webnovel

Secara tak terduga, menjadi lebih kuat

"Permisi."

"Ah, Dok! Akhirnya kau datang juga."

"Kalau begitu aku akan memeriksa pasien terlebih dahulu."

"Oh, silahkan Dok."

Setelah beberapa saat semenjak aku membunuh ayahku, aku memutuskan untuk memanggil doktor. Pak doktor, seorang pria paruh baya yang memakai kaca mata mendekati Ayahku dan mulai memeriksa jasad Ayahku. Dengan keahliannya, seharusnya dia tahu bahwa aku membunuhnya. Meskipun, begitu aku tidak takut ketahuan sama sekali.

Sekejap kemudian dokter telah selesai memeriksa jasad Ayahku. Dia kemudian berbalik sambil tersenyum, "Sepertinya penyakit ayahmu kambuh kembali. Dia sudah lama menderita, mungkin, ini adalah batas yang bisa ditangani tubuhnya. Aku turut berduka cita."

Kejadian seperti ini, aku yakin bukan pertama kalinya terjadi. Namun, hal tersebut adalah normal. Bagaimanapun, ada banyak pasien yang memiliki kondisi seperti ayahku. Mereka tak cukup sakit untuk mati namunjuga tak cukup sehat untuk keluar dari rumah sakit. Kondisi seperti itu pada dasarnya terus menguras keuangan tanpa hasil yang jelas.

"Begitukah … semoga dia bisa tenang di alam sana."

"Kalau begitu, apakah anda ingin membawa jasadnya pulang untuk di makamkan atau-"

"Saya akan memakai jasa kremasi saja."

"Baiklah kalau begitu, untuk pengurusan keuangan dan lainnya,silahkan ke petugas administrasi."

Kemudian aku mengurus keuangannya, untung aku membawa uang lebih sehingga uang itu cukup untuk membayar jasa kremasi dan lain-lain. Namun, yang paling penting tentu saja adalah surat kematian. Dengan surat tersebut aku bisa mengambil uang asuransi kematian ayahku. Setelah mendapatkan surat kematian aku pergi dari rumah sakit.

Tanpa berlama-lama, aku menggunakan taksi untuk sampai di perusahaan Asuransi Allieve. Setelah berkendara sekitar 15 menitan, Aku akhirnya sampai di perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut sangan besar dan bangunannya memiliki 30 lantai yang menjulang tinggi. Sedikit informasi, pemilik perusahaan ini adalah Millen Carry, seorang wanita single yang cukup popular karena berhasil membangun bisnis dari nol.

Ada banyak orang yang keluar masuk dari gedung. Perlahan, aku memasuki gedung tersebut. Aku segera menghampiri resepsionist dan berkata, "Permisi, aku ingin uang asuransi kematian atas nama Joshua Junior."

"Apakah anda membawa kartu asuransi milik pak Joshua?"

"Ini dia."

"Baik tunggu sebentar ya." Resepsionist tersebut memeriksa kartu asuransi milik Ayahku. Setelah beberapa saat, dia mengembalikan kartu itu padaku.

"Apa anda membawa surat kematian Pak Joshua?"

Aku menyerahkan surat kematian tersebut. Setelah mengonfirmasi kebenaran surat tersebut, resepsionist menyuruhku pergi ke ruang khusus untuk mengambil uang asuransi kematian. Setelah mengambil uang tersebut, aku segera pergi dari gedung Allieve.

***

Ini menjengkelkan, di malam hari yang gelap saat aku hendak pulang dari restoran Paman Ben, sekelompok orang menghalangi jalanku. Mereka adalah orang-orang rentenir yang dipimpin oleh Freddy. Entah darimana mereka mendengar aku mendapatkan uang asuransi kematian 'ayahku'.

"Hei nak, kau tidak bisa lari lagi kali ini. Serahkan uang tersebut atau kami akan menghajarmu."

Biasanya aku akan menahan amarahku dan menanggapi Freddy dengan sopan. Namun kali ini, sebuah perasaan aneh membuatku merasa bebas. Aku merasa tidak perlu untuk bersembunyi dibalik topeng lagi. Sama seperti saat aku membunuh ayahku, sebuah perasaan bebas tanpa terikat aturan apapun.

"Hei apa kau tuli hah?!" salah seorang anak buah Freddy mencengkram kerahku dan mengangkatku ke atas.

"Kalian sekelompok sampah, bicaralah dengan baik-baik bajingan."

