webnovel

Echoes Of The Past

[Mature romance] Kids please stay away!. Kehidupan Axton selama ini terasa sangat tenang dan tertata dengan sangat rapi. Tujuannya hanya satu yaitu menjalani kehidupan dengan sangat baik dan rapi seperti yang orang tuanya inginkan. Lulus dengan nilai terbaik dan melanjutkan bisnis keluarga. Tapi siapa yang akan menyangka kalau semua rencananya akan hancur saat ada pengganggu yang terus mengejarnya kemana pun dia pergi. Axton yang dingin dan tak tersentuh benci perempuan yang berisik dan menempel pada laki-laki tapi siapa yang akan menyangka kalau orang yang dia benci malah ditakdirkan untuk dia cintai. _____________ Novel ini adalah buku kedua dari Echoes series yang bakal terdiri dari 6 buku berbeda dengan tokoh yang berbeda namun masih saling berkaitan. Karya ini dibuat oleh penulis asli Indonesia jadi tolong dukung saya ya. Novel ini adalah kisah kedua dari salah satu anggota tertua perkumpulan Guardian Angel of Woman yaitu Axton Mckenzie. Sebelum baca novel ini disarankan untuk baca Echoes Of Love|GAoW1| terlebih dahulu agar bisa nyambung ke novel yang kedua ini. hope you enjoy with my first novel and i wish you can give your love for this story. Thank you. •1000-1500 words/Chapter Novel lain dalam bahasa inggris. • The Final Stage of Love. Find me in instagram •Alemannuss

alemannus · Urban
Not enough ratings
46 Chs

Echoes Of The Past|GAoW2| [39]

Hello semuanya.

Happy reading!

__________

7 tahun yang lalu.

Cuaca hari ini sangat panas sekali. Rasanya seperti sedang berada di dalam sebuah sauna di siang hari yang terik. Saking panasnya Sarah sampai berhalusinasi saat melihat sesuatu. Dia mengira kalau benda-benda yang dia lihat sepanjang jalan adalah makanan ataupun minuman yang dapat menghilang kan rasa hausnya yang semakin parah setiap menitnya. Padahal dia sudah meminum satu botol air putih dan membawa satu botol air putih lagi di dalam tasnya tapi tetap saja dia masih merasa kehausan.

Sebenarnya kelasnya hari ini akan dimulai satu jam lagi namun dia memutuskan untuk datang lebih awal ke kampus karena dia berniat untuk mencari keberadaan Axton yang belum bisa dia temukan. Dia bahkan sudah bertanya pada Aiden dan meneror pria itu terus namun semua usahanya berakhir dengan sia-sia karena pada akhirnya Aiden malah memblokir nomornya. Pria itu memang sangat jahat sekali pada wanita. Padahal dia hanya ingin bertanya Axton masuk jurusan apa agar dia bisa mencari Axton dengan mudah namun malah diabaikan seperti ini.

Sarah mengusap keningnya yang mulai basah oleh keringat. Hari ini dia sudah resmi membawa mobil sendiri ke kampus. Alasannya agar dia bisa lebih leluasa mengikuti Axton nanti karena dia tidak bisa menyuruh supirnya untuk melakukan hal-hal aneh seperti ini. Selain itu dia juga tidak mau jika supirnya ataupun bibinya melaporkan kelakuannya di kampus pada orang tuanya. Pokoknya dia tidak mau jika suatu hari dia harus kembali ke California karena ketahuan mengikuti seorang laki-laki.

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja menabrakmu." Ucap Sarah saat dia tidak sengaja menabrak seseorang.

Sarah segera mengambil barang-barang orang yang dia tabrak dengan cepat. Mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang untuk sebentar sebelum Sarah kembali berdiri sambil memberi barang orang itu dengan sopan. Sarah menatap pria itu dengan tatapan bersalah sambil mengucapkan kata maaf berulang kali sedangkan pria itu tampak terkejut saat melihat Sarah.

"Sepertinya aku pernah melihatmu di suatu tempat." Ucap pria itu dengan kedua matanya yang terbuka lebar.

Sarah mengerutkan dahinya sambil menatap pria itu dengan tatapan waspada. Dia merasa kalau mereka tidak pernah bertemu sebelumnya karena Sarah tidak merasa familiar dengan wajah pria itu. Sarah menggenggam tali tasnya dengan erat saat pria itu tersenyum dengan lebar. Jujur saja pria itu sangat tampan sekali dan pria itu juga memiliki senyuman yang cantik dengan lesung pipi di bagian kiri. Secara keseluruhan Sarah dapat menilai kalau pria itu adalah laki-laki yang suka menebar pesona pada semua wanita. Setidaknya seperti itulah penilaian pertamanya pada pria itu.

