webnovel

Every Story Needs a Beginning, Right?

Pertarungan antara dua ras besar sudah berlangsung selama 500 tahun, manusia melawan vampir. Raja vampir sudah dikalahkan, tetapi manusia harus membayar harga yang setimpal. Namun, apakah hanya dengan mengalahkan raja vampir akhir dari pertempuran panjang ini dapat dipastikan?

akai_mashiro · Fantasy
Not enough ratings
22 Chs

Taring IX

TRANGG!!! TING!!!

"!!"

"Radvgr Razarack!!"

Manusia berjubah dan bertopi putih menembakkan kilatan listrik dari tangan kanannya.

Serangan sihir listriknya langsung menghujani banyak senjata yang terbang mengarah kepadanya.

Pedang besar, pedang pendek berujung tajam, trisula, tombak, rantai berujung bola besi tajam, anak panah, lembing besi, dan berbagai macam senjata berkumpul mengarah padanya.

"!!"

BUAGH!!

Vampir pria yang merupakan lawannya muncul tepat didepan mukanya dan langsung memberikan pukulan telak ke pipi kirinya.

Manusia itu menyeka pipinya yang tergores dan sedikit berdarah.

"Kau memang penyihir yang misterius, Leonar Degriexette. Kau memisahkan kita dari kedua anak muridmu itu dengan sihir ruang, dan kau mampu menggunakan sihir perang"

"Dimana teman-temanmu Julian Brent? Aku tidak akan percaya kalau kau hanya datang sendiri"

Leo tidak memperdulikan komentar Julian dan melontarkan pertanyaan itu.

"Kalau memang iya kau juga tidak akan percaya juga kan?"

"Apakah tujuanmu disini hanya untuk Tomelone? Aku rasa tidak"

"Itu sungguh. Aku benar-benar mencari wadah Tomelone. Itu saja"

"Lalu jelaskan kenapa ada anak vampir lain terkena pengaruh sihirmu itu!"

"Ohh…hoho. Sebelum aku menaruh sihir sesungguhnya pada Slavia, tidak ada salahnya kan jika aku mencobanya pada vampir lain? Aku tidak ingin mengambil resiko kalau sampai-sampai aku dengan tidak sengaja menghancurkan wadah Tomelone"

"Manusia memanglah bukan makhluk yang beradab. Semua yang ada dipikiran kalian hanyalah percobaan dan percobaan. Kiranya Tuhan akan menjatuhkan petaka pada kalian!"

Kedua alis Leo semakin menajam semakin dia berbicara. Begitu pula kedua tangannya yang mengepal keras dan sedikit bergetar.

"Petaka? Ohohoho! Tuhan sudah menjatuhkan petaka kepada kami ratusan tahun yang lalu!"

"?"

Julian tersenyum sinis selagi merentangkan kedua tangannya.

"Evach Krach. Kau pasti tahu kan nama itu?"

"!!"

Leo membuka mulutnya sedikit karena mendengar nama itu.

"Hasil percobaan leluhur kamilah yang melahirkan Evach Krach, yang kalian sebut-sebut sebagai raja vampir empat ratus tahun yang lalu"

"…"

"Dia bukan terlahir dari buah Cloe dan mengalami cacat karena kelahirannya yang lebih awal dari seharusnya. Apa yang diturunkan oleh Evach Krach hanyalah kebohongan belaka!"

"Tidak mungkin!"

"Tidak ada yang namanya perang vampir melawan manusia! Kenyatannya adalah vampir yang selalu meluaskan kekuasaannya dengan mengubah manusia lain menjadi vampir!"

"…"

"Kalian jugalah yang mewarisi kekuatan Cloe hasil curian Evach Krach! Kami manusia hanya ingin mengembalikkan apa yang ada daripada kami!"

JEBRAKK!!

"UAHK!!"

Sebuah tongkat besar dan tebal menghantam punggung Julian dari belakangnya.

Terlihat sebuah makhluk dengan tubuh manusia memegang tongkat besar itu menatapnya.

Seluruh tubuhnya berlapiskan zirah berwarna biru muda dari ujung kepala sampai ujung lututnya, tidak terlihat kaki pada makhluk itu. Terlihat mata berwarna putih bulat di wajahnya.

"Sihir roh?"

"Duhovni Havad!!"

Muncul sepuluh roh berwarna yang sama keluar dari senjata-senjata yang disambar listrik barusan.

Mereka semua berpakaian zirah dengan model yang berbeda-beda dan memiliki postur tubuh yang lain satu sama lainnya.

Lima dari roh itu menyerang Julian secara serempak.

Laki-laki dewasa itu kewalahan menghindari serangan-serangan yang teratur rapi dan terstruktur oleh mereka.

"Grom suit!"

