webnovel

Bertukar Kamar

Luna berusaha untuk menghindar dari tubuh Chan, dia membetulkan posisi Chan berbaring di atas kasurnya. Tangan dia daratkan ke pipi Chan, dia menipisnya bahkan dia juga mencretkan beberapa air ke wajah Pemuda tersebut. Kecemasannya terlihat, dia mencari ide lain untuk membuat pemuda itu sadar karena dia sudah bingung cara untuk membangunkan Chan.

"Masa aku harus memberikan nafas buatan. Tunggu dulu, jangan-jangan kak Chan meninggal."

Luna mendaratkan telinga di dada Chan, dia tidak mendengar detak jantungnya, dia semakin panik tidak karuan.

"Kak Chan...."

Luna melihat perut Chan kembang kempis, dia melakukan ide pertamanya untuk membangunkan pemuda itu setelah dia merasa bahwa Chan masih hidup. Saat ciuman yang bermaksud untuk memberikan nafas buatan terjadi, Chan membuka mata kaget mendapati Luna berada di depan matanya.

"Maaf. Aku...."

Chan membalikkan posisi, dia membuat gadis itu berada di bawah tubuhnya dengan tangan yang mendarat di sisi lai tubuh Luna seperti orang kesurupan hingga ada ruang antara dirinya dan gadis itu. Detak jantung Luna tidak stabil, dia memejamkan mata ketika Chan semakin mendekatkan wajah ke arahnya. Kepala Chan terkulai dan mendarat di tulang selangkah kanannya.

"Kak...."

"Kak Chan kenapa. Dia tidak mabuk, tetapi kenapa dia tidak sadar begini. Dia seperti orang-orang mabuk di drama Korea."

"Ya ampun. Untuk pertama kalinya aku bertingkah sekonyol ini."

Chan berbicara dalam hati, mata masih terpejam seakan dia benar-benar tertidur tidak sadarkan diri. Padahal, hatinya tidak tertahankan karena detak jantungnya yang tak stabil.

Jam berputar jingga kini menunjukkan pukul sepuluh malam, Chan masih belum beranjak dari kasur Luna sedangkan gadis itu berjalan kiri dan kanan di samping kasurnya. Hal yang dia takutkan saat ini adalah kedua orang taunya, dia takut mereka akan melihat Chan di kamarnya hingga berpikir hal-hal yang buruk.

"Aku tidur di kamar kak Chan saja. Itu lebih baik."

Luna keluar dari kamarnya, dia beranjak ke kamar samping. Dia mulai membaringkan tubuh yang pegal di atas kasur, kelegahan dia rasakan sama sepeti Chan yang bisa membuka matanya.

"Kenapa aku semalu ini. Untuk pertama kalinya aku malu gara-gara gadis ini."

Chan duduk sambil memegang bibirnya, dia tersenyum mengingat saat di mana Luna menyentuh bibirnya. Chan berlari ke kamarnya, dia ingat akan sesuatu uang bisa membongkar jati dirinya. Setelah dia membuka pintu kamar dia melihat Luna sudah tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga dada.

Chan berjalan mendekati kasur, dia mengambil sebuah foto dibawah bantal yang berada di samping Luna. Foto tersebut adalah sebuah foto yang bisa mengorek jati dirinya selama ini yang dia sembunyikan.

Chan tidak sengaja menyenggol meja membuat Vas bunga yang ada di atasnya terjatuh.

Luna kaget, dia menoleh ke belkang tetapi tidak menemukan siapa pun. Chan bersembunyi dan merangkak keluar dari kamar ketika Luna mulai beralih ke sisi lain tempat di mana Chan sebelumnya berada. Chan legah setelah keluar dari kamarnya, tetapi dia kembali panik ketika meninggalkan kamar tanpa foto.

"Tidak bisa."

Chan mengetuk pintu kamarnya, dia bertingkah seolah dia baru saja keluar dari kamar dan sadar bahwa dirinya tidur di kamar yang salah.

"Mama atau Papa. pasti salah satu dari mereka."

