"Biar saya Bantu mengangkat koper anda" Ova menawarkan bantuan kepada Tenza sedang menunduk untuk meraih koper yang sebelumnya ia taruh di dalam bagasi mobil.
"Terimakasih tapi aku bisa sendiri"
Setelah Tenza mengambil kopernya dia menutup kembali bagasi mobil lalu menghadapkan badannya ke arah rumah dengan tembok putih yang berada di sebelah kiri mobil.
Suasana malam ini cukup dingin dan beberapa kali angin sepoi sepoi berhembus menggigilkan Tenza saat angin itu menyentuh kulitnya. Cukup hanya dengan melihat rumah yang temboknya telah dicat dengan warna putih ini, Tenza dapat memperkirakan bahwa ruangan yang ada di dalam rumah yang diberi pagar hitam ini rasanya dapat menghangatkan Tenza yang sedang kedinginan. Sehingga anak berumur 16 tahun itu berharap mereka untuk cepat segera mempersilahkannya untuk masuk ke dalam rumah ini.
Tenza berjalan menuju pagar Hitam tersebut. jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat dia berdiri, hanya cukup 3 langkah saja untuk bisa mencapai pagar tersebut. Saat dia mencoba untuk membuka pagar hitam itu, dia menemukan bahwa pagar itu dalam keadaaan tergembok.
"Sebentar saya ambil kuncinya"
Dari belakang Tenza, dia dapat mendengar suara. Ova mengambil tumpukan kunci yang ada di saku bajunya kemudian bewrjalan mendekati pagar hitam, Ova mencari kunci yang cocok untuk gembok tersebut lalu memasukan kunci itu ke lubang gembok yang ada, lalu memutarnya agar gembok tersebut dapat terbuka.
Sambil menunggu Ova yang sedang membuka gembok, Tenza memperhatikan segala hal yang ada disekitar mereka.
Di sekitarnya Tenza hanya dapat melihat perumahan biasa. Nampak pula rumah rumah itu berderet di samping jalan. Setiap rumah yang dapat Tenza lihat, memiliki model bentuk yang sama satu dengan yang lainnya.
Jika diperhatikan sekali lagi terlihat dinding rumah rumah yang di cat berwarna putih tersebut terlihat masih bagus, dapat disimpulkan bahwa rumah rumah ini baru saja selesai di bangun. Begitulah kesimpulan Tenza tentang perumahan ini.
Malam ini sedikit berangin dan juga menyejukan badan. membuat meminum teh hangat sambil memperhatikan bulan adalah sebuah perpaduan yang tidak bisa di pisahkan bagi Tenza, seorang laki laki aneh yang terlalu menyukai teh. hal itu dapat diketahui olehnya ketika dia sedang melihat keatas langit malam yang cerah tanpa ada awan yang menghalangi bulan yang bersinar terang.
Terdengar suara gembok yang terbuka dan segera setelah itu, terdengar pula suara pagar yang menderit ketika dibuka menandakan Ova yang sudah membuka pagar Hitam itu.
'Pagar ini harus segera diberikan oli lagi.' Pikir Ova ketika mendengar suara deritan tersebut.
"Silahkan masuk tuan Tenza"
"Sudah Ku bilang jangan memanggil dengan kata 'tuan' "
Tenza menampikan senyum pada bibirnya ketika dia mengatakan hal itu, dia mengingatkan sesuatu kepada Ova yang dia katakan sekitar 2 jam sebelumnya, tepatnya saat pesawat sudah mendarat jam 7 malam yang lalu.
"Maaf atas kelupaan saya. Dan bolehkah saya menanyakan sesuatu"
Kepala Ova sedikit tertunduk ketika mengatakan permintaan maafnya, kemudian mengangkat kepalanya dan kemudian dia bertanya sambil mengangkat tangannya dan membentuk jari telunjuknya angka satu.
"Apa?" Tanya Tenza.
"Kenapa anda tidak ingin di panggil 'tuan' atau 'tuan muda'?"
"Memangnya kenapa?, ada yang salah?"
Wajah Tenza membentuk sebuah ekspresi seperti orang yang kebingungan.
"Bukan apa apa..." Kata Ova sambil menggelengkan kepalanya, lalu melanjutkan perkataannya.
"kebanyak dari orang yang kami undang ke Elikya tidak tersinggung saat kami memanggil mereka dengan 'tuan' atau 'nonya' bahkan ada diantara mereka ada yang membanggakan dirinya sendiri."
Mendengar kata kata yang di keluarkan oleh Ova, perempuan yang ada dihadapannya tersebut, Tenza hanya sedikit tersenyum dan mulai menjawab apa yang di tanyakannya. Tenza mengangkat tangannya lalu meyentuh dadanya layaknya seseorang yang menunjukan jati dirinya.