Julian merapalkan sihirnya selagi menjauh dari mereka semua dengan cepat.

Muncul dari seluruh tubuh Julian zirah listrik berwarna kuning keputihan hingga sampai ke kepalanya.

Bagian wajahnya tertutup topeng dengan motif kilatan dan serpihan cahaya listrik.

Julian mengubah tongkat sihirnya menjadi pedang besar dengan bilah pisaunya berwarna kuning keputihan.

"Kau ternyata petarung sihir ya"

BASHHH!!!

Satu tebasan lebar diarahkan menuju barisan roh yang berkumpul.

Tebasan pedangnya mengeluarkan bilah listrik yang menggelegar, kilatannya semakin melebar dan membesar semakin mendekati mereka.

BAAMMMM!!!

Letusan kilatan listrik itu meninggalkan kebul asap yang tebal di udara dimana para roh itu melayang.

"!!"

Julian tersenyum sinis menatap asap kebul itu.

"Kalian lumayan juga untuk seukuran roh rendahan!!"

BASHH!! BASHH!!!

BLAR!! BLARR!!!!

Hujan tebasan kilatan listrik diarahkan berkali-kali ke posisi yang sama, tempat diaman para roh dan Leo berada.

Dari dalam sana, salah satu roh berzirah tipis yang menunjukkan lekukan tubuh birunya mengangkat kedua tangannya. Dialah pengguna sihir perisainya.

"Kerja bagus, Chloe"

KRAK!!

Ujung bilah pisau Julian menusuk kedalam perisai pertahanan Chloe.

"Lepaskan, Chloe. Sisanya, kembali"

Lapisan perisai itu menghilang, Julian langsung berhadapan dengan Leo di udara bersamaan pedangnya yang sudah diayunkan mengarah kepala Leo.

KRANG!!

"!!"

Pedang besar Julian tak bisa menebas Leo, tertahan tepat diatas kepalanya.

Meresponi usaha Julian, Leo menjulurkan tangan kirinya dan menyentil perutnya.

"Kau ser-"

PAK!!!

Tubuh bongsor dengan zirah lengkap itu terlempar menjauh hanya dengan satu sentilan jari.

Detik berikutnya selagi Julian terlempar di udara, tombak-tombak berwarna biru melayang mengejarnya dengan kecepatan lebih tinggi daripada daya lemparannya.

"CIH!"

Dengan kerepotan Julian menangkis semua tombak-tombak itu.

Belum berakhir, mata tombak itu kembali hidup dan berbalik sekali lagi untuk mengejarnya. Kali ini pedang-pedang biru dan lembing biru ikut bergabung dari arah yang berbeda.

"!!"

"RADVGR RAZARACK EKSPOZIJA!!"

BLARRZZTTT!!!

Zirah listrik Julian mengeluarkan kilatan listrik yang meledakan apapun yang mendekatinya.

Semua serangan Leo terhempas dan hancur seketika.

"Aku tidak ingin berlama-lama melawan orang keras kepala seperti kau"

"Itulah alasan kenapa kau tidak pernah menangkapku vampir bodoh!"

Krkkk….krkk…!!

Terlihat retakan besar terukir dari sisi kanan Leo dan sisi kiri Julian.

"!!"

"?!"

BLARR!!!!!

Muncul ledakan besar setelah mereka memalingkan kepala mereka.

"Exxone!"

Leo menangkap laki-laki pendek yang terpental dari ledakan itu.

Perempuan yang juga terpental dari ledakan itu terbanting ke tanah.

Leo menatap asal tempat ledakan itu muncul.

Julian juga menatap retakan dan ruang sihir yang meledak itu.

"Tak kusangka bocah itu bisa memojokkan Tomelone"

Dari apa yang tertangkap mata mereka, seluruh isi ruang itu terbakar dan terlihat berantakan kacau balau.

TIK!

Leo menutup retakan ruang itu dan menghilangkan ruang itu.

"Kerja bagus nak. Kau memang berbakat"

"A..ku… ha..mpi..r.. ber..ha…sil"

Laki-laki yang tergendong olehnya itu menurunkan dirinya selagi terengah-engah.

"UAAAHH!!"

Perempuan yang terbanting ke tanah itu langsung bangkit selagi berteriak memegangi kepalanya.

"Ini tidak terlihat bagus. Kekuatan penunduk dan pengulang, Arka-"

BUAK!!

Sebelum Julian menyelesaikan rapalan sihirnya, Tomelone menghempaskan tangannya dan melempar dia menjauh.

"Kau milikku, bocah vampir!!"

"Exxone, kita akan menyelamatkan Rotania. Bersiaplah mengeluarkan segala yang kau punya"

"Dia akan kehilangan dirinya sendiri. Hohoho"

"Heh! Sejak awal aku sudah mengeluarkan segala yang kupunya!"