webnovel

Rapat membahas rencana kedepan

"Apa kalian sudah mengerti?"

Setelah menjelaskan cara berkomunkasi dengan baik pada Arya dan Roy, itu adalah hal pertama yang dikatakan oleh Meister.

"Secara teori, Aku mengerti apa yang kau maksud, tapi apakah itu akan bisa dipraktikan oleh kami?"

"Kemungkinan besar kalian tidak akan bisa melakukannya!"

Ageha menjawab pertanyaan Arya dengan dingin dan berterus terang. Baik Arya dan Roy sadar dengan kemampuan komunikasi mereka yang buruk, jadi tentu saja dia sudah menduga akan menerima jawaban seperti itu dari Ageha.

"Kau benar-benar kejam, ya."

Meskipun begitu, hal itu tetap menyakiti perasaan Arya dan Roy. Mereka berdua nampak sedikit menggantungkan kepalanya tanda kekecewaan mereka.

"Aku hanya mengatakan kebenarannya... dari pada berpikir apa kau bisa melakukannya atau tidak, kau lakukan saja apapun yang kau pikir bisa kau lakukan!"

Ageha adalah orang yang selalu berterus terang. Meskipun perkataannya menyakitkan, tapi menurutnya itu masih lebih baik dari pada menutupi kebenaran dan membuat keadaan menjadi lebih buruk.

"Jadi apakah penjelasanku memang percuma?"

"Lupakan saja soal itu... lebih baik kita membahas apa yang akan kita lakukan... sejujurnya Aku tidak bisa menganggap bahwa mereka sama sekali tidak curiga dengan kita, terutama dengan sikap Meister yang aneh!"

"Kau benar."

"Ya."

"Tunggu dulu! Apa yang aneh dari sikapku!?"

Ageha mengabaikan Meister. Bukan hanya dia merasa bahwa usaha untuk menjelaskan trik dan tips berkomunikasi yang baik telah menjadi usaha yang percuma, tapi sekarang dia merasa bahwa usahanya untuk menjaga mereka menjadi percuma saja.

"Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan di bawah sana, meski Aku bisa mengawasi kalian! Jadi bisakah kau menjelaskan apa yang kalian bicarakan dengan mereka?"

"Kau lebih baik tidak perlu tahu! Pokoknya Meister sudah berhasil membuat mereka menyerah untuk bertemu dengan kalian, jadi kalian bisa berterima kasih dengannya nanti!

"Bertemu dengan kami?"

"Terima kasih!"

Sementara Arya memiliki banyak pertanyaan di kepalanya, Roy dengan jujur berterima kasih pada Meister. Meskipun Roy tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Meister, tapi dia tahu bahwa pria tua itu telah melakukan yang terbaik untuk melindunginya dan Arya.

"Kau tidak perlu berterima kasih, karena itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan! Tapi jika kau bersikeras ingin memujiku, Aku tidak keberatan menerima pujian dari kalian!"

"Jadi pada saat Meister berbicara dengan mereka, salah satu dari mereka, kau tahu kan orang yang lebih tua itu... dia tiba-tiba saja menanyakan apakah ada orang lain di lantai atas dan menanyakan apakah dia bisa mengajak kalian untuk ikut makan bersama mereka!"

Meister nampak ingin menyombongkan usahanya yang telah melindungi mereka semua, tapi sayangnya Ageha mengabaikannya. Ageha lebih memilih menjelaskan keadaannya yang telah terjadi pada Arya yang nampak bingung.

"Begitukah... Lalu bagaimana dia bisa melakukannya?"

"Lebih baik kau tidak perlu mengetahuinya!"

"Kenapa dia tidak boleh mengetahuinya! Kau seharusnya menceritakan betapa kerennya Aku saat berdebat dengan orang itu!"

"Baiklah, Aku tidak akan bertanya lagi."

"Oi! Bisakah kalian berhenti mengabaikanku!"

Sepertinya Meister nampak mulai tidak sabar dengan kelakuan Ageha dan Arya yang terus saja mengabaikannya. Padahal dia sudah berusaha keras berdebat dengan pria tua itu, tapi mereka bahkan tidak mengucapkan rasa terima kasih mereka dengan benar.

"Aku dan yang lainnya berterima kasih, karena kau telah mencoba menyelamatkan kami, tapi saat ini ada hal penting lainnya yang harus kita bahas!"

"Kau benar... kurasa kita bisa menyimpan pujian untukku di akhir diskusi kita!"

Baik Ageha ataupun Arya tidak begitu tertarik memberikannya pujian, sementara Roy nampak masih duduk dengan tenang tanpa mengatakan apapun.

"Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan untuk besok?"

Meister nampak berpikir sebentar, sebelum dia menjawab pertanyaan dari Ageha. Meister memasang pose khasnya saat berpikir. Tangan kanan di dagu, sementara tangan kiri menopang siku tangan kanannya.

"Pertama prioritas utama adalah Arya! Keamanannya adalah yang terpenting!"

"Aku? Apakah sebaiknya Aku tidak lagi datang ke sini?"

"Bukan, Aku tidak bermaksud untuk mengusirmu dari sini ataupun membuatmu berada jauh dari tempat ini, malahan Aku ingin kau tetap berada di bawah pengawasan kami agar kami bisa segera menolongmu di saat kau dalam bahaya!"

"Tapi apakah tidak berbahaya bagi Arya untuk tetap datang ke tempat ini? Bisa saja dirinya dan keluarganya akan diperiksa oleh ATS tanpa sepengetahuan kita, kan?"

"Kau memang benar... makanya mulai besok Arya akan datang melalui pintu rahasia kita!"

"Pintu rahasia? Apakah tempat ini memiliki pintu rahasia?"