"aku ini bukan dari kalangan orang orang pintar atau dari kalangan orang orang kaya yang pantas untuk dihormati. Aku ini hanya orang miskin yang tidak terlalu pintar yang namanya pendidikan."
Tenza sekali lagi memandang langit malam yang cerah serta hanya di hiasi bulan yang memantulkan cahaya Dari sinar matahari disisi yang berlawanan. Mata Tenza yang jernih memantulkan cahaya Dari bulan tersebut. kemudian dia menarik nafas dan melanjutkan kata katanya.
"beberapa hari yang lalu sebelum keberangkatanku kesini, aku mendengar kabar 'Elikya mengadakan tes untuk mencari orang yang memiliki potensi' dan 'semua biaya hidup selama bersekolah di tanggung pemerintah' dan di saat itulah aku mulai belajar dengan sungguh sungguh. Aku sendiri tidak menyangka dapat lulus Dari tes itu. Itu hanyalah keberuntungan semata. "
Tenza telah mengatakannya, mengatakan kebenaran, tentang keberuntungannya, yang ketika kesehariannya yang cukup berat diangkat dari pundaknya. anak tersebut menundukan wajahnya takut apa bila ketika dirinya sudah terbiasa hidup ditempat yang sangat berbeda jauh dari tempat tinggalnya dulu, lalu dikembalikannya beban tersebut kepundaknya, Tenza takut dengan yang namanya keterbiasaan karena suatu hal.
"Menurut saya itu tidak benar." Ova menyangkal perkataan Tenza.
"Apa maksudmu?" Tanya Tenza tentang penjelasannya.
Tenza menanyakannya, maksud dari apa yang dikatakan oleh Ova, apa yang Ova sangkal dari perkataannya.
Apanya yang tidak benar Dari hal tersebut itulah yang di tanyakan oleh anak berumur 16 tahun itu, Tenza.
Tenza mengangkat kepalanya, mengubah pandangannya ke Arah dimana Ova berada, ke arah perempuan yang mengenakan setelan jas berwarna hitam tersebut. Tenza menemukan Ova yang sedang memandangi langit malam yang dihiasi oleh bulan yang memantulkan cahaya matahari juga.
"Mau itu di tanggung pemerintah atau tidak sekalipun, anda sudah berusaha melakukan yang terbaik supaya bisa lulus Dari tes itu."
"..."
Tenza terdiam dan Ova yang melihat cahaya rembulan malam ini mengalihkan pandangannya kearah dimana Tenza berada.
"Saya bisa melihat keinginan dan Kegigihan anda yang kuat ketika saya pertama kali bertemu dengan anda, karena kedua hal itulah yang membuat anda menjadi lebih baik dan itulah yang membuat anda layak di hormati, bukan karena anda orang yang pintar dalam dunia pendidikan ataupun orang kaya."
"..."
"Tapi karena anda sudah berjuang semaksimal mungkin dengan kemampuan anda yang menurut anda apa adanya itu untuk berubah lebih baik dan akan selalu berubah menjadi lebih baik lagi, itu bukanlah keberuntungan, itu adalah kerja keras anda sendiri. Begitulah menurut saya."
Tenza tersenyum dan menundukan kepalanya sekali lagi karena tersipu Malu dengan apa yang dikatakan oleh perempuan bersetelan jas hitam. 'Apakah aku seperti itu?' Itulah pertanyaan Tenza di dalam benaknya. Ova mengatakan kalau Tenza adalah anak dengan keinginan dan dengan kegigihan yang sekuat itu? jujur menurut Tenza apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya terlalu berlebihan, tetapi terdengar seperti motivasi yang bisa mengangkat semangatnya melonjak lebih tinggi lagi.
Menurut Ova seperti itulah Tenza, Ova menilai Tenza seperti seseorang menilai bagus orang lain yang dimana membuat orang itu menjadi senang.
"Baiklah silahkan masuk"
Dengan hal yang dikatakannya itu Ova telah mengubah topik pembicaraannya. mengubah topik dari yang awalnya dimulai dikarenakan pertanyaan Tenza tentang kata 'tuan' dan 'tuan muda' sebelumnya menjadi hal yang benar benar dibahas.
Kemudian Tenza yang masih menundukan kepalanya, Ova berjalan melewati pagar yang telah dibuka sebelumnya menuju rumah putih tersebut dengan dibelakangnya, yaitu Tenza mengikutinya dari belakang.
***
"Di sini kamarnya."
Ova membuka pintu kayu berwarna Putih dan menekan sakelar lampu yang ada di samping pintu agar lampu satu satunya yang ada diruangan ini menyala.
