webnovel

Leon

"Apa aku benar-benar harus digendong?" tanya Clarissa padaku.

Aku mengangguk pelan padanya dan menjawab, "Aku akan berlari dengan kecepatan yang tinggi, mustahil bagimu untuk berlari menyamai kecepatanku. Karena itu, Satu-satunya cara adalah membiarkanku menggendongmu."

"Leon, apa aku tidak bisa menunggu di tempat persembunyianmu saja?" Clarissa nampak ragu-ragu untuk naik ke punggungku. Aku mengerti perasaannya. Rasanya pasti aneh untuk menaiki punggung orang asing. Apalagi setengah binatang sepertiku.

"Tentu saja kau bisa menunggu di tempat persembunyianku, tetapi, apa itu yang kau inginkan? Apa kau tidak ingin melihat keadaan adikmu dan juga Kevin secara langsung? Lagipula tempat persembunyianku tak seaman yang kau bayangkan. Seseorang mungkin menemukannya kapan saja. Tidak aman bagimu untuk menunggu di tempat persembunyianku."

Bujukanku berhasil merayunya. Clarissa akhirnya mengangguk pasrah. dia perlahan naik ke punggungku. Setelah itu dia mengaitkan kedua tangannya pada leherku. Setelah memastikan bahwa dia sudah siap, aku kemudian berlari.

Kale sudah menepati janjinya. Beberapa orang telah lebih dulu mencari keberadaan Kevin dan juga adik Clarissa di daerah kekuasaan Zwein dan Tenbu. Aku dan Clarissa akan pergi ke daerah kekuasaan Tenbu dulu sebelum pergi ke daerah kekuasan Zwein. Sementara itu, Kale akan pergi ke Zwein lebih dulu.

Kami berdua perlu memastikan keadaan Kevin dan adik Clarissa. Saat aku berlari tiba-tiba instingku menyala dengan keras. Aku secara reflek segera berlari menjauh dari sumber peringatan yang mengakibatkan instingku menyala.

"Leon! Apa yang terjadi? Kenapa kita berubah arah?" teriak Clarissa yang kaget dengan tindakanku.

semua indraku lebih tajam dibanding manusia biasa. Jelas sekali Clarissa tidak bisa mendengar hal yang kudengar. Aku sendiri bisa mendengar dengan jelas suara langkah kaki puluhan atau ratusan orang yang beriringan. Tanpa diragukan lagi sekelompok orang keluar dari pemukiman Tenbu. Apa mereka menuju tempat perkumpulan yang yang telah diberitahukan oleh Tuan Tikus Hitam itu? Tetapi, arahnya agak salah.

"Aku merasakan sesuatu yang berbahaya dari arah sana. Sebaiknya kita ambil jalan memutar."

Aku lanjut berlari tanpa menurunkan kewaspadaanku. Setelah beberapa saat akhirnya aku sampai di pemukiman di bawah kekuasaan Tuan Tenbu. Aku melihat bahwa tak ada siapapun yang menjaga gerbang. Aku kemudian masuk ke dalam gerbang dengan mudah.

Sesaat setelah memasuki gerbang masuk, aku melihat seseorang keluar dari sebuah rumah. Aku segera berlari ke arahnya berniat untuk menyerangnya.

Setengah binatang yang akan kuserang segera berteriak, "Tunggu, aku teman Kale. Aku disini untuk membantumu!"

Teriakannya segera membuatku terhenti. Dengan kekuatanku, mudah bagiku untuk mengalahkannya kapan saja. Karena itu lebih baii bagiku untuk mempercayainya.

"Kalau begitu apa kau punya informasi mengenai adik Clarissa?"

"Salah satu temanku memberikan sinyal tadi. Sebelumnya aku memberitahukan bahwa kami akan memberikan sinyal satu sama lain, ketika seseorang telah mendapatkan informasi mengenai manusia kecil yang kau cari."

Clarissa yang mendengarnya segera berteriak senang, "Dimana dia? Apa dia benar-benar menemukan adikku?"

"Aku akan mengantarmu kesana. Tapi aku tidak bisa menjamin apakah temanku menemukan adikmu atau hanya mendapatkan informasi tentangnya."

"Tak apa-apa, selama itu mendekatkanku dengan adikku maka itu adalah hal yang baik."

Setelah percakapan tersebut, teman Kale, yang memperkenalkan dirinya sebagai Han menuntun kami pada teman dia yang lain yang menemukan infromasi mengenai adik Clarissa.

