webnovel

Kembali Ke Rumah

Aku hanya bisa pasrah mengikuti alur dunia baruku. Sudah seminggu sejak kejadian di rumah sakit, disana sangat menjengkelkan. Aku tidak bisa melakukan apa yang ku mau, perawat dan bibi Sasaki selalu mengawasi ku, apa mereka tidak lelah?. jadi aku memilih untuk tetap diam.

Beberapa hari berikutnya setelah kembali pulang adalah jenis penyiksaan baru bagiku. Aku menyadari, tubuh ini lemah. Tidak ini sangat lemah!, untuk gadis seusianya dan itu bahkan cepat merasa kelelahan. Aku pun masuk ke kamar ku. Bocah itu tidak dirumah sekarang, dia bersekolah. Apakah sekolah di dunia ini sama dengan duniaku sebelumnya?. Yang aku tahu, sekolah adalah tempat kebanyakan anak-anak para bangsawan atau pedagang kaya. Sangat jarang untuk rakyat jelata bersekolah. Ngomong-ngomong yang ku dengar dari bibi, aku juga bersekolah.

Bibi Sasaki pun masuk ke kamar ku. Dia membawa air hangat, bubur serta obat yang di sertakan dalam satu nampan.

Dia duduk disampingku yang sedang membaca buku.

" Naraya, kamu makan ya... lalu minum obatnya.. bibi mau pergi ke supermarket untuk beli bahan makanan. Kamu juga jaga rumah ya.. Beristirahat lah "

"......"

Aku tak menjawab bibi Sasaki, aku sibuk dengan buku ku sekarang. Bibi Sasaki pun keluar menutup pintu dan menghela nafas.

" Bibi sudah pergi bukan? hah... aku tidak tahu apa yang harus ku katakan padanya. Kami begitu canggung karena kebenaran aku hanya orang asing untuk mereka. " gumam ku

" Lupakan lah. sebaiknya aku pergi untuk mencari buku lagi. Sebelum aku bisa pergi keluar, setidaknya aku menemukan beberapa informasi disini. Dan yah... setidaknya aku juga harus melatih tubuh ini "

***

Di depan pintu supermarket tangan bibi Sasaki tiba-tiba ditarik seseorang. Secara instan, bibi Sasaki menoleh ke arah orang yang menariknya.

" Yano? Kenapa kamu disini? " tanyanya dengan heran sambil melepaskan tangannya.

" Bagaimana keadaannya? Aku diminta untuk membawanya segera. "

" Siapa maksud mu Yano? Yang mau kalian bawa itu Sano atau Naraya? " tanyanya dengan kesal.

" Tentu saja Sano!. Aku tidak punya banyak waktu! Jika tidak segera dia akan dibawa secara paksa. "

" Kau kira aku perduli?! Keluarga macam apa yang menelantarkan anak gadisnya sendiri di kota seperti ini? Dia dirumah sakit saja ayah dan ibunya tak ada menjenguk, lalu mereka mau membawa adik yang menyayanginya?. Tentu saja aku tidak akan membiarkannya Yano !."

" Ini diluar dugaan ku kak ! Jika tidak terpaksa mana mungkin aku akan melakukannya ! Kumohon jangan mempersulitku !"

" Tetap tidak akan ku biarkan jika Sano di bawa keluarga itu. Aku tidak tahu apa jadinya jika Sano berada ditangan orang tua seperti itu, aku yakin pasti dia akan menderita !."

" Aku tahu itu, tapi jika Sano tak dibawa kepada mereka, mereka akan mengirim orang lain untuk membawa paksa Sano dimana pun ia berada, aku hanya mengingatkan !."

Yano pun pergi meninggalkan Bibi Sasaki, lalu ia melanjutkan belanjanya meskipun ia tidak mood.

Beberapa menit kemudian ia telah selesai berbelanja, kini ia sedang menuju kerumahnya.

Sesampainya dirumah ia melihat sepatu hitam milik Sano. Ternyata Sano telah pulang, namun ketika ia masuk ke gerbang rumahnya, ia melihat sano tengah mengintip dibalik dinding yang menuju halaman belakang.

Ternyata ia melihat Naraya sedang melatih ilmu bela diri dengan sebuah pedang kayu di halaman belakang. Sano sampai terkagum kagum melihatnya. Naraya melompat kesana kemari sambil menebas pedang kayu diudara. Ia bersalto kemudian ia kembali menebas pedang kayu itu. Bibi Sasaki juga kagum. Sejak kapan Naraya bisa selihai itu padahal ia tidak pernah melihat ia berlatih sebelumnya.

Mereka mengintip tak berakhir lama, Naraya menyadari bahwa ia tengah diintai.

" Sampai kapan kalian akan mengintip seperti itu?. " ujarnya dengan ekspresi dan wajah yang datar.

Naraya pun melempar pedang kayu itu ke pinggir pohon blossom yang belum mekar, Sano memeluk kakaknya.

" Kakak !, kakak hebat sekali !, tolong ajari aku !." kata nya dengan girang.

" Itu benar Naraya, kamu hebat !, tolong ajari Sano juga agar dia hebat sepertimu,, iyakan Sano ?." tambah bibi Sasaki berusaha menyakinkan Naraya.

"iya bibi hehehe." ujar Sano

" Apa yang kalian bicarakan? Aku tidak mengerti, aku tidak memiliki hal apa pun untuk mengajari seseorang." kata Naraya dengan Ekspresi datar, kemudian ia pergi kembali kekamar.

" Bibi, sampai kapan kakak akan mengacuhkan ku seperti itu? Aku tidak ingin kakak terus menerus sepeti itu " gumam Sano dengan nada sedihnya

" Bibi tahu, kamu tenang saja. Tak lama lagi pasti kakakmu akan kembali menyayangimu asalkan kamu selalu disisinya., oke? "

" Baik bi. Aku mengerti "