41 Bab 40

"Ayo, kita coba dress ini. Sudah lama kita tidak mengenakan baju yang kembar." Elise segera menarik tangan Elena dan masuk ke dalam ruang ganti. Beruntung ruang ganti itu cukup luas, jadi mereka bisa masuk bersama. Sebenarnya Elise bisa menggunakan kamar ganti yang lain. Tapi dia ingin menggunakan satu kamar bersama Elena.

Ketika mereka selesai berganti baju. Mereka berdua berdiri bersisian di depan kaca yang ada di dalam kamar ganti itu.

"Astaga, kita sangat mirip sekali!" teriak Elise. Mengamati penampilannya dan juga Elena di dalam cermin.

Dua wanita cantik dengan rambut panjang dan memiliki wajah yang identik menggunakan dress kembar berwarna pink.

"Tunggu." Elise menyadari ada satu perbedaan lagi. Perut Elena kini sudah membuncit. Jadi, wanita itu dengan cepat menggulung baju yang dia pakai sebelumnya dan memasukkannya ke dalam baju, tepat di depan perutnya.

Voila, kini perut Elise pun terlihat membuncit seakan dia tengah hamil. Dan sekarang pasti sulit membedakan yang mana Elise dan yang mana Elena.

Elena tertawa melihat aksi Elise itu. Wanita itu bahkan mengusap perut palsunya. Seakan dia benar-benar hamil.

Sekali lagi Elise menatap tampilannya di dalam cermin. Seandainya perut buncit itu sungguhan. Seandainya dia bisa hamil. Gurat kesedihan terlihat jelas dari sorot matanya. Tangannya bahkan tak berhenti mengusap perut buncit buatannya.

Menyadari kesedihan yang dirasakan Elise saat ini. Elena menyentuh pundaknya, "Elise."

Suara Elena menyadarkan lamunan Elise. Wanita itu dengan cepat merubah raut wajahnya dan memaksakan bibirnya melengkung membuat senyuman palsu.

"Kita langsung pakai saja ya. Aku ke kasir dulu untuk membayarnya." Dengan cepat Elise langsung keluar kamar ganti itu. Saat sudah berdiri di luar Elise berhenti.

Menatap miris ke arah perutnya. Perut buncit palsunya masih ada. Dia menghela napas dan mengusap kedua sudut matanya. Lalu berjalan menuju kasir.

Di sisi lain, seorang gadis cantik dengan kaki yang panjang berjalan masuk ke dalam butik itu. Dia melepaskan kacamatanya. Dia adalah Tiara.

Tiara mengedarkan pandangan matanya. Sebenarnya dia enggan masuk ke dalam butik ini. Dia selalu membeli barang brand keluaran luar negri. Namun Mommy-nya tadi meminta dia datang kemari untuk mengambil baju pesanan beliau. Dia tengah mencari pelayan butik atau pemilik butik ini.

Tiba-tiba pandangan matanya berhenti di kasir. Elise berdiri di sana. Sudut bibir Tiara tertarik sebelah membentuk seringai. Dia berjalan menghampiri Elise.

"Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini, Elise," ucap Tiara saat sudah berdiri di belakang Elise.

Elise menoleh dan matanya membesar. Tak percaya bisa bertemu dengan Tiara di butik ini. Sebelumnya Elise sudah memikirkan kemungkinan bertemu dengan Tiara saat sedang berbelanja bersama Elena. Namun dia yakin tak akan mungkin bertemu dengan Tiara, karena dia tau seperti apa watak Tiara dan kesibukan wanita itu. Dia tidak akan mungkin masuk ke dalam butik yang menjual brand lokal seperti ini.

Tapi takdir mengatakan hal lain. Wanita itu ada di hadapan Elise. Bagaimana ini? Saat ini dia sedang bersama Elena. Elena bahkan masih berada di dalam kamar ganti.

Mata Elise melirik ke arah pintu kamar ganti yang berada tak jauh darinya. Tepat ada di belakang Tiara dan berjarak lima meter darinya.

Mata Tiara mengamati penampilan Elise. Dia mendengus kecil. Selalu saja memandang rendah selera berpakaian Elise. Matanya kini terkunci pada perut buncit Elise.

Eise juga menyadari arah pandangan mata Tiara. Dia bernapas pelan. Untung saja tadi dia membuat perut buncit palsu itu. Jika tidak, saat bertemu dengan Tiara saat ini, perutnya pasti masih datar. Dan hal itu pasti membuat Tiara curiga.

"Aku masih tak percaya kau sedang hamil saat ini. Karena setauku, kau itu Mandul," ucap Tiara dengan penekanan di ujung kalimatnya. Elise mengepalkan tangannya. Rasanya dia ingin menampar wajah botok milik Tiara dan mematahkan hidung mancung hasil operasi plastik milik wanita itu.

