webnovel

Get Married

Casta berdiri dengan tegang sambil menghadap sang pastor. Disampingnya berdiri seorang pria tampan. Sang pastor tak henti-hentinya tersenyum ketika melihat sepasang pengantin dengan paras rupawan berdiri tanpa menoleh kakanan ataupun kekiri. Hanya mereka bertiga yang ada didepan. Begitulah budaya pernikahan di Spanyol bahwa tidak ada yang akan mendampingi pengantin.

Setelah disahkan oleh pastor, Damario dan Casta saling memakaikan cincin pernikahan. Tiba-tiba, Damario menarik leher Casta dengan kasar dan menciumnya. Kini mereka telah sah menjadi sepasang suami-istri.

Damario sengaja memilih gereja San Isidro sebagai tempat berlangsungnya pernikahan karena ia suka gaya arsitektur Barok yang memanjakan mata. Desain interiornya sangat mewah dan terpahat dengan sangat rumit. Kubah besar yang menjulang tinggi semakin menampakkan keindahan gereja ini.

Ketika mereka berdua keluar, mereka melihat begitu banyak tamu sedang menunggu dengan ekspresi bahagia. Lebih dari 200 tamu itu mengucapkan selamat pada Damario dan Casta.

"Selamat anakku. Akhirnya kau menepati janjimu. Aku harap kalian berdua hidup bahagia." Alano sang ayah menyalami Damario putranya dan Casta yang kini telah menjadi menantunya dengan senyum semringah.

"Gracias." Casta menyambut uluran tangan Alano dengan senyum manisnya. Casta tidak tahu perasaan apa yang kini menghinggapinya. Sedih? Ya karena pernikahan ini terjadi secara tiba-tiba tanpa pertimbangannya. Casta tidak diberi hak untuk membatalkan ataupun mengusulkan. Ia hanya bisa pasrah ketika pelayan memilih gaun pengantin kemarin. Bahagia? Tentu saja. Wanita mana yang tidak bahagia menjadi istri seorang konglomerat yang kaya raya. Tapi bukan itu yang membuat Casta bahagia. Ia bahagia karena menikahi seseorang yang tanpa sadar telah membuatnya jatuh cinta. Ia jatuh cinta pada Damario dengan setulus hati. Ia menerima semua sikap kasar dan dingin pria itu. ia sadar bahwa perasaannya pada Leonardo hanyalah rasa kagum atas kelembutannya. Walaupun ia bahagia bersama Leonardo, namun rasanya berbeda ketika Damario ada didekatnya. Bagaikan sengatan listrik yang menghantam seluruh tubuhnya ketika Damario menyentuhnya.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara petasan diberbagai arah membuat suasana semakin meriah. Para tamu mulai berdansa diiringi musik klasikal gereja.

...….....

Malam ini terasa sangat menegangkan. Ini malam pertama Casta menyandang status sebagai nyonya Patricio. Ia tak bisa tenang sejak kembali dari gereja. Ada sedikit rasa kecewa ketika Damario tidak mengiraukannya. Bahkan ia pulang menggunakan mobil yang berbeda. Ia bergabung dengan para pelayan sementara Damario mengendarai mobilnya sendiri.

Ketika mengelilingi rumah itu, Casta mendapati Damario sedang berbaring di sofa santai sambil membaca buku. Hal yang setiap hari ia lihat dari pria itu. Casta mendekatinya dengan gugup.

"Kau mau makan?" pria itu hanya menoleh dan kembali membaca. Casta menghela napas pelan sambil duduk disamping Damario.

"Aku rasa kau sebaiknya mandi dulu. Aku akan buatkan makanan dan kita makan malam bersama."

Kini Damario memandang wajah Casta dengan sinis. Tatapannya begitu tajam. Ia mendesis lalu berkata "Memangnya kau siapa hah? Kau harus tahu kau itu hanya wanita murahan yang dimataku tidak berharga sama sekali." Damario berdiri dan meninggalkan Casta yang menatapnya nanar. Pria itu jarang sekali bicara tapi jika ia sudah bicara, tidak ada kelembutan dalam ucapannya.