Luna menarik selimut menyelimuti tubuhnya, dia tak ingin tertangkap dengan seorang Luna jadi dia bertingkah seolah orang yang berada di balik selimut tersebut adalah Chan. Karena Luna tidak membuka pintu Chan berani membuka pintu dengan sendirinya. Dia melihat Luna menutupi tubuhnya dengan selimut, pemuda tersebut tersenyum tegak pinggang. Dia melihat tikus, hewan yang cukup menggelikan tersebut membuat dia kaget dan takut hingga melompat ke atas kasur membuat Luna membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

"Kak Chan."

"Tikus. Ada tikus."

"Benarkah?"

Luna merangkap melihat ke lantai, dia tidak melihat apapun karena tikus tersebut sudah masuk ke bawah tempat tidur. Kini bergantian Luna yang tegak pinggang melihat ketakutan pemuda itu dengan tertawa ringan.

"Sekarang kakak terlihat seperti perempuan karena takut kepada tikus. Hem... Kakak mabuk?"

"Tidak, iya. Maksudnya sedikit mabuk. Apa aku melakukan sesuatu yang tidak baik kepadamu, aku baru sadar setelah bangun tadi sudah berada di kamarmu. Aku lupa dengan semua yang terjadi. Terakhir yang aku ingat lampu mati di kamarmu."

Mereka berdua sama-sama mengingat saat di mana mereka sangat dekat, Chan masih berpura-pura dengan raut wajah yang dia perlihatkan sedangkan Luna merasa malu mengingat saat di mana dia menyentuh bibir pemuda itu.

"Sekarang aku ke kamar."

Luna tidak ingin memperpanjang topik pembicaraan mereka karena takut mengorek kejadian tadi. Dia merasa bersyukur ketika Chan tidak mengingat apa yang sudah dia lakukan.

"Mari bertukar kamar!"

Chan berseru setelah mengambil foto yang ada di lantai, Luna memberhentikan langkahnya ketika dia baru berada di pintu kamar.

"Kamarmu sepertinya nyaman. Biarkan aku sekali untuk tidur di sana merasakan kenyamanan itu."

"Kamar ini juga nyaman. Kakak perlu tahu sebelumnya kamar ini menjadi kamar. Namun, sekitar beberapa tahun yang lalu aku pindah dari sini ingin mencari suasana baru di kamar sebelah yang sebelumnya hanya perpustakaan kecil milikku karena aku gemar membaca dari usia dini."

"Lalu semua bukunya. Aku sudah tidak melihat banyak buku di rumah ini termasuk di gudang belakang."

"Aku membagi-bagikannya ke beberapa perpustakaan termasuk perpustakaan yang berada tidak jauh dari taman yang kita kunjungi saat itu. Selain itu, aku membagi-bagikannya kepada beberapa anak yang juga memiliki hobi membaca."

"Bagus."

"Iya. Ngomong-ngomong bertukar kamar aku tidak mau tidur di sini karena ada tikus."

"Tidak. Aku hanya berbohong tadi karena aku sadar bahwa kamu yang ada di balik selimut itu. Hem... kamu takut, ya."

"Tidak. Baiklah."

Luna mendorong Chan keluar dari kamar, dia mengunci pintu kamar tersebut dan membaringkan tubuh di atas kasur. Dia menatap langit kamar, kesunyian terasa dan jendela kamar tiba-tiba terbuka. Bulu kuduk merinding, tangannya mulai pentol-pentol karena cuaca dingin.

"Jangan mikir macam-macam, tidak mungkin ada hantu di sini."

Chan menaikkan kedua alisnya, dia ke kamar Luna dan melihat-lihat apa yang sering dilakukan oleh gadis itu di kamar dengan introvertnya. Dia menemukan sebuah buku jurnal, Luna sering menulis hal mengesankan baginya. Di dalam buku itu terdapat banyak hal mengenai Liam, bahkan ada foto yang dia selipkan.

"Ternyata dia sangat berambisi kepada Liam. Aku jadi bingung juga, apa sebenarnya potensi yang dimiliki oleh gadis ini. Apa cita-cita dan impiannya."

Chan melanjutkan aksi tangan membalikkan lembaran demi lembaran buku itu hingga dia menemukan apa yang ingin dia ketahui.

"Sayangnya aku tidak tahu apa bakat dan impianku. Dasar... dia sudah hidup selama 17 tahun tetapi belum menemukan jati dirinya sendiri. Baiklah kalau begitu aku akan membantumu."