Orang yang mencengkram leherku marah, "Sial…. "

Sebelm dia bisa menyelesaikan omongannya, aku segera meninju wajahnya dengan keras sehingga dia melepaskan cengkramannya pada kerah bajuku.

"Ck, sepertinya kita perlu menghajarnya dulu," ujar Freddy memberikan lampu hijau pada rekan-rekannya untuk memukuliku.

Ngomong-ngomong, selain perasaan aku juga merasa tubuhku lebih kuat. Ini bukan hanya perasaan saja tetapi aku benar-benar lebih kuat secara fisik dengan tiba-tiba. Aku merasakan reaksi tubuhku sangat cepat. Pukulan dan tendangan yang dilayangkan kelima bawahan Freddy tidak mengenaiku sama sekali.

"Sial, bocah ini sangat jago menghindar."

"Oi! Jangan pukul aku lah!"

"Oh kakiku!"

Aku mulai serius membalas mereka satu persatu. Untuk orang pertama, aku melesat dengan kencang ke arahnya dan memukul perutnya dengan kuat. Saat dia meringis kesakitan dan tak berdaya, aku menggunakan tubuhnya sebagai prisai untuk memblokir serangan dari yang lainnya. Lalu aku melempar tubuh orang pertama ke arah orang kedua. Orang kedua terjatuh tertimpa tubuh orang pertama.

Tak cukup sampai disitu, aku juga menghindari tendangan orang ketiga dengan menunduk, lalu aku menyapu kaki orang tersebut hingga terjatuh. Aku lanjut melompat menghindari orang keempat, lantas aku menendang mukanya dengan keras sehingga dia terlempar menghantam tembok. Aku kemudian berbalik dan memukul orang kelima yang berusaha melancarkan serangan menyelinap.

Aku menatap datar pada Freddy yang terkejut melihat aksiku, "Aku akan membayar hutangnya tetapi itu bukan berarti kalian bisa menagih hutang itu ketika aku bahkan tidak punya uang untuk hidup sehari-hari."

"Bajingan apa kau pikir kau akan baik-baik saja setelah melakukan ini semua?" ujar Freddy dengan marah.

Freddy berniat untuk ikut bertarung dengan bawahannya tetapi sirine mobil polisi membuat sekelompok orang itu ketakutan. Akhirnya mereka kabur terbirit-birit. Mobil polisi itu menghampiriku dan berhenti tepat disisiku.

Jendela mobil polisi itu diturunkan, lalu sosok polisi paruh baya bertanya padaku, "Apa kau tidak apa-apa nak? Apa mereka menghajarmu?"

"Aku baik-baik saja, tak usah khawatir Pak."

"Kalau begitu berhati-hatilah, malam-malam begini memang rawan kejahatan, pulanglah cepat-cepat."

"Baik Pak."

Setelah mengatakan itu, mobil polisi tersebut melenggang pergi. Aku melanjutkan perjalanan pulangku ke rumah.

Aku berpikir hati-hati mengenai perubahan pada diriku. Sebenarnya, aku bisa menebak perubahan ini mungkin berkaitan dengan dewa atau semacamnya melalui barang-barang milik Ibuku. Tetapi, bagaimana Ibu bisa mempunyai barang-barang seperti itu. Apa sekarang ini aku ada dalam pengaruh polusi dewa? Atau jangan-jangan seorang dewa telah menanam benih kekuatannya dalam tubuhku? Apakah aku seorang calon Exor sekarang?

Aku benar-benar bingung. Aku harus bertanya pada seseorang yang ahli soal ini. Namun, tidak mungkin aku bertanya pada Gereja Keselamatan, lagipula, bagaimana jika barang-barang milik Ibuku berkaitan dengan sekte gelap? Pada siapa lagi aku bisa bertanya?

"Tunggu! Wanita bertato itu! Apakah ucapannya pada saat itu berkaitan dengan kondisiku saat ini?" aku menjentikan seorang wanita berdada besar yang pernah kutabrak. Tato di lehernya juga mirip dengan sampul buku kecil milik Ibuku. Aku yakin dia tahu sesuatu.

"Tetapi bagaimana aku bisa menemukannya?"

Aku tak tahu kontaknya, aku tak tahu alamat rumahnya, yang lebih penting lagi dia tak memakai seragam khusus atau benda khas lainnya yang bisa membuatku mengetahui identitasnya. Pada dasarnya aku tak memiliki sesuatu yang bisa membuatku mengetahui keberadaan wanita tersebut.