webnovel

Dunia Kita Berbeda

Perkenalkan.... Nama ku Rendy Wijawa Kusuma. Lahir pada tanggal, 29 Mei 2004. Usia ku baru saja 17 tahun, masih SMA, memiliki jiwa labil, dan sifat kekanak kanak kan. Semua orang mengatakan aku sama saja dengan anak berusia 10 tahun. Aku juara satu di sekolah mulai dari SD sampai SMP. Tapi semua guru menyadari bahwa aku berbeda, saat usia ku tiba tiba saja menginjak 13 tahun. Aku tampak sangat berbeda. Aku kira beda adalah suatu kelebihan. Tapi ini kekuarangan bagi ku. Namun.... Bisakah seseorang yang sangat berbeda seperti ku? Dapat mencintai? Apakah aku bisa melakukan pertemanan? Apa aku boleh menggapai sesuatu yang ku ingin kan? "Kenapa kau seperti itu hah?!" Bentak nya. "Ka--karena... Dunia Kita Berbeda." Ucap Rendy dengan meremas remas jemari nya hingga kulit nya mengelupas. Diam sejenak, udara di sekitar nya jadi dingin dan napas nya tidak terkendali. Dunia Kita Berbeda. Kata kata itu sungguh menyayat hati nya.

Laurens_Fan7 · Fantasy
Not enough ratings
391 Chs

27. Masih Ada yang Menganggap Nya

"Hey Johan!!" Teriak Rio.

Semua orang yang ada di sana tercekat menatap Randy yang sudah terbaring dengan kepala nya yang mengeluarkan darah setelah di pukul berkali kali oleh Johan. Pria itu bahkan sampai tidak bisa bergerak, matanya mendelik lebar. Randy tidak sadarkan diri.

Rio yang ada disana tak habis pikir, langsung memukul tubuh Johan dengan sangat kencang sekali. Dia tidak ingin merasakan apa yang selama ini di rasakan oleh Randy, tapi itu menyedihkan sekali. Bahkan hanya untuk di lihat seperti ini saja, Randy begitu mengenaskan sekali.

"Sorry! Sorry! Gue ga sadar...." Kata Johan dengan jalan nya yang luntang lantung, rupanya pria ini sedang mabuk. Dia adalah Johan, anak brengsek dari kelas 11 yang sudah tidak naik kelas selama 3 kali di SMP. Usia nya jauh lebih tua dari Rio dan lainnya.

Bau mulutnya adalah bau alkohol. Rupanya Johan sangat mabuk berat. Randy di bawa di ambulance. Malam itu mengerikan sekali, orang tua Randy yang tau hal ini Langsung membawa Johan ke kantor polisi.

"Awas kalian... Bitch!" Sumpah serapah Johan dengan masuk ke mobil polisi.

Warung jadi legam, Rio cukup terkejut dengan perkelahian yang terjadi begitu cepat sekali. Dia tidak sadar jika Johan bisa melakukan tindakan sekejam itu pada Randy yang statusnya adalah anak berkebutuhan khusus.

Clara menatap wajah Rio yang panik itu. Lalu dia menenangkan teman nya itu, mereka berencana untuk membuat kejutan untuk Randy, entah apapun itu dia ingin membuat Randy tersadar dalam keadaan senyum kembali.

"Apa kita harus membelikan nya buku komik series ke 13 dari penulis itu?" Tanya Clara dengan menyuarakan ide nya.

"Dia akan dengan mudah membeli nya. Dia orang kaya nomor 1 di Indonesia. Astaga... Aku tidak habis pikir harus membuat nya seperti apa! Johan... Aish... Dia benar benar nekat sekali mabuk dan memukuli Randy!"

"Sabarlah... Aku yakin dia juga tidak sengaja---"

Rio menatap Clara dengan mata menyelidik. Kenapa Clara jadi membela Johan? Padahal sudah jelas jelas jika Johan lah yang bersalah. Tapi kenapa gadis itu membela nya?

"Kau membela nya? Astaga... Hey! Randy tidak normal! Dia adalah anak yang di lahirlah dengan terpaksa dari rahim ibu nya! Dia!!---"

"Rio! Jangan perpanjang masalah! Dan satu lagi! Rio memang anak berkebutuhan khusus, tapi jangan sebut dia sebagai anak yang terlahir karena terpaksa! Aku tau kamu benci Johan, tapi jangan egois seperti itu!" Bentak Clara yang masih tetap membela Johan.

Clara segera naik angkutan umum dan menyusul Randy yang sedang berangkat ke rumah sakit. Dahlia sudah di hubungi dan tentu saja kakak terbaik Randy itu terkejut.

Ramah sakit? Itu adalah hal yang sudah biasa sekali terjadi dengan Randy, bisa di bilang rumah sakit adalah rumah ke dua bagi Randy saking sering nya dia masuk ke sana. Katanya sudah 20 kali Randy masuk ke rumah sakit akibat di bully. Astaga, menyebalkan sekali.