Setelah mendengar pertanyaan Arya, Meister nampak menyeringai, sementara Ageha nampak memijat keningnya. Arya merasakan firasat buruk saat melihat reaksi mereka.

"Benar sekali! Tempat ini memiliki pintu rahasia yang hanya bisa diakses oleh orang-orang terpilih saja!"

"Lalu dimana letak pintu rahasia itu?"

Meskipun merasakan perasaan tidak enak, tapi Arya tetap saja menanyakannya pada Meister.

"Pintu itu berada di belakang bangunan ini! Kau hanya dapat mengaksesnya melalui dapur yang selalu terjaga dari pandangan para pelanggan!"

"Huh?"

Bukankah itu hanya pintu belakang biasa? Kenapa dia harus menyebutnya sebagai pintu rahasia? Jawaban yang diberikan oleh Meister memang tidak seburuk yang dia pikirkan sebelumnya, tapi dia tetap saja merasa seperti dibodohi oleh pria tua itu.

"Selamat Arya! Karena keadaan darurat, kau telah diizinkan untuk menggunakan pintu istimewa tersebut!"

"Apakah Aku boleh senang?"

"Tentu saja! Kau baru saja mendapatkan hak istimewa, jadi wajar saja jika kau merasa senang!"

Arya sebenarnya tidak merasa senang sama sekali. Dia malah berpikir apakah ada bedanya dirinya yang masuk lewat pintu belakang dan pintu depan? Bukankah mereka akan mengawasi gedung ini dari berbagai sudut?

"Apakah itu benar-benar akan membantu kita?

"Apa maksudmu?"

Sepertinya pertanyaan Arya kurang jelas, makanya Meister nampak tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaannya tadi. Atau mungkin dia sudah melupakan alasan kenapa Arya perlu menggunakan pintu rahasia itu.

"Maksud Arya adalah apakah datang ke tempat ini melalui pintu belakang akan membantunya menghindari pengawasan dari ATS? Sejujurnya Aku ragu hal itu akan membantu, tapi kurasa itu layak untuk dicoba!"

"Jadi itu layak dicoba?"

"Ya, posisi gedung ini cukup bagus untuk menghindari pengawasan dari luar gedung, karena di belakang gedung ini masih ada gedung lainnya yang lebih besar, jadi akan sangat sulit untuk mengawasi bagian belakang gedung ini, sementara dari kiri dan kanan gedung ini, kita memiliki cukup banyak bangunan yang saling berdempetan, jadi titik ideal untuk mengawasi tempat ini hanyalah dari depan!"

"Begitukah, tapi bukankah itu berarti Aku juga akan kesusahan untuk masuk lewat pintu belakang?"

"Kau benar... untuk mengakses bagian belakang dari bangunan ini, kau harus berjalan cukup jauh, sebelum menemukan celah yang bisa kau lalui untuk sampai ke bagian belakang gedung-gedung di daerah sini!"

Meskipun menyusahkan, tapi Arya merasa bahwa itu lebih baik dari pada mengambil resiko yang lebih berbahaya. Dia masih harus memikirkan keadaan Ibunya di rumah. Jika dia sampai dicurigai oleh ATS, maka Ibunya juga akan dicurigai oleh mereka.

"Kau tidak perlu khawatir... mulai besok Aku akan menyuruh Roy untuk mengawasi bagian belakang gedung untuk memastikan tidak ada orang yang mencurigakan di sana!"

Roy langsung menganggukan kepalanya saat Meister menyebutkan namanya. Meskipun dia tidak mengatakan apapun, tapi semua orang di sana tahu bahwa dia akan melakukan perkerjaan itu dengan baik.

"Meski Roy mungkin akan menjadi orang yang paling mencurigakan di sana, tapi kita tidak memiliki pilihan lain, selain melakukan hal tersebut!"

Ageha menaruh tangannya sambil berpikir, tapi dia tidak bisa memikirkan hal lainnya yang bisa membuat keadaan menjadi lebih aman. Jika harus jujur, mereka benar-benar kekurangan orang. Mereka tidak bisa membahayakan Arya, karena dirinya masih baru dalam dunia ini dan dia masih memiliki keluarga manusia.

"Arya, mulai hari ini kau akan pulang dengan Roy sampai di tengah jalan. Aku tidak bisa menyuruhnya untuk mengantarmu sampai di rumahmu, karena tubuhnya yang terlalu besar dan mencolok, jadi kalian akan mencurigakan saat bersama, tapi Aku yakin dia akan membuatmu lebih aman!"

Arya dan Roy menganggukan kepala mereka. Meskipun Arya akan merepotkan Roy, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Lebih baik menerima tawaran mereka dari pada dirinya menyesal nanti. Dia tidak bisa meremehkan keadaan saat ini.

Meister nampak puas dengan respon dari Arya dan Roy atas perintahnya. Dia menganggukan kepalanya sebagai balasan dari anggukan Arya dan Roy.

"Kurasa itu sudah cukup untuk penanganan keamanan Arya, jika ada pertanyaan silahkan angkat tangan kalian!"

Ageha segera mengangkat tangannya, sesaat setelah Meister memberikan kesempatan bertanya pada mereka.

"Apakah Aku boleh mengajukan pertanyaan?"

"Ya, apa itu?"

Mereka semua nampak memandangan Ageha dengan tatapan yang sangat serius.

"Apa yang akan kita lakukan jika mereka mengetahui identitas kita yang sebenarnya?"

Semua orang menegang saat mendengar pertanyaan Ageha. Semua orang langsung memandang Meister untuk menunggunya memberikan jawaban dengan suasana tegang yang menyelimuti mereka semua.

"Jika itu terjadi... kita tidak memiliki pilihan lain, selain kabur!"