Setelah berlari beberapa saat kami akhirnya sampai di lokasi. Han menuntun kami pada sebuah gudang tersembunyi yang terlihat agak kumuh. Aku menurunkan Clarissa, kami lalu bersama-sama memasuki gudang tersebut. Di dalam gudang, aku melihat seorang setengah binatang yang sedang mengikat setengah binatang lain pada sebuah kursi.

"Quint, kau menyalakan sinyalnya, apa kau menemukan informasi berharga mengenai keberadaan Adik gadis ini?" Han bertanya pada setengah binatang yang mengikat setengah binatang lain.

Quint mengangguk, dia menatap ke arahku lalu kepada Clarissa. "Selamat datang kak Leon, dan juga Clarissa, kalau tidak salah? mengenai informasi yang Kale minta, aku telah menyelidiki daerah sini dan aku mendapatkan informasi mengenai seseorang yang menemukan anak kecil beberapa hari lalu."

Quint kemudian menunjuk pada setengah binatang yang terikat pada kursi. Setengah binatang tersebut memiliki kain yang menutupi mata serta mulutnya. Dia memiliki bentuk manusia serigala.

Aku mendekat lalu mencabut kain yang menutup mulutnya.

"Sialan! Aku tak tahu siapa kalian tetapi sebaiknya segera lepaskan aku. Aku adalah juru masak Tuan Tenbu, jika dia tahu kalian melukaiku maka habislah nyawa kalian!"

Mendengar kata juru masak, Clarissa sontak marah. Dia segera mendekati manusia serigala tersebut dan meraih kerahnya.

"Dimana adikku?! Katakan dimana adikku sialan! Kau sembunyikan dimana adikku! Katakan secepatnya!" Aku menarik Clarissa ke belakang pelan-pelan.

"Adik? Ah, bau manusia yang sama. Hmm, aku mengerti kau pasti seorang manusia dengan gerombolan pengkhianat yang datang dari luar barrier. Adikmu sudah mati. Dia bahan masakan yang bagus."

Clarissa yang mendengar itu langsung meraung marah, "Vincent! Vincent tidak mungkin mati! Kembalikan dia padaku, bajingan! Aku akan membunuhmu!"

Aku menguatkan cengkramanku pada Clarissa. Aku bisa merasakan bahwa manusia serigala ini berbohong. Detak jantung dan pernafasannya menunjukkan bahwa dia berbohong.

"Tenanglah Clarissa, aku yakin dia berbohong. Han, bawa Clarissa keluar dulu. Biarkan aku yang mengintrogasinya."

Han serta Quint kemudian membawa Clarissa yang sedang marah keluar gudang. Ada alasan khusus kenapa aku ingin Clarissa keluar dari gudang. Tak seperti setengah binatang di dalam barrier, aku yakin dia tidak akan terbiasa dengan darah dan kekerasan yang terlalu sadis.

"Hehehe, kau ingin mengintrogasiku? Sebaiknya lupakan saja, aku dikenal sebagai Trout si penjaga rahasia."

"Benarkah begitu?"

Aku tak suka menggunakan kekerasan. Aku tak suka menggunakan kekuatan yang kudapatkan ini. Namun aku tahu bahwa aku perlu menggunakannya untuk menjaga beberapa hal. Sebisa mungkin aku tidak ingin melukai orang tak bersalah. Tetapi setengah binatang di depanku, tidak masuk dalam kategori tidak bersalah.

Beberapa saat kemudian jeritan yang menyakitkan segera memenuhi gudang. Perlahan darah menodai dinding gudang, getaran dari kursi tersebut sangat hebat seolah manusia serigala di depanku tak bisa diam untuk sebentar saja. Setelah beberapa menit akhirnya aku mendengar semua yang perlu kudengar.

Aku mengusap beberapa percikkan darah yang membasahi wajah serta badanku. Aku lalu berjalan keluar gudang. Saat aku keluar gudang, Quint menatapku dengan kagum, sementara Han menatapku dengan ragu bercampur takut, sedangkan Clarissa, menatapku dengan takut dan horror. Namun dia nampak mencoba menyembunyikan perasaan tersebut.

"Kabar baiknya, adikmu masih hidup. Kabar buruknya dia sekarang berada di benteng milik Tuan Tikus Hitam. Sekarang, benteng tersebut sedang dilanda perang. Tidak, tepatnya seluruh barrier sedang dilanda perang."

Melihat arah pasukan Tenbu yang agak aneh, seharusnya aku menduga perang telah pecah. Ini semakin sulit, Kevin juga kemungkinan berada di tengah perang.

"Terima kasih."

Meskipun masih dilanda ketakutan, Clarissa memaksakan dirinya untuk berterimakasih padaku.

Aku bukan orang yang bersih, meskipun begitu, aku tidak ingin kehilangan moral yang selalu menuntunku.