"Ah! Kita pernah bertemu di sebuah toko!" Ucap pria itu dengan bersemangat.

"Toko?" Tanya Sarah dengan bingung.

"Iya, saat itu kau sedang marah dan aku bertanya padamu dan kau bilang kalau kau akan melakukan sesuatu sesuai keinginanku dan terakhir kau mengatakan kalau kau benci seorang pria dan memaki pria itu." Jawab pria itu dengan rinci dan lengkap.

Seketika Sarah langsung terdiam saat kejadian itu kembali berputar di dalam pikirannya. Kini dia jadi tersadar kalau amarah hanya akan merugikan dirinya dan benar saja hari ini dia merasa sangat malu saat seseorang mengingatnya sebagai seorang wanita dengan sifat dan sikap yang buruk. Sarah hanya bisa tersenyum kecut sambil melihat ke arah lain dengan rasa malu yang sangat mencekik.

Rasanya seperti dia ingin meminjam jubah tembus pandang milik Harry Potter atau menghilang dengan bantuan Doraemon. Atau kalau bisa dia ingin mengubah ukuran tubuhnya menjadi kecil dan melompat ke dalam lubang semut untuk bersembunyi. Demi apapun dia sangat malu sekali dan benar-benar tidak tahu harus memberikan jawaban dan respon seperti apa sekarang. Otaknya benar-benar tidak bekerja dan tiba-tiba saja urat malunya berfungsi dengan sangat baik.

"Aku benar kan?" Tanya pria itu sambil tersenyum.

Sarah menggigit bibir bawahnya sambil mencari alasan yang tepat dan logis namun yang bisa dia lakukan hanyalah tersenyum seperti orang bodoh. Tapi untung saja dia melihat Axton yang tiba-tiba lewat di sebelah mereka dengan santai dan diikuti oleh beberapa orang wanita genit yang berpura-pura peduli pada Axton namun sayangnya Axton sama sekali tidak peduli pada para wanita itu karena dia memilih untuk hanyut ke dalam lagu yang dia dengar menggunakan earphone daripada mendengarkan ocehan tidak jelas wanita yang mengikutinya.

"Maafkan aku karena aku pikir kau salah orang." Ucap Sarah dengan terburu-buru.

"Tidak mungkin." Jawab pria itu dengan terkejut.

"Selamat tinggal." Ucap Sarah dengan sopan lalu berlari ke arah Axton.

Pria itu mencoba untuk mencegah Sarah namun Sarah sudah terlebih dahulu berlari menjauh darinya sedangkan Sarah langsung melupakan pria itu dan memilih untuk fokus pada tujuannya saat ini. Pokoknya dia harus bertemu dengan Axton dan mengikuti pria itu sampai ke dalam kelasnya. Hari ini dia harus berhasil dengan misinya karena dia tidak mau membuang-buang waktu lagi sekarang. Setiap detik itu sangat berharga untuknya dan bisa saja satu detik yang terbuang dengan sia-sia bisa membawanya lebih dekat pada Axton.

Sarah menerobos para wanita itu dengan cepat. Dia tidak peduli jika para wanita itu membencinya karena dia hanya peduli pada Axton. Tidak apa-apa jika dia tidak punya teman di kampus karena dia sudah punya Axton. Tidak masalah jika dia dibenci oleh para penggemar Axton karena dia yakin kalau Axton tidak akan pernah membencinya. Sebesar itu keyakinannya ada Axton hingga dia sendiri merasa bingung dengan dirinya sendiri.

"Baby!" Teriak Sarah sambil menggandeng tangan Axton dengan erat.

Axton yang merasa terkejut dengan kehadiran Sarah langsung menghentikan langkah kakinya sambil menatap Sarah dengan tatapan terkejut. Axton langsung melepas kedua earphone nya sambil mengerutkan dahinya dengan bingung. Sementara itu semua wanita yang mengikuti Axton langsung shock dan bergosip dengan orang disamping mereka sedangkan Sarah malah memeluk lengan Axton sambil tersenyum dengan polos.

"I miss you, baby." Ucap Sarah dengan suara yang terdengar imut.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Axton dengan suara berat dan dalamnya.

"Kamu tidak merindukanku, baby? Kamu sangat jahat sekali padahal kita baru bertemu kembali setelah terpisah lama. Apa kamu ingin putus denganku? Kamu punya wanita lain?" Tanya Sarah kembali sambil memajukan bibirnya ke depan. 

"Apa dia ada  diantara mereka?" Tanya Sarah lagi sambil menatap semua wanita yang ada di belakang mereka berdua.