Tenza memasuki ruangan itu setelah Ova memasukinya duluan. Itu adalah kamar biasa dengan cat berwarna biru tua, perabotan perabotan yang bisa ditemukan dari dalam ruangan tersebut juga bisa ditemukan di dalam kamar setiap orang yang ada di dunia ini.
Awalnya, setelah membuka pintu rumah yang terkunci Ova mengajak Tenza untuk berkeliling sebentar.
Ova menjelaskan letak ruang tamu, ruang keluarga, dapur serta bagaimana menggunakan beberapa alat elektronik yang baru pertama kali dilihat oleh Tenza seperti oven, ya...oven. Dan yang terakhir ini adalah ruangan yang sedang mereka masuki, yaitu kamar tidur.
"Sebenarnya ada 2 kamar tidur yang di sediakan. Disini Dan disana."
Ova mengangkat tangannya menunjukan jari telunjuknya serta mengarahkannya ke arah pintu putih yang tertutup di sebrang lorong kecil yang dapat di lihat dari kamar tidur ini dikarenakan pintu yang terbuka.
"Biasanya orang orang yang kami undang membawa keluarga dan beberapa kerabat mereka."
Tenza tidak memiliki kerabat dan untuk keluarganya yang terakhir adalah mendiang ibunya. sebenarnya Tenza tidak terlalu mengetahui bagaimana bentuk rupa ayahnya sendiri, Ibunya pernah mengatakan kalau beliau pergi merantau meninggal kan mereka berdua dan tidak pernah pulang dan hanya mengirimkan uang melalui ATM. dan beberapa tahun yang lalu sampai sekarang ayahnya berhenti mengirim uang dan tidak bisa dikontak, mereka berdua tentu saja merasa khawatir tentang hal itu tetapi mereka berdua harus melanjutkan hidup. Ibunya bekerja pergi dari rumah sejak pagi dan pulang cukup sore, merasa tidak enakan dengan ibunya sendiri Tenza diam diam membantu ibunya dengan menjadi pembantu tetangganya yang paling tua. hingga akhirnya...
Suatu hal telah terjadi, hal yang benar benar tidak dimengerti olehnya saat itu.
Jadi karena hal itulah yang akan membuat rumah ini akan terasa sangat besar bagi Tenza. Setelah menelusuri setiap sisi rumah ini Tenza membandingkan bahwa rumah ini lebih besar dari rumah susun yang dia tinggali sebelumnya.
Tenza meletakan kopernya di dekat lemari yang masih kosong. Kemudian duduk di kasur yang lebarnya bisa di tiduri oleh dua orang.
"Empuk" adalah kata pertama yang di keluarkan Tenza Dari mulutnya saat merasakan kelembutan dan keempukan kasur yang dia duduki itu.
Ova mengeluarkan sesuatu yang ada di saku bajunya. Itu adalah tumpukan kunci, salah satu kunci yang ada di tumpukan kunci tadi adalah kunci yang digunakan untuk membuka pintu depan dan pagar hitam.
"Ini adalah kunci yang cocok untuk semua pintu pintu yang ada di sini, Jika anda kehilangan kuncinya anda dapat menelpon saya, ini kartu nama saya."
Ketika memberikan tumpukan kunci tersebut Ova sekali lagi mengambil sesuatu yang ada di saku bajunya lainnya dan memberikannya ke Tenza, ukuranya tipis dan berbentuk persegi panjang yaitu kartu namanya.
"Terimakasih."
"Dan satu lagi."
Ova mengangkat jari telunjuknya sehingga sejajar dengan hidungnya. Cukup dengan ekspresi yang serius dari perempuan berumur sekitar 20an itu membuat Tenza dengan reflek membuka kupingnya lebar lebar agar tidak ada satu katapun yang terlepas dari pendengarannya.
"Seperti yang saya katakan tadi sebelumnya di dalam mobil, hanya orang orang tertentu yang bisa masuk ke Elikya. dan hanya orang orang tertentu pula yang bisa bersekolah di sini, mereka yang tinggal di sini akan diberikan fasilitas dan pelayanan terbaik jika mereka memiliki kotmitmen untuk merubah dunia."
"..." Tenza terdiam mendengar perkataan Ova.
"Tentu saja ada alasan dibalik itu semua. Alasannya adalah supaya semua orang orang di luar Elikya merasa Elikya adalah surga dunia yang didambakan setiap orang dan membuat mereka termotivasi untuk berlomba lomba menjadi yang terbaik agar terpilih dan di undang ke Elikya. Akhir akhir ini, berkat sistem yang di terapkan ini membuat banyak Karya karya kreatif Dari mereka yang tinggal di Elikya dan membuat angka pengangguran semakin berkurang secara konsisten di luar Elikya."
Ova berhenti sebentar untuk mengambil nafas setelah berbicara panjang lebar.
