Untuk ukuran orang pintar, ketika berada dalam posisi yang sedang dihadapi Pria Cantik itu, sudah dipastikan akan memilih pergi. Ya, siapa juga yang mau berurusan dengan seseorang yang memiliki kemampuan bertarung di atas dirimu, hanya orang bodoh yang akan melakukannya, dan orang bodoh itu adalah Pria Cantik itu.
Tidak ada tanda-tanda Pria Cantik itu akan mundur. Kebalikannya, Pria Cantik itu terlihat mengepalkan tangannya yang tidak terluka, dan bila ada seseorang yang memiliki pendengaran yang sangat tajam, seseorang itu akan mendengar suara gesekan antara gigi bagian atas dan bawah yang berasal dari mulut Pria Cantik itu.
Semua tanda itu merupakan bentuk refleks dari puncak emosi yang sedang dirasakan Pria Cantik itu. Emosi yang timbul ketika hanya ada pilihan mundur setelah mengetahui bahwa Su Yun bukan orang biasa. Akan tetapi menilik kembali ke belakang, apa yang telah Su Yun dan Bibi Hua lakukan kepada Pria Cantik itu, mundur sekarang artinya pecundang, dan kata pecundang tidak pernah ada dalam kamus Pria Cantik itu.
"Bagus!" Pria Cantik itu mengangguk, diselingi senyum yang tampak mengejek. "Kalau kalian tidak mau melakukan perintahku, biar aku sendiri yang melakukannya!" Tanpa banyak waktu lagi yang dihabiskan untuk menatap mereka, Pria Cantik itu membalikkan badan.
Apa yang menyambut Pria Cantik itu saat berbalik adalah ejekan pedas dari Su Yun. "Woahhh! Apa kamu yakin bisa melakukannya sendiri?! Aku tidak yakin pria berwajah cantik seperti dirimu bisa bertarung! Mending kamu pulang saja, lanjutkan bermain rumah-rumahan bersama wanita pemberian ayahmu!" Sama seperti tujuan kalimat itu diucapkan, Su Yun juga memasang tampilan wajah konyol untuk memaksimalkan ejekannya.
Ejekan itu pun berhasil. Tidak ada beberapa milidetik sesudah Su Yun berbicara, Pria Cantik itu seketika memberikan respons. "Jangan panggil aku Pria berwajah cantik!" Berteriak, wajah sangat memerah, dan beberapa urat juga terlihat di dahinya, dapat disimpulkan dari penampilan yang Pria Cantik itu perlihatkan, sepertinya ejekan dari Su Yun sangat mengganggu Pria Cantik itu.
Masih belum selesai, ejekan juga datang dari Bibi Hua yang masih bersarang di dalam pelukan Su Yun. "Jangan nakal, Yun-er!" Bibi Hua memukul dada Su Yun dengan lembut, seolah-olah marah atas perilaku Su Yun yang mengejek Pria Cantik itu. "Tidak sopan memanggil orang yang begitu tampan seperti seorang Boyband dengan sebutan Pria Berwajah Cantik! Biar sopan, harusnya kamu memanggil dia banci!"
[Blurghhh] Ejekan yang diucapkan Bibi Hua disambut semburan darah yang keluar dari mulut Pria Cantik itu.
"Kamu... " Emosi yang diderita Pria Cantik itu tak tertolong lagi, sampai-sampai tak ada waktu untuk mengelap sisa darah di sudut mulutnya. "Namaku bukan Hun Wen kalau tidak membunuhmu sekarang juga!" Disela-sela perkataannya, Pria Cantik itu, tidak, seharusnya sekarang dipanggil Hun Wen, dia mengambil sebuah pistol bertipe M1911 dari balik jas yang dikenakannya.
Akibat emosinya, Hun Wen lupa dengan pembahasan sebelumnya yang menyebut Su Yun bukan orang biasa. Dia dengan kebodohannya mengarahkan moncong pistolnya ke arah Su Yun. Akan tetapi, kesialan datang menghampiri Hun Wen. Belum sempat menarik pelatuk pistol yang dipegangnya, ada seseorang yang memukul tengkuknya.
Tanpa diduga, pelakunya adalah anak buah Hun Wen sendiri. Sementara untuk Hun Wen, dia tidak tahu siapa pelakunya lantaran akibat pukulan itu, Hun Wen sudah lama pingsan, dan sekarang tubuhnya sedang dibopong oleh anak buahnya yang lain.
Mendapati kejadian tak terduga seperti itu, tentunya membuat Su Yun dan Bibi Hua keheranan. "Bagaimana kalian bisa melakukan itu kepada Tuanmu sendiri?!" Su Yun adalah orang pertama yang mengungkapkan keheranannya.
Salah satu anak buah Hun Wen, yaitu pria yang membuat Hun Wen pingsan, menjawab keheranan Su Yun. "Bisa-bisa saja! Bos Besar memberi wewenang kepada kami untuk menghentikan Bos Kecil bilamana melakukan sesuatu yang impulsif! Contohnya, mencari masalah dengan seseorang berkekuatan misterius yang mungkin bisa menyebabkan hancurnya Geng kami!" Saat menyebut seseorang berkekuatan misterius, mata pria itu sedikit menajam ke arah Su Yun, tanda seseorang dengan kekuatan misterius yang dimaksud pria itu adalah Su Yun.
