webnovel

Forget Everything

Frank menghentikan langkah kakinya di depan mobil saat melihat Gisel masih mengejarnya.

"Iyan, tahan Gisel. Saya ada urusan," kata Frank sambil masuk ke dalam mobil.

Para pengawal langsung menahan Gisel yang hendak mengejar Frank lagi.

"Kalian ini kenapa menahan saya? Frank itu kekasihku. Jawab aku, ada apa dengan dia?" tanya Gisel.

Gisel berjalan menuju mobilnya membuat Iyan menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalian semua kembali berjaga. Jangan sampai keamanan di sini melemah," kata Iyan.

***

Di rumah sakit, Hanna mulai menggerakkan jemarinya. Edgar yang menggenggam tangan Hanna menatap ke arah perempuan yang saat ini mulai membuka matanya.

"Dok, Hanna sudah sadar!" teriak Edgar sambil berlari keluar dari ruangan.

Dokter james bersama Edgar tidak lama kembali ke ruangan Hanna. Dia mulai memeriksa keadaan Hanna yang sudah sadar.

"Nona kenal sama tuan ini?" tanya James lembut.

Hanna terlihat mengernyitkan dahinya. Dia menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku tidak kenal. Nama aku siapa?" tanya Hanna dengan suara serak.

"Sayang, tenang. Semua akan baik-baik saja," balas Edgar sambil menggenggam tangan Hanna.

"Tuan, kami mau memeriksa terlebih dahulu," kata James saat melihat Edgar mendekat dan menggenggam tangan Hanna.

"Iya," balas Edgar.

Hanna melihat Edgar sudah menjauh memegang perban di kepalanya.

"Dok, apa yang terjadi pada aku?" tanya Hanna.

"Sayang, kamu jangan terlalu berpikir. Aku khawatir," kata Edgar.

Edgar tidak mau Hanna terlalu banyak bertanya saat kondisi tubuhnya masih lemah. Dia takut Hanna akan kehilangan kesadaran lagi kalau banyak pikiran.

"Nona harus tenang. Nona baru saja mengalami kecelakaan," kata James.

"Kecelakaan?" tanya Hanna.

Hanna termenung. Dia tidak mengingat apa pun.

"Nona sekarang makan dan minum perlahan dulu. Nanti baru minum obat setelah ini," kata James.

"Oke. Terima kasih," balas Hanna dengan pelan.

Tidak lama perawat membawakan makanan untuk Hanna.

"Sayang, jangan terlalu banyak berpikir," kata Edgar.

"Kamu siapa?" tanya Hanna.

"Aku Edgar, kekasih kamu. Kita sudah bertunangan dan akan segera menikah, tapi kita bisa menundanya sampai kamu sembuh," jawab Edgar sambil mengecup telapak tangan Hanna.

"Aku minta maaf karena aku tidak mengingat kamu. Keluarga aku di mana?" tanya Hanna membuat Edgar membelai lembut pipi Hanna.

"Perlahan kamu pasti akan mengingat semua tentang diri kamu. Kamu sudah tidak memiliki keluarga. Sekarang kamu makan dulu," jawab Edgar.

"Aku tidak punya keluarga, apa kamu punya keluarga?" tanya Hanna dengan mata berkaca-kaca.

"Keluarga aku adalah keluarga kamu," jawab Edgar lembut.

Wajah Hanna seketika memerah saat tiba-tiba mendengar suara perutnya sendiri yang berisik.

"Kamu pasti sekarang lapar. Sudah, jangan memikirkan hal-hal yang bikin mumet kepala kamu," kata Edgar.

"Iya. Suapin aku," balas Hanna dengan senyum manisnya.

"Oke," kata Edgar.

Edgar mengambil piring di meja lalu menyuapkan bubur ke bibir perempuan di hadapannya.

"Kamu suka rasanya?" tanya edgar.

"Tidak ada rasanya. Tidak enak," jawab Hanna mencebikkan bibirnya.

"Jangan memonyongkan bibir seperti itu, kamu mau aku kecup?" tanya Edgar.

"Apa benar dia kekasihku yang nanti akan menjadi suamiku?" gumam Hanna kebingungan.

Edgar menatap Hanna yang melamun sambil mengunyah menjentikan jarinya di depan wajah Hanna.

"Kamu ini kenapa sih?" tanya Hanna.

Hanna tiba-tiba berteriak saat merasakan sakit di kepalanya membuat Edgar terkejut.

"Sayang, ada apa?" tanya Edgar dengan raut wajah khawatir.

"Tidak apa-apa. Mendadak kepalaku sakit," jawab Hanna.