Mereka yang ingin merubah dunia menjadi lebih baik akan diberikan fasilitas Dan kenyamanan terbaik. Tenza tidak memiliki tujuan sebesar itu, membuat dunia yang lebih baik itu adalah sesuatu yang hanya bisa di lakukan oleh seseorang yang sangat hebat.
Tidak seperti Tenza, Tenza hanyalah seorang pemuda yang memiliki bentuk tubuh kecil, tidak berotot Dan memiliki tinggi dibawah rata rata yaitu 150 cm.
Memang postur badan bukanlah sebuah parameter untuk mengetahui apakah orang ini bisa merubah dunia tapi kenapa orang seperti Tenzalah yang di pilih dan di undang ke Elikya untuk diberikan beban kepadanya berupa tanggung jawab yang sangat besar. Tenza sadar bahwa beban ini lebih berat dari beban yang ia angkat di pundaknya sebelumnya.
Tenza bukanlah orang yang bisa memimpin orang lain. Tenza hanyalah orang yang selalu siap dipimpin bukan memimpin.
Elikya adalah surga dunia Dan dimana seluruh manusia di dunia berlomba lomba supaya diperhatikan hingga diundang tinggal di Elikya. Tapi kenapa orang seperti Tenza yang menarik perhatian mereka dan di undang menjadi salah satu orang yang memikul beban seberat 'merubah dunia menjadi lebih baik'?.
"dan salah satu orang orang tertentu itu adalah anda. Jika anda melanggar aturan aturan yang kami buat, anda akan di pulangkan kembali ke tempat asal anda."
Tanpa sadar, Ova melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan dan di lanjuti dengan Tenza yang berkata dengan Nada pelan "apakah aku boleh bertanya sesuatu?" Tanya Tenza sambil mengangkat jari telunjuknya.
"Silahkan."
"Kenapa orang sepertiku harus merubah dunia menjadi lebih baik?"
Ova hanya terdiam ketika dirinya diberikan pertanyaan yang tidak seperlunya ditanya kembali. Kemudian Tenza melanjutkan perkataannya ketika Ova yang masih terdiam tidak mengerti harus menjawab apa dari pertanyaan sang anak berumur 16 tahun ini.
Tenza merentangkan kedua tangannya, menunjukan tubuhnya sebelum dia memulai untuk berbicara kembali.
"Lihat aku, badanku kecil Dan kurus. Bahkan di Sekolah menengah pertamaku dulu aku juara terakhir kalau masalah olahraga. Memang bukan fisik yang menentukan hebat atau tidaknya seseorang tapi aku ini bukan orang yang bisa mempengaruhi orang lain untuk berubah. Aku hanyalah orang dengan mental pengecut. Apakah orang sepertiku bisa merubah dunia?"
Tenza menundukan wajahnya serta mengeluarkan isi pikirannya sambil menunjukan badannya yang kecil. Tenza bukanlah seseorang yang berani Dan hebat, tenza hanyalah seseorang pengecut yang selalu menuruti perkataan orang lain. itulah Tenza, seorang anak yang '16 tahunnya diisi dengan ketidakmauan untuk ikut terbawa masalah.
Ova yang mendengarkar hanya tersenyum dan kemudian menjawab.
"Bukan karena Sekarang anda memiliki kemampuan memimpin yang baik yang membuat anda di undang, tapi karena keberanian andalah yang membuat anda diterima."
"Keberanian apa maksudmu, aku tidak mengerti"
"Keberanian menerima diri anda sendirilah yang membuat anda di undang, setidaknya itu menurut saya. Keberanian menerima diri anda sendiri dan keberanian untuk berubah menjadi lebih baik."
"..."
"Anda tahu...saya bukanlah orang yang menilai hasil tes yang Sudah di isi dan menilai mana saja orang orang yang lulus. Saya hanya ditugaskan untuk mengantar anda ke Elikya tetapi saya sudah melihat perilaku anak anak seumuran dengan anda. Ketika mereka semua bermain dengan pergaulan bebas mereka, anda hanya fokus untuk merubah hidup anda sendiri menjadi lebih baik. ketika mereka membuat keonaran Dan meresahkan orang orang sekitar mereka, anda hanya fokus untuk merubah diri anda menjadi lebih baik."
"Apakah aku seperti itu?"
"Itulah diri anda Dan saya yakin jika semua orang memiliki kegigihan seperti yang anda miliki, dunia pasti sudah jauh lebih baik dari pada saat ini."
"Kau terlalu berlebihan, tapi aku akan berjuang!"
Tenza tersenyum Dan berterimakasih kepada Ova karena sudah memberikan semangat kepadanya.
"Ini."
"Apa ini?."
Ova sekali lagi memberikan sesuatu kepada Tenza.
"Itu adalah sebuah smartphone."
Tenza Terkejut karena diberikan smartphone semahal ini secara gratis.