"Terserah kau mau bilang apa, Tiara. Kau bisa lihat sendiri bukan, saat ini aku sedang hamil anak Brian. Atau jangan-jangan matamu sudah buta hingga tak bisa melihat perutku yang besar ini." Elise membusungkan perutnya, menantang Tiara. Dia sangat kesal dengan tingkah Tiara. Mengapa wanita itu tak pernah berhenti mencari gara-gara dengannya? Dan mengapa dia masih saja mengejar Brian? Seakan tak ada pria lain saja? Atau jangan-jangan karena wanita itu tak laku, hingga terus mengejar Brian padahal pria itu sudah menikah dengannya.

"Kau!" teriak Tiara kesal. Tangannya sudah gatal ingin menjambak rambut Elise.

Elise tak memperdulikannya, wanita itu berbalik mengambil kartu kredit dan struk belanjanya. Lalu berjalan cepat. Dia harus memperingati Elena tentang kehadiran Tiara. Bisa gawat jika Tiara mengetahui tentang keberadaan Elena.

Namun baru beberapa langkah Elise berjalan. Dia terhunyung dan jatuh ke depan. Ada sesuatu yang menghadang kaki kirinya hingga dia tak bisa menjaga keseimbangan. Dan terjatuh di lantai.

"Aduh!" jerit Elise terduduk di lantai. Dia menoleh ke belakang. Menatap tajam Tiara yang tak jauh darinya. Wanita itu pasti sengaja menghadang langkahnya. Sengaja ingin membuat Elise terjatuh.

Tiara menyeringai menatap Elise yang terduduk di lantai. Dia sengaja melakukan itu untuk mencelakai Elise. Dia berharap Elise terjatuh dan pendarahan. Lalu keguguran dan kehilangan bayi itu.

Seorang pelayan menghampiri Elise.

"Nyonya baik-baik saja?"

Elise menoleh dan mengangguk. Dengkul dan sikunya nyeri akibat jatuh barusan. Tapi dia masih baik-baik saja.

Dibantu sang pelayan Elise berdiri kembali. Dia menatap Tiara penuh amarah, "Kau sengaja menghadangku kan."

"Menghadangmu? Huh!" Tiara mendengus tak perduli.

"Jangan asal tuduh jika kau tak memiliki bukti. Aku tak menghadangmu, kau saja yang tak bisa berjalan dengan benar," ucap Tiara angkuh.

Astaga, rasanya Elise benar-benar ingin mengamuk saat ini. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya. Tak perlu meladeni wanita sakit jiwa itu karena saat ini ada yang lebih darurat lagi. Dia harus segera ke kamar ganti, sebelum Elena keluar dari kamar itu dan bertemu dengan Tiara.

Elise berbalik dan berjalan kembali menuju kamar ganti. Tiara mengamati punggung Elise.

Sial, mengapa Elise baik-baik saja? Tiara berharap kecelakan tadi bisa mengguncang kehamilan Elise. Apa hal tadi belum cukup keras?

Tiara terus mengamati Elise yang berjalan makin menjauh. Tiba-tiba matanya terfokus pada satu titik di bawah dress wanita itu.

Apa itu?

Mata Tiara menyipit untuk memperjelas pandangan matanya. Itu ... sebuah kain?

Kening Tiara mengerut. Belum jelas dia menatap hal itu, Elise sudah masuk ke dalam kamar ganti.

Tiara memikirkan hal aneh yang baru saja dia lihat. Tiga detik kemudian, Tiara sudah berlari ke ruang ganti itu. Menggedor pintu ruangan itu.

"Elise! Keluar!" Tangan Tiara tak berhenti menggedor pintu itu. Membuat suara gaduh yang menyita perhatian dari para pengunjung dan karyawan butik.

"Keluar sekarang juga!" teriak Tiara terus menerus.

Di dalam kamar ganti Elise dan Elena saling pandang dengan jantung yang berdegup kencang. Mata mereka tertuju ke arah pintu. Jika Tiara terus menerus menggedor, tak menutup kemungkinan pintu itu akan rusak.

Tiara yakin dia melihat sebuah kain yang terjuntai dari bawah dress Elise. Dia harus memastikannya. Jika itu benar kain, maka kehamilan Elise adalah palsu. Mendapati kesimpulan itu membuat Tiara bersemangat menggedor pintu dengan kedua tangannya. Dia tak peduli jika tangannya akan sakit. Yang dia pikirkan adalah dia harus membongkar rahasia Elise sekarang juga.

avataravatar
Next chapter