Satria membawaku ke kantin rumah sakit. Dia membelikanku minuman. Sampai tenggorokanku kering pun aku nggak menyadarinya. Tadi sebenarnya aku juga panik. Aku berusaha tenang agar Pak Dadang nggak tambah panik saja.
"Nanti akan aku suruh Ruben untuk mencari kamera dan ponsel baru milik korban tadi."
"Namanya Shella, Bang," kataku membenarkan ucapannya.
"Siapa pun dia."
Kami kembali ke ruang IGD dan ternyata Shella sudah selesai di MRI. Beberapa perawat sedang memasang beberapa peralatan pada kakinya.
"Ini kenapa ya, Sus?" aku memutuskan untuk bertanya.
"Tulang dipergelangan kaki Mbak ini patah, jadi harus digips biar nggak banyak bergerak. Untuk mempercepat penyembuhan."
Apa separah itu? "Oh, kalau begitu. Saya keluar dulu."
"Hei, mana suami lo?" tanya Shella membuat dahiku mengerut. Untuk apa dia menanyakan Satria.
"Kenapa? Apa ada perlu?" tanyaku.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com