Semua orang yang mendengar perkataan Sarah langsung berbisik dan membicarakan mereka berdua. Topik tentang perselingkuhan memang sangat sensitif dan secara alami orang-orang akan membela korban perselingkuhan dan selalu menyalahkan pria yang melakukan perselingkuhan. Memang tidak semua kasus tapi percayalah sebagian besar dari kasus perselingkuhan akan berakhir dengan hasil yang sama yaitu wanita sebagai korban dan pria sebagai pelaku.

Axton menatap Sarah sejenak dengan wajah datarnya sebelum kembali berjalan dan membiarkan Sarah melakukan apa yang dia inginkan. Semua penggemar Axton langsung berhenti mengikuti Axton dan Sarah kembali menolehkan kepalanya ke arah mereka sambil tersenyum penuh kemenangan. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan cara yang sangat jalang seperti ini tapi kalau dia tidak melakukan hal ini maka kedepannya dia akan kembali bersaing dengan semua penggemar Axton dan itu akan sangat merepotkan.

"Kau tidak marah?" Tanya Sarah sambil menatap Axton yang hanya diam saja dari tadi.

"Tidak." Jawab Axton dengan singkat.

"Kenapa?" Tanya Sarah sambil mengeratkan genggamannya pada lengan Axton.

"Aku tidak ingin bertengkar denganmu lagi." Jawab Axton dengan singkat, padat dan jelas.

Sarah mengulum senyumannya dengan senang. Kedua pipinya memerah dan perutnya terasa sedikit menggelitik karena perasaan senang yang terlalu meluap-luap. Sarah menatap Axton yang lebih tinggi darinya dengan tatapan yang berbinar. Perbedaan tinggi mereka tidak terlalu jauh tapi juga tidak terlalu dekat. Kira-kira Sarah setinggi bahunya Axton dan mungkin kedepannya jarak di antara tinggi mereka  akan semakin menjauh karena pertumbuhan tubuh Axton yang masih bisa bertambah.

"Apa kau juga ingin mengikutiku sampai ke dalam kelas?" Tanya Axton sambil menatap Sarah.

"Eh?" Ucap Sarah sambil menatap bangunan besar di depan mereka berdua.

Sarah segera melepaskan pelukannya dan menatap bangunan fakultas Axton yang terlihat sangat modern. Di atasnya tertulis The Faculty of Computer Science. Sarah jadi menyadari kalau level diantara Axton dan dirinya sangat berbeda. Axton adalah pria yang pintar dan cerdas sedangkan dirinya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan pria itu dari segi apapun. Dia dan Axton bagaikan bumi dan langit. Terpisah di antara jarak yang sangat besar hingga rasanya mustahil untuk bisa bersama. 

"Aku akan berhenti sampai disini karena aku harus kembali ke kelasku." Ucap Sarah sambil tersenyum.

Axton hanya diam sambil menatap Sarah. Pria itu tidak memiliki kata-kata yang ingin disampaikannya pada Sarah. Kalaupun ada juga dia tidak bisa menyampaikannya dengan mudah karena sifat introvert nya yang sangat besar. Orang bilang menjadi seseorang dengan kepribadian introvert itu sangat menyenangkan. Orang lain akan merasa penasaran dengan sisi misterius si introvert tapi apa mereka tahu betapa menyiksanya menjadi seseorang yang bahkan tidak bisa mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya dengan mudah.  

"Axton." Panggil Sarah saat Axton hendak membalikkan badannya.

"Mari bertemu lagi setelah kelas selesai disini." Ucap Sarah dengan tatapan Penuh harapan.

"Aku tidak bisa menjamin-." Jawab Axton dengan wajah datarnya.

"Pokoknya aku akan menunggumu disini. Ah tidak! Kelasku akan segera dimulai. Sampai jumpa!" Ucap Sarah dengan terburu-buru.

Axton membuka mulutnya sedikit sambil menatap Sarah yang sudah berlari menjauh darinya. Axton benar-benar kehabisan kata-kata untuk menghadapi Sarah. Semua yang wanita itu lakukan benar-benar membuatnya sangat kewalahan namun anehnya dia sama sekali tidak merasa keberatan jika dia harus merasa repot setiap hari. Entahlah, dia juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya karena tidak biasanya dia bersikap seperti ini.

Axton hanya menggelengkan kepalanya sambil membalikkan badannya lalu berjalan memasuki gedung fakultasnya dengan santai. Dia akan memikirkan hal itu nanti karena kini dia harus fokus pada kelas pertamanya. Permasalahannya dengan Sarah akan dia urus nanti karena sepertinya masalah yang satu ini akan sulit untuk diselesaikannya dengan mudah karena dia tahu bagaimana kerasnya sifat Sarah.

__________

To be continuous.