"Kiri pak!" Clara memberikan ongkos angkutan umum nya pada sang sopir. Merapikan rambutnya dan berjalan ke arah lobby rumah sakit.

Ini adalah hal yang sedikit membuat Clara takut, dia takut jika Randy benar benar parah dengan luka nya itu.

"Permisi, atas nama Randy Wijaya korban luka parah. Dimana yah?" Tanya Clara di meja resepsionis.

"Ada di kamar 38 kak..." Jawab sang perawat.

Clara mengangguk, baju lusuh nya itu membuat dirinya jadi sedikit merasa malu. Ini adalah rumah sakit internasional Malang, di mana semua orang yang ada disini adalah orang orang kelas atas.

"Maaf masih ada operasi kak..." Kata sang perawat nya.

Clara mengangguk, tak berselang lama Dahlia datang dengan pacar nya James. Pacar barunya. Dan dia datang dengan wajah pucat dan bibir yang kering saking kagetnya denger kabar soal Randy yang masuk rumah sakit.

"Ada apa dengan nya?! Hah? Jawab aku Clara!" Bentak Dahlia dengan sedikit kikuk.

"Iya... Johan. Teman sekelas nya. Dia...."

"Dia kenapa?!"

Dahlia panik tapi dia juga ketakutan. Dia menelpon orang tua nya untuk segera pergi kesini. Tapi berkali kali di tolak.

"Astaga! Mama dan papaku sedang ada perjalanan ke Paris. Mereka ada bisnis di luar negri..." Celetuk Dahlia dengan panik nya.

"Mmm... Ku pikir Randy akan baik baik saja Kak, aku yakin... Dokter akan memberikan penanganan terbaik untuk nya." Ucap Clara dengan sedikit ragu ragu.

---***---

Pukul 21.47 malam, Randy tersadar dari keadaan krisis nya. Mendapatkan luka jahit di tangan kiri nya dan mendapatkan gagar otak yang cukup parah. Tapi tidak separah 2 tahun yang lalu.

"Jika ini terjadi lagi, kemungkinan Randy tidak akan bisa di selamatkan lagi." Kata sang dokter dengan bahasa Inggris. Dia adalah dokter asal Inggris yang ada di rumah sakit internasional Malang.

Dahlia mengangguk dia mengucapkan terimakasih banyak pada dokter itu karena telah bekerja keras untuk nya. Tak peduli seberapa besar biaya nya, Randy yang penting harus sembuh.

Pria itu terbaring dengan selang oksigen yang ada di mulutnya, dan alat pendeteksi keteraturan jantung. Itu adalah hal yang sedikit menyedihkan untuk di lihat.

"Randy aaa.... Apakah sakit? Hm? Katakan pada kakak, bagian mana yang sakit?"

Dahlia mengelus rambut adik nya yang kasar karena obat medis. Kepala Randy terasa sangat kasar sekali dengan 18 jahitan itu.

"Kepala... Sakit..." Kata Randy dengan menahan rasa sakit dan air mata gang hampir jatuh dari mata nya.

Tentu saja, efek dari operasi itu akan berdampak dengan Randy setelah nya. Dia jadi menangis di sebelah nya Dahlia. Sedangkan Clara yang hendak pergi kerja itu merasa kasihan dengan Randy.

"Randy semangat!" Kata Clara dengan menggenggam tangan Randy dengan hangat.

Randy tersenyum dia jadi tidak bisa menangis karena ada cewek itu di sebelah nya. Ini membuat nya jadi merasa sangat sangat senang sekali. Randy berkata jika dia akan malu jika menangis di sebelah seorang wanita.

Tok. Tok. Tok. Seseorang mengetuk pintu kamar rawat Randy, dan itu adalah Ferdi. Teman baru Randy yang sudah tau kabar ini dari Rio.

"Ferdi..." Ucap pelan Randy.

"Astaga!! Bang! Eh maksud ku Randy! Kau baik baik saja kan? Astaga! Dasar Johan itu! Aku sudah memberikan nya pelajaran pada nya di kantor polisi! Sialan sekali dia! Kau baik baik saja kan?"

Randy mengangguk. Dia mengatakan nya dengan jujur, meski punggung nya masih sedikit mati rasa.

"Aku tidak bisa menggerakkan tubuh ku tadi... Rasanya menyakitkan." Ucap Randy tiba tiba.

"Kau akan baik baik saja jika terus meminum obat dari dokter. Semangat Randy!" Kata Clara.

Dahlia yang menatap itu jadi terharu. Mungkin ini adalah kali pertama bagi nya menatap Randy yang ada di sekeliling orang orang yang menganggap nya ada di dunia.

Dahlia bahkan menangis menatap hal itu.