webnovel

Beranjak Remaja (Mulai Berpura-pura)

Satu tahun berjalan baik.

Ayah yang menetap diluar negeri tidak lupa selalu mengirimkan kabar dan pertanyaan-pertanyaan harian.

Baik.

itu yang selalu aku sampaikan pada Ayah yang sedang jauh di sana.

tidak berbeda pula dengan ibuku yang tinggal serumah denganku.

aku selalu menampilkan sikap terbaik. nilai terbaik di sekolah dan membawa teman-teman yang baik.

itu adalah lakon dari seorang remaja yang baik.

.

Aku bersekolah di sekolah khusus putri terbaik di kota ku.

entahlah apa yang ibu dan ayah pikirkan.

apakah aku tidak boleh bergaul dengan laki-laki di usia remajaku?

tapi ya sudah... aku akan mengikuti segala keputusan mereka.

aku akan selalu berlakon dengan baik, menjalani seorang remaja putri yang baik , bersih tanpa noda. mereka cukup memperhatikanku layaknya memperhatikan seorang aktris protagonis di atas panggung.

semuanya harus baik.

karena aku adalah sang produser dalam duniaku dan seorang aktris utama di kehidupan yang ku rancang.

Seperti kehidupan ibu dan ayah yang telah berpisah.

mereka hidup dengan baik dengan masing-masing cara yang mungkin ditutupi dariku.

tetapi aku tahu...

aku tahu kehidupan malam ketika aku telah terlelap.

bagaimana ibu pulang di larut malam dengan diantar seorang pria.

berbisik - bisik di ruang tamu agar aku tidak terbangun.

saling bercumbu penuh nafsu dan membiarkan tubuhnya diraba dengan kenikmatan yang membuat suasana mabuk tanpa alkohol.

Bu, seperti itu juga yang pertama kali aku lihat saat malam ketika ayah ingin berpamitan.

seperti ini juga ekspresi yang ibu tampilkan. menikmati, tersenyum dalam remang-remang lampu di malam hari. menahan desahan agar aku tidak mendengar?

Bu, aku mendengarnya.

apakah ayah pun pernah melihatnya, Bu?

ekspresi kenikmatan ibu di pelukan lelaki lain?

apakah ini sebab kalian berpisah?

Bu aku tidak marah.

tetapi hati dan tubuhku sebagai remaja pun bergejolak ingin merasakan seperti yang ibu perankan di ruangan yang remang ini.

kenikmatan seperti apa yang ibu dapatkan.

bolehkah aku mencobanya Bu?

tentu dengan caraku.

cara terbaikku tanpa harus menodai rekor baikku di mata penonton yang melihatku.

.

"Lilyanaaaaaa...." sebuah panggilan dari depan rumah mengoyak ketenangan pagi ini.

aku melenguh kesal.

ibu tersenyum menatapku dari seberang meja makan.

"belum jam 7 sebenarnya" gerutuku.

"sudahlah, sana bersiap-siap" ucap ibu sambil memberikanku sekotak bekal untuk ke sekolah.

"dan... come on Mom. harus ya bawa bekas terus" protes ku.

"sayang... selagi mama tidak bertugas, sarapan dan bekal adalah hal terwajib" ibu tak mau kalah.

"oke oke.... terserah mama".

kami berpamitan untuk pagi ini.

mengecup pipi kiri dengan kanan adalah ritual berpamitan di pagi hari.

dan saat itulah aku sekilas melihatnya, tanda merah di leher ibu yang mungkin timbul di sadarinya.

tanda bekas bercintanya diatas sofa dengan lelakinya kemarin.

.

aku membuka pintu dan menemukan Rona, sahabatku dari sekolah menengah pertama dan tak bosan satu sekolah di menengah pertama.

ia adalah satu-satunya orang yang mengetahui lakonku di balik layar.

"ah, Tante Sandra, selamat pagi" sapanya.

"Pagi Rona, semoga tidak bosan berjalan dengan Lily ya" sahut ibu.

"oh, tentu tidak Tante, PR matematika hari ini mewajibkan kami untuk berangkat bersama"

aku mendelik.

satu-satunya hal yang bisa dia manfaatkan dariku.

"baik lah, hati-hati Girls. nice to day."

.

"Dan guess what my Lily..." Rona mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

sebuah formulir.

"apa ini?" tanyaku

"seperti tiket menuju surga" ucapnya.

aku mengernyitkan dahi.

"kau tahu Mars kan? dia akan mengadakan pool party."

ya... Mars salah seorang siswa laki-laki di sekolah khusus putra di kota ini. yang terkenal kaya raya dan tampan. dan seorang playboy.

di sekolah kami para wanita kelas 1 sampai kelas 3 akan berkumpul untuk sekedar mencari tahu kegiatannya diakhir pekan agar bisa menyamakan waktu mereka hanya untuk saling menyapa di tempat umum.

sebegitu dewa kah ia?

"pool party, dengan bikini terseksi, tanpa dalaman , ciuman, minuman yang merangsang dan..." Rona mencoba memancing nafsuku.

"stop Rona. tapi ini... ramai."

"kau ingin mencoba apa memang? tempat sepi untuk bercinta?"

"ya, semacam itu" ungkpku.

"ah, tapi ayolah untuk saat ini, ini yang paling utama. mungkin kau bisa mendapatkan laki2 yang bilang membawamu ke tempat sepi dan memenuhi hasrat mu disana nanti."

"kapan acaranya?"

Rona menunjukkan selembar kertas seperti formulir tadi.

"Jumat malam ini" ucapnya.

"Rona, sepertinya aku butuh..."

"yes, I know besti. tenang saja aku akan mengumpulkan banyak tugas di hadapan ibumu." Rona mengerlingkan matanya tanda semuanya akan baik-baik saja.