Di depan, Su Yun mengerti maksud tingkah laku yang ditunjukkan pria itu, dan Su Yun memberi anggukan sekali, diikuti beberapa patah kata yang terdengar sangat sombong sebagai balasan. "Bagus kalau kalian sadar bahwa kalian adalah makhluk lemah! Akan tetapi, dengan membuat dia..." Di jeda ini, tangan kanan Su Yun menunjuk Hun Wen. "...pingsan, bukan berarti aku akan membiarkannya pergi begitu saja! Kalian tahu itu kan?!"
Mereka semua mengangguk, dan masih dengan pria yang sama. "Tentu saja! Karena itu, tadi kami berdiskusi, dan sepakat memberi Tuan Muda ini hadiah yang tak terbayang sebagai kompensasi untuk melepaskan kami! Hanya saja, hadiah itu tidak bersama kami sekarang! Tuan Muda ini bisa mengambilnya sendiri di markas kami atau kami akan mengantarkannya ke rumah Tuan Muda?!" Pria itu, tidak, yang benar mereka semua, di saat pria itu menawarkan hadiah kepada Su Yun, tampilan wajah mereka tampak biasa saja, sama sekali tak nampak ada keanehan.
Mau aneh atau tidak, tidak ada yang peduli. Bagaimanapun, perhatian Su Yun dan Bibi Hua bukan pada ekspresi mereka. Su Yun dan Bibi Hua terfokus pada ucapan mereka yang tujuannya tampak ingin meminta alamat rumah Su Yun atau memikat Su Yun ke markas mereka.
Kedua hal itulah yang mengundang kecurigaan Su Yun dan Bibi Hua. Mereka berdua curiga bahwa inti dari kompensasi yang mereka tawarkan hanya untuk balas dendam. Bayangkan saja, apa yang akan dilakukan Geng mereka sesudah mengetahui alamat rumah Su Yun yang notabene pelaku yang melukai Hun Wen. Atau pilihan yang satunya, mengundang ke markas mereka yang isinya komplotan mereka semua, bukankah itu bunuh diri.
Benar atau tidak kecurigaan mereka, pastinya telah mengundang reaksi yang berbeda di antara mereka berdua. Untuk Bibi Hua, dia merasa sedikit cemas bila Su Yun menerima tawaran itu. Kecemasan Bibi Hua datang bukan dikarenakan dia tidak percaya akan kekuatan Su Yun, melainkan sifat alami keibuan yang keluar dari dalam diri Bibi Hua. Sedangkan untuk Su Yun, jangan ditanya, dia sudah pasti tidak peduli. Bahkan bisa dikatakan sangat senang bila itu benar jebakan. Dengan begitu, Su Yun punya alasan untuk mencari masalah dengan Geng mereka, dan mencari masalah seperti itu adalah sesuatu yang sangat disukai Su Yun.
"Melepaskan kalian dengan imbalan kompensasi?!" Su Yun berlagak mempertimbangkan tawaran yang mereka ajukan. Padahal, aslinya Su Yun sudah punya jawaban. "Boleh-boleh saja sih!" Disertai sebuah anggukan, Su Yun menerima tawaran mereka.
Barulah sekarang mereka menampakkan sedikit ekspresi, ada sedikit senyum di wajah mereka. "Terima kasih! Lalu, Tuan Muda ini ingin mengambilnya sendiri atau kami akan mengirimkannya ke rumah Tuan Muda ini?!"
"Rumahku sangat jelek, terlalu memalukan untuk memperlihatkannya ke orang lain! Jadi, aku akan memilih untuk mengambilnya sendiri, bawa ke sini alamat markasmu!" Di kalimat terakhir, Su Yun juga menyertainya dengan menyodorkan tangan kiri.
Salah satu komplotan mereka datang ke depan Su Yun, dan menaruh sebuah kartu nama di tangan tangan kiri Su Yun dengan sopan, sebelum akhirnya pria yang memberi kartu nama itu kembali ke barisan mereka.
Di saat Su Yun memeriksa alamat yang tertulis di sana, komplotan anak buah Hun Wen pamit pergi. Ya, kalian tidak salah dengar, mereka pergi dalam arti pergi turun dari Bus. Sangat mengherankan, entah bagaimana saat mereka berjalan ke arah pintu keluar di bagian belakang, secara mengejutkan Bus menepi untuk berhenti. Padahal, tidak ada satu pun dari mereka yang memberi aba-aba kepada sopir untuk berhenti. Hanya ada satu penjelasan mengapa sopir sangat pengertian kepada mereka, sopir Bus masih satu komplotan dengan mereka.
Mau sekomplotan atau tidak, Su Yun tidak peduli. Buktinya, dari awal mereka pamit pergi hingga akhirnya turun dari Bus, Su Yun sama sekali tidak memperhatikan mereka. Lalu ke mana fokus perhatian Su Yun? Apalagi kalau bukan kartu nama yang ada di tangannya. Ternyata, pemilik kartu nama itu bukan Hun Wen atau pria yang berbicara tadi sebagaimana yang Su Yun kira.