya penjaga aja."

Celine tersenyum canggung, "Eh sorry, udah kebiasaan begitu soalnya."

"Iya ngak papa, ayo lanjut."

Keduanya akhirnya berjalan beringiran menuju ke toko buku tanpa pembicaraan sama sekali karena memang secanggung itu hubungan keduanya setelah insiden Aldo menyatakan perasaan.

***

Kini keduanya berpencar karena memang buku yang mereka cari terletak ditempat yang berbeda, Celine merasa sedikit lega karena tidak haru terus bersama dengan Aldo. Jantungnya sama sekali tidak bisa diajak kerja sama karena terus berdetak dengan sangat kencang sampai dirinya takut jika orang lain akan dapat mendengarnya.

Celine menatap kumpulan buku itu dengan wajah yang dihiasi senyum tipis, ini adalah tempat yang menjadi healing terbaik baginya, selain toko buku biasanya ia suka sekali ke perpuastakaan kota.

Celine sangat menyukai wangi buku baru dan wangi perpustaan serta toko buku.

Ia merasa seperti baru saja bebas dan kembali kedalam kehidupannya sebelum menikah, tentu saja teman sekantornya tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya sudah menikah karena memang ia menutupinya dengan sangat erat dan bahkan Celine tidak pernah memakai cincin pernikahannya dengan Danny.

Ia mengambil salah satu buku dan membaca sipnosis dari buku itu dengan sangat serius, Celine merupakan sosok yang sangat pemilih dalam menentukan bacaan yang akan dibacanya dalam segala aspek.

Banyak kriteria yang harus ia perhatikan ketika memilih novel, dirinya sama sekali tidak menyukai novel dengan genre romantis namun ia sangat suka dengan novel bertemakan fantasi.

Dirinya menaruh kembali buku yang tadi ia baca.

"Ngak jadi ambil yang itu?"

"AKH! " teriak Celine karena terkejut dengan suara Aldo yang ada dibelakangnya.

Celine manatap Aldo dengan wajah kesalnya, hari ini sudah dua orang yang membuatnya sangat terkejut, Angel dan Aldo.

"Bisa ngak sih kalau muncul tuh didepan mata? Bikin kaget aja," ketus Celine.

Jantungnya langsung terasa sedikit sakit ketika terkejut seperti itu.

"Sorry-sorry, abisnya serius banget," kata Aldo dengan sedikit bersalah.

"Komiknya udah nemu?" tanya Celine tanpa menatap Aldo dan memilih novel yang ingin dibeli olehnya.

"Udah, aku bayar dulu deh ya biar cepet nanti aku balik lagi kesini."

Celine menganggukkan kepalanya dengan santai, dirinya masih sibuk memilih novel karena masih belum bisa menemukan yang bagus untuk bisa dirinya beli.

Akhirnya ia tidak jadi membeli novel karena menurutnya tidak ada yang bagus. Celine akhirnya menunggu Aldo dipintu masuk karena lelaki itu tengah membayar komiknya dan mengantri cukup panjang.

Celine membuka ponselnya dan melihat pesan masuk yang diberikan oleh sang Ibu kepadanya, ibunya meminta maaf dengannya karena ucapannya semalam, namun Celine hanya membacanya dan tidak ada niatan untuk membalasnya karena kesal.

"Minta maaf abis itu diulangin lagi, kebiasaan lama," ucapnya dengan suara nyaris tak terdengar.

***

Celine memasukkan password appartementnya dengan pelan, ya dirinya diantar oleh Aldo untuk pulang kesini namun Celine tidak bodoh, ia meminta Aldo untuk menurunkannya dipersimpangan jalan dan dirinya jalan kaki menuju ke gedung appartement.

Dirinya cukup senang karena bisa jalan-jalan sebentar dan tidak berkutat dengan pekerjaan kantor yang sangat melelahkan untuk dirinya, walaupun abis ini pasti sang Ayah akan menegurnya dengan pesan yang sangat panjang.

Celine melepas sepatunya dengan malas dan segera merebahkan dirinya disofa yang sangat empuk, tak lama ponselnya berdering dan tertera nama sang Ayah disana.

Celineyang tadinya mengantuk langsung tersadar dengan penuh dan langsung segera mengangkatnya.

"Halo," jawabnya dengan suara sangat pelan.

Sang Ayah disebrang sana tidak mengeluarkan sepatah kata, hal itu malah semakin membuat Celine takut.

"Yah..." panggilnya sekali lagi.

Hembusan nafas terdengar sangat jelas ditelinganya, Celine memejamkan matanya dengan sangat erat sudah siap jika harus mendengar Ayahnya membentak dirinya.

"Kamu dimana sekarang, Line?"

Celine membuka matanya dengan perlahan, Ayahnya ternyata tidak marah sama sekali, batinnya.

"Aku dirumah kok," sahutnya dengan perasaan dagdigdug.

"Jangan bohong, Ayah ketemu kamu ditoko buku sama Aldo tadi, ngapain kamu sama dia?"

Mata Celine langsung membulat dengan sempurna, "Aku ketemu dia pas dijalan mau ketoko buku, lagian ketemunya juga dimall itu pas aku lagi mau kesana."

"Ayah udah pernah bilang sama kamu kan buat jangan berhubungan sama Aldo, Ayah minta sama kamu sekarang buat pulang kerumah kamu sama Danny. Ayah tahu kamu ngak pulang semalam."

TUT!

Celine meneguk ludahnya dengan kasar.

TBC.