Cepat-cepat Casta menghapus air mata yang menetes dan berusaha agar tak bersuara. Jika Damario menganggapnya wanita murahan, lantas kenapa ia menikahinya? Damario bahkan tak mengatakan apapun mengenai pernikahan mereka. Hal inilah yang menyulitkan Casta. Ia tak tahu apa yang diinginkan pria itu.

Casta tak menyerah. Meskipun Damario tak menghiraukannya bukan berarti ia melupakan tanggungjawab sebagai seorang istri. Entah sampai kapan ia akan bersabar menghadapi sikap Damario. Yang pasti ia selalu yakin bahwa akan ada saat dimana Damario bisa menerima kehadirannya.

Seminggu setelah pernikahan mereka, Damario tidak ada dirumah. Hal ini membuat Casta khawatir. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya.

"Maria, kenapa Damario tidak ada dirumah?"

"Ahh tuan selalu menginap di kantor jika ia sibuk. Anda pasti tahu kalau tuan punya jadwal padat di perusahaannya."

"Kau benar tapi setidaknya dia mengabariku bukan?"

"Tuan itu seorang pekerja keras nyonya. Apabila ia sibuk, maka ia tak peduli dengan yang lain. Saya permisi nona".

Casta menampakkan wajah kecewa. Ia tak menyangka bahwa ada pasangan yang baru menikah seperti mereka berdua. Casta tak perlu bulan madu ditempat yang indah. Setidaknya Damario selalu menemaninya itu sudah cukup. Ia memberanikan diri untuk menelepon Damario namun sampai panggilan yang ke lima pria itu tak tergerak untuk mengangkat teleponnya. Lama kelamaan Casta merasa bosan. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar karena selama tinggal disitu, ia hanya keluar sekali saat acara pernikahan mereka.

"Fernando, apakah ada galeri seni disekitar sini?"

"Ada nyonya. Kau ingin kesana? Saya bisa mengantar anda."

"Ah tidak. Beritahu saja tempatnya. Aku ingin pergi sendiri."

"Tapi nyonya bagaimana kalau tuan…"

"Jangan khawatir. Aku tidak akan lari".

.......

Setelah pertimbangan yang matang, akhirnya disinilah Casta. Rumah sakit Universitario la paz yang cukup dekat dengan salah satu museum terkenal di Madrid; Museo Sorolla (Museum Sorolla) yang terletak di Paseo General Martinez Campos 37,28010 Madrid Spanyol.

Sebelum kesana, Casta naik bus menuju kerumah sakit untuk memeriksa kesehatannya. Ia menghela napas panjang lalu keluar.

Ia memilih jalan kaki meskipun harus memakan waktu selama 1 jam lebih lewat Paseo de la Castellana. Casta tidak merasa lelah sama sekali. Ia terbiasa hidup dengan berjalan kaki.

Meskipun tidak terlalu ramai pengunjung, museum Sorolla sangat membantu para pecinta lukisan. Museum ini awalnya merupakan kediaman Joaquin Sorolla yang ia bangun sendiri. Disini terdapat banyak karya yang dipamerkan. Museum yang terletak di lingkungan Chamberi ini menyediakan patung-patung, keramik, perhiasan popular, foto antic, dan kumpulan huruf. Casta ingin membawa Damario ke museum ini suatu saat. Ia yakin Damario akan suka karena pria itu juga pecinta seni.

Setelah 3 jam berada disitu, ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke La Finca. Ia tidak mau berlama-lama disitu takut Damario akan mencarinya. Casta memilih jalan kaki sambil menikmati keindahan kota Madrid.

Sebagai ibu kota Negara Spanyol, Madrid mempunyai luas sebesar 604,3 km2 sehingga tidak heran kalau Madrid mempunyai banyak tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.

Sambil jalan-jalan, Casta tak sengaja menoleh kesamping dan mendapati Damario yang sedang menatapnya.

"Damario!" ia berteriak sambil melambaikan tangan berharap Damario mendekatinya dan mengajaknya pulang bersama. Bukankah itu wajar?

Casta mendekati pria itu dan yang ia dapatkan hanyalah tatapan sinis Damario. Ia menghentikan langkahnya dan membiarkan Damario melajukan mobilnya meninggalkan Casta sendirian. Perasaan sedih kembali menghantuinya.

"Apa kau setega itu padaku?"