webnovel

Dua Penguasa

Mengisahkan dua Pemuda dari Negara Maritim yang sangat menggilai barang antik dan kuno, keduanya mengikuti sebuah lelang di Negara Tirai Bambu. Hingga sampai dimana keinginan mereka terwujud, yaitu untuk mencapai dunia lain. Namun sial, setelah sampai di dunia tersebut. Mereka tidak mendapatkan jalan pulang. Kini keduanya terjebak di dunia dengan Manusia yang bisa mengendalikan panasnya api, membekukan air, kerasnya tanah dan hampanya angin. Mereka menyebut diri mereka adalah Kultivator Mereka mendapat identitas baru dari dua Harimau yang mereka temui untuk memulai petualangan mereka di dunia tersebut, mereka berdua dengan sangat tekun menaikan kekuatan mereka dalam tujuan untuk menguasai dunia ini! *Original bukan terjemahan.

Han_disini · Eastern
Not enough ratings
525 Chs

Bab8. Gadis Misterius

Ne Zha menghampiri kedai gadis kecil tersebut dan mengambil sebuah cincin lalu memeriksanya, setelah benar-benar memeriksanya Ne Zha bertanya pada gadis kecil yang terlihat berumur empat belas tahun.

"Berapa Harga dari cincin itu."

"Ini tidak dijual," jawab gadis itu datar.

Ne Zha mengerutkan dahinya lalu bertanya lagi, "jika tidak dijual mengapa kau simpan ini di sini?"

"Aku menukarnya dengan jasa."

"En. Jasa apa yang kau butuhkan?"

Sejenak gadis kecil itu menatap Ne Zha. Mendapat tatapan dari gadis kecil itu Ne Zha merasa bahwa seluruh bajunya dilucuti dan merasa tidak ada yang bisa lepas dari pandangan gadis kecil di hadapaanya ini. Setelah menarik pandangannya gadis itu memberikan cincin tersebut dan sebuah gulungan pada Ne Zha.

"Aku akan mengatakannya nanti."

Ne Zha hendak memprotes namun gadis kecil tadi sudah menghilang dari pandangannya dia mengedarkan pandangannya tapi hasilnya nihil, gadis itu sudah hilang secara tiba-tiba seperti sulap.

"Bagaimana gadis kecil itu menghilang? Dia bukan Kultivator karena aku tak merasakan adanya Qi di dalam tubuhnya." Ne Zha menggaruk kepalanya dan berusaha berpikir positif, "Sudahlah nanti jika bertemu akan ku bantu dia."

Dengan itu Ne Zha melanjutkan perjalanannya menuju Klan Ne di Selatan yang tak jauh dari kota ini.

Ne Zha berjalan dengan santai saat menuju Selatan. Dia tidak terburu-buru menuju Klan karena sebenarnya dia tidak peduli akan Klan tersebut. Namun menghargai Ne Zha yang dulu sangat mencintai Klan tersebut dia mau untuk berkunjung, tentu di sana ada beberapa barang yang harus dia ambil.

Setelah berjalan berhari-hari Ne Zha sampai di sebuah desa yang letaknya hanya dua kota lagi dari kota tujuannya.

Desa ini terletak di Kerajaan Xia yang berada dibawah kekuasaan Kekaisaran Yang. Tempat Klan Ne berakar.

Ne Zha memilih beristirahat di kota tersebut sebelum melanjutkan perjalanannya. Dia masuk ke sebuah penginapan yang tampak sederhana, hanya ada dua pelanggan yang terlihat di penginapan ini. Satu seorang pemuda memakai jubah pendekar sedangkan satunya seperti sarjana muda.

Ne Zha duduk di meja belakang, menurutnya ini adalah lokasi ternyaman. Seorang pelayan datang dan memberitahu menu yang tersedia di penginapan ini, Ne Zha meminta daging dan beberapa sayuran. Pelayan itu terlihat sangat senang dengan pesanan Ne Zha dia membungkuk lalu pergi menuju dapur.

