webnovel

Handle

Tiga bulan telah berlalu, Hanna dan Edgar semakin dekat. Hanna selalu dijemput Edgar setelah pulang kerja, terkadang mereka jajan di pinggir jalan dan kadang Edgar membawa Hanna makan di restoran. Mereka seperti sepasang kekasih dimabuk asmara.

Pantai Wangerooge, saat ini Edgar mengajak Hanna ke pantai. Mereka tengah berjemur di pantai sambil berbaring di kursi anyaman. Edgar sendiri sudah berkenalan dengan orang tua Hanna walaupun Hanna masih belum mengakui hubungan mereka, tapi Edgar tahu Hanna masih muda dan beda dengan dirinya. 

"Hanna, kamu suka berjemur seperti ini?" tanya Edgar.

"Suka dong. Aku jarang bisa menikmati liburanku. Biasanya liburanku tidak jauh-jauh dari rumah lalu menemani mamaku berbelanja. Kita juga jarang pergi sekeluarga," jawab Hanna.

"Hann, tapi sekarang kamu bisa pergi bersamaku. Kita bisa menjelajahi daerah mana pun yang kamu mau," kata Edgar sambil menggenggam tangan Hanna.

"Hahaha, iya kamu kumpulkan uang dulu dong. Ngomong-ngomong kamu beli mobil semahal itu dari orang tua kamu atau kamu beli sendiri? Kamu bilang kamu dipromosikan di pekerjaan kamu," kata Hanna.

"Iya aku naik jabatan dan aku sekarang adalah seorang direktur," balas Edgar. 

Edgar terpaksa berbohong karena dia tidak mau Hanna tahu tentang kehidupannya dulu, masih belum saatnya.

"Oh gitu. Terus aku belum pernah ketemu keluarga kamu," kata Hanna.

"Keluarga aku tidak tinggal di negara ini, Hanna," balas Edgar.

"Oke. Kapan kapan kita bisa berkenalan," kata Hanna.

"Iya pasti, Sayang," balas Edgar mengecup tangan Hanna.

"Kamu mau beli es kelapa yang ada di sana enggak? Aku beli ya, nanti aku bawa ke sini," kata Hanna.

"Aku aja yang beli, kamu yang duduk di sini," balas Edgar.

"Enggak, dari tadi aku sudah duduk aja," kata Hanna.

"Ya sudah kalau kamu maksa, aku akan terima kamu membelikan untuk kita," balas Edgar.

"Siap," kata Hanna.

Hanna dengan senyum lebar pergi untuk membeli es kelapa yang masih di batok, sedangkan Edgar memandangi Hanna yang begitu cantik dengan balutan pakaian renang yang dia beli. Edgar berdecak, dia merasa dia ingin memiliki Hanna segera.

"Maaf, Tuan  Apakah Tuan akan menginap di daerah sini?" tanya Gustav.

"Iya, Gustav. Kamu kalau mau ke sini dan bicara dengan saya jangan kelihatan gadis itu," kata Edgar.

"Iya, Tuan. Saya juga melihat situasi," balas Gustav.

"Tempat itu jangan yang terlalu mewah. Hotel biasa, tapi pastikan seluruh keamanannya aman dan sewa satu hotel itu. Saya tidak mau ada yang melihat saya, mereka tidak boleh tahu siapa saya sebenarnya termasuk Hanna. Dia akan menganggap saya menjadi pria sederhana pujaannya," perintah Edgar.

"Baik, Tuan," balas Gustav.

 

Hanna mengantri membeli kelapa, tapi tiba-tiba ada yang memanggil dia membuat dia menengok ke arah orang itu. Dia melihat pria yang sudah dia blokir nomor dan semua kontaknya ada di hadapannya saat ini.

"Victor, kamu juga liburan di sini?" tanya Hanna canggung.

"Hanna, bisa kita bicara berdua? Tolong kali ini jangan menghindar," kata Victor.

"Aku lagi beli kelapa. Sebentar lagi giliran ku, nanti saja atau bicara saja di sini," balas Hanna ketus.

"Baiklah, aku tunggu. Aku bantu bawa kelapa kamu," kata Victor.

Hanna merasa heran dengan Victor yang mengincarnya terus-menerus. Dia jadi ngeri sendiri, tapi dia harus menghadapi Victor.

Setelah Hanna selesai membeli kelapa, Victor membantu membawa kelapanya. Mereka berdiri di pojokan dekat pohon.

"Oke sekarang bicara. Aku lagi bersama seseorang, jadi jangan lama-lama," kata Hanna.

"Oke, Hanna. Aku mau info ke kamu bahwa kamu salah mendekati seseorang yang kamu kenal sekarang itu," balas Victor.

"Tahu apa kamu tentang Edgar? Aku sudah berjalan beberapa bulan ini dan kamu datang-datang menuduh orang seperti itu ucap Hanna kesal.

"Dia pria berbahaya dan dia bahkan pemilik dari aplikasi yang kemarin kamu pakai. Percaya padaku, Hanna," balas Victor.

"Sudahlah, aku tahu kamu malah yang mau menjebak aku, bukan dia. Kalau dia memang pemilik dari aplikasi itu, berarti dia orang yang berduit dan tidak mungkin sembarangan bertemu orang seperti ini. Terima kasih atas infonya," kata Hanna.