"Sudah aku bilang jangan banyak gerak karena kamu baru saja sadar, tapi kamu tidak mau mendengarkan aku," balas Edgar sambil menyuapi kembali bubur ke mulut Hanna.

"Hanna maafkan aku yang sudah membohongi kamu. Aku tahu aku benar-benar gila saat ini karena terus membohongi kamu, tapi sekarang tidak akan ada lagi yang bisa menghalangi aku untuk membuat kamu sepenuhnya di bawah kendali aku," gumam Edgar.

Hanna merasakan tenggorokannya kering meminta Edgar mengambilkan air minum.

"Sayang, sebentar aku ambilkan air untuk kamu," kata Edgar memberikan air mineral di botol lalu memasukkan sedotan agar Hanna mudah meminumnya.

Hanna menyeruput perlahan minuman itu sambil menatap Edgar.

"Kenapa aku bisa lupa pada semuanya? Apa yang terjadi?" gumam Hanna.

"Kamu sudah selesai minum?" tanya Edgar.

"Sudah," jawab Hanna.

Edgar mengambil botol minuman yang ada di tangan Hanna. Dia lalu meminta Hanna untuk beristirahat.

"Aku tidak suka tinggal di rumah sakit," kata Hanna.

"Apa kamu tidak mau sembuh?" tanya Edgar.

"Aku mau sembuh," jawab Hanna.

"Oke, sekarang kamu istirahat. Aku mau bersih-bersih dulu di kamar mandi, kamu jangan ke mana-mana," balas Edgar.

"Iya aku tidak akan ke mana-mana," kata Hanna.

"Oke," balas Edgar.

Edgar berlalu ke kamar mandi. Tidak lama ponsel Edgar yang tertinggal di meja berdering membuat Hanna melihat siapa yang menelepon. Hanna melihat di layar memunculkan nama mama mengambil ponsel Edgar lalu mengangkatnya.

"Edgar, apa Hanna sudah sadar?" tanya seorang perempuan.

"Ma," panggil Hanna.

Agatha yang berada di rumahnya mengernyitkan dahi saat mendengar suara Hanna.

"Ini Hanna?" tanya Agatha.

"Ini mamanya Edgar?" tanya Hanna.

"Iya ini mamanya Edgar. Sayang, Edgar di mana? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Agatha.

Perasaan Agatha menjadi sedih bercampur senang. Dia bahagia saat mendengar suara Hanna yang sudah sadar.

"Ma, aku baik-baik saja," jawab Hanna semangat.

"Apa yang putraku katakan pada Hanna sampai Hanna terdengar bahagia?" gumam Agatha mendengar suara Hanna yang begitu semangat.

"Oke. Kamu harus banyak istirahat," kata Agatha.

"Iya pasti. Ma, apa Hanna boleh bertanya soal kami?" tanya Hanna.

"Boleh, apa yang mau kamu tanyakan?" tanya Agatha.

"Ma, apakah aku sama Edgar sepasang kekasih?" tanya Hanna.

"Masa kamu tidak ingat," kata Agatha terpaksa berpura-pura.

"Hanna sedih tidak bisa ingat apa-apa," balas Hanna.

"Sayang, jangan sedih. Mama yakin kamu akan segera mengingat semuanya," kata Agatha.

Hanna menghelakan napas kasar. Dia lelah mendengarkan semua orang yang terus saja berkata bahwa dia akan segera mengingat semuanya.

"Iya, Ma. Hanna juga berharap seperti itu," kata Hanna.

Tidak lama pintu terbuka menampilkan Edgar yang baru saja kembali. Edgar menatap Hanna yang memegang ponselnya berjalan santai mendekati Hanna.

"Sayang, siapa yang menelepon?" tanya Edgar.

"Mama yang menelepon," jawab Hanna.

"Oh, sini berikan padaku, aku mau bicara sama mama. Kamu istirahat, kamu tidak boleh memegang ponsel dulu. Kepala kamu baru selesai dioperasi," kata Edgar.

Wajah Hanna berubah jadi lesu. Dia menatap kembali ponsel Edgar dan menempelkannya ke telinga.

"Ma, sudah dulu. Edgar suruh aku istirahat, padahal aku masih mau mengobrol," kata Hanna.

"Iya tidak apa-apa," balas Agatha.

Hanna melihat Edgar terus menatapnya mengembalikan ponsel itu pada Edgar.

"Hallo, Ma. Hanna sudah sadar, tapi belum mengingat semuanya. Edgar yakin perlahan dia akan ingat kok. Aku bilang sama dia bahwa pernikahan kami diundur karena sedang sakit," kata Edgar.

Hanna menatap sendu ke arah Edgar. Dia merasa bersalah karena pernikahan yang mereka rencanakan batal gara-gara dia.