Tidak butuh waktu lama hingga pesanan Ne Zha selesai dimasak dan sekarang berada di meja siap disantap. Ne Zha memotong daging tersebut lalu memasukan kedalam mulutnya, matanya sedikit berbinar saat merasakan makanan ini cukup nikmat. Dia makan dengan tenang dan santai.

Namun suasana tenangnya terganggu saat seorang gadis duduk di mejanya, tepat di hadapan Ne Zha. Dia dengan cepat memprotes, "Hey meja di sini masih banyak yang kosong mengapa duduk di mejaku?"

Gadis itu terlihat sangat cantik saat dia membuka cadarnya, dia tersenyum dan menjawab, "apakah tidak boleh?"

"Tidak."

"Apakah aku mengganggu?"

"Sudah tahu mengganggu mengapa tidak pergi?" Ne Zha menjawab seraya memasukan daging dan sayur ke mulutnya.

"Aku senang mengganggu pria tampan hehe." gadis itu tersenyum lebar.

"Pergilah," ucap Ne Zha dengan malas.

Gadis itu meletakan pedang di atas meja, itu membuat dua pemuda di meja lain waspada, tapi beda dengan Ne Zha. Dia menatap pedang gadis itu dan mengetahui bahwa pedang tersebut adalah Alat Roh bermutu tinggi. Dia mengerutkan alisnya bingung.

"Aku hanya ikut makan di sini sebentar," kata gadis tersebut lalu memesan makanan pada pelayan.

Ne Zha melihat bahwa gadis ini adalah Kultivator Alam Perak kedua, membawa Alat Roh bermutu tinggi pasti latar belakangnya cukup bagus lantaran tidak ada sekte yang memberikan sembarang Alat Roh setinggi itu pada murid yang berada di Alam Perak kedua.

Ne Zha tidak peduli dan melanjutkan makannya, tapi ketenangan sebelumnya sudah hilang karena gadis ini sangat suka sekali mengoceh hal yang tidak jelas. Ne Zha hanya menjawab dengan, "hmm..." atau "ya."

Tapi gadis itu tidak marah, justru dia semakin terus menerus mengoceh walaupun mulutnya penuh dengan makanan. Sungguh sangat bertolak belakang dengan tampilannya yang anggun dan cantik bagaikan putri bangsawan.

"Hey kau ini berasal dari mana?" gadis itu bertanya identitas Ne Zha saat mengetahui bahwa manusia ini tidak takut sama sekali dengan pedang yang dia taruh di atas meja.

"Siapa aku tidak penting." Ne Zha bangkit dari duduknya setelah membayar makanan yang dia makan Ne Zha keluar dari penginapan ini.

"Heeey!!! Kau belum menyebutkan namamu!!!" teriak gadis tadi lalu mengikuti Ne Zha keluar dari penginapan setelah melempar beberapa keping uang.

***

Hanya dalam beberapa hari untuk Kaisar Yang Qian sampai di kota Woaven untuk melihat putra angkatnya Han Xiao.

Sambutan besar dilakukan di depan rumah besar Yang He, dia menghela napas saat melihat wajah khawatir saudaranya Yang Qian sudah menghilang. Dia maju dan memberi salam, "Qian'ge. Han'er sedang beristirahat di kamarnya."

Kaisar mengangguk dan turun dari kereta kuda besarnya lalu memasuki rumah besar Yang He.

Setelah sampai di ruang tamu Yang He pamit untuk memanggil Han Xiao di kamarnya. Kaisar mengangguk lalu duduk di kursi kehormatan.

Tidak butuh waktu lama hingga sang Kaisar bisa melihat seorang pemuda riang yang sedikit mengantuk seolah belum tidur beberapa hari. Kaisar Yang Qian terkejut saat melihat pemuda itu yang tak lain adalah Han Xiao.

"Uaaahh... Ayah aku masih mengantuk kau sudah datang," racau Han Xiao.

Kaisar