Hanna melangkah pergi dari sana membuat Victor mematung. Hanna melihat Edgar yang sedang duduk dan memainkan ponselnya tersenyum.

"Edgar, ini buat kamu," kata Hanna.

"Makasih Hanna," balas Edgar menyeruput air kelapa yang dibeli oleh Hanna.

"Sama-sama, Edgar," kata Hanna.

"Oh iya, kamu lama sekali habis dari mana?" tanya Edgar. 

"Oh, tadi aku tidak sengaja ketemu seseorang di sana, terus ngajak aku bicara sebentar. Maaf kamu jadi nunggu lama ya," jawab Hanna.

"Tidak apa-apa. Ketemu perempuan atau laki-laki?" tanya Edgar.

"Laki-laki. Dia tadi soalnya maksa mau ketemu aku dan bicara sebentar," jawab Hanna.

"Apa dia Victor?" tanya Edgar.

"Iya," jawab Hanna menundukkan kepalanya.

Hanna sudah terbuka soal Victor karena sering menelepon dan mengirim pesan, sehingga Hanna mau tidak mau bercerita pada Edgar.

"Tidak usah menunduk. Aku tahu pria seperti Victor tidak akan berhenti mengikuti kamu karena kamu cantik dan baik, Hanna," kata Edgar sambil mengangkat dagu Hanna dengan tangannya.

"Terima kasih, Edgar. Kamu memang paling mengerti aku," balas Hamna.

Hanna berhambur ke pelukan Edgar dan Edgar membalas pelukan perempuan itu lalu membelai lembut punggung Hanna.

"Kalau kamu merasa terganggu dengan pria itu, aku akan memberikan pelajaran padanya. Aku sangat menyayangi kamu, Hanna," kata Edgar.

Edgar melepas pelukan mereka lalu menangkup wajah Hanna.

"Iya, aku masih bisa menghandle dia kok,"  balas Hanna.

"Oke. Kita sekarang lebih baik ke penginapan dekat sini. Kita harus bersih-bersih  dan setelah itu kita makan malam bersama," kata Edgar.

"Iya kita istirahat dulu," balas Hanna.

Hanna tak lupa membalas pesan dari orang tuanya. Dia sudah izin sama orang tua dia untuk pergi liburan bersama teman kantornya. Dia masih belum terlalu terbuka soal hubungan dia dengan Edgar karena takut orang tuanya marah.

"Kamu ganti pakaian kamu dulu baru setelah itu kita ke penginapan terdekat," kata Edgar.

"Oke," balas Hanna.

Mereka pergi berganti pakaian. Setelah itu, mereka menuju ke mobil. Edgar mulai melajukan mobilnya ke penginapan yang sudah dipesan Gustav.

"Apa tempat itu jauh?" tanya Hanna.

"Tidak, dekat dari pantai ini juga," jawab Edgar.

"Oh iya, tadi yang jual kelapa ramah terus ada sedikit cerita kalau keluarga dia juga suka main ke pantai tadi soalnya pantai itu masih bersih dan nyaman," kata Hanna.

"Iya memang benar pantai di sini masih lebih nyaman dan bersih," balas Edgar.

Tidak lama mereka sampai di tempat penginapan. Hanna melihat penginapan itu bagus dan terlihat terjangkau terpesona.

"Ternyata sudah sampai, cepat juga," kata Hanna. 

"Aku kan sudah bilang kalau tempat ini dekat," balas Edgar.

Edgar turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Hanna.

"Terima kasih, Edgar," kata Hanna.

"Sama-sama," balas Edgar.

Mereka bergandengan tangan lalu berjalan masuk ke dalam.

"Hotel ini tidak terlalu buruk," gumam Edgar. Dia biasanya selalu di hotel berbintang, tapi saat ini dia tidak bisa melakukannya.

Saat mereka sudah sampai di hotel, Edgar langsung melakukan check in.

"Kamu tidak keluarin ID card kamu?" tanya Hanna.

"Tidak perlu, Hanna. Kan sudah dipesan," jawab Edgar.

"Oh, kamu sudah booking duluan," balas Hanna menganggukkan kepalanya.

Mereka melangkahkan kaki ke sebuah kamar yang sudah dipesan Edgar untuk mereka.

"Iya," kata Edgar.

"Kunci kamarku mana?" tanya Hanna.

"Hanna, kita sekamar," jawab Edgar.

"Loh, katanya sudah pesan, tapi kok cuma satu kamar?" tanya Hanna.

"Hotel ini sudah penuh, jadi kita sekamar saja ya. Kalau kamu tidak nyaman, aku akan tidur di sofa atau lantai," jawab Edgar.

"Enggak, bukan gitu. Kamu kan kekasih aku masa iya aku menyuruh kamu tidur di tempat lain," kata Hanna.

"Hanna, aku ingin kamu senang saat bersamaku," balas Edgar lembut.

Saat mereka sudah sampai di kamar, mereka masuk ke dalam dan barang mereka dibantu dibawakan oleh petugas hotel.

"Wah, kita dapat pemandangan pantai indahnya dari sini," kata Hanna menatap jendela kamar yang menampilkan pemandangan pantai.

"Kamu suka?" tanya Edgar memeluk Hanna dari belakang.

"Suka banget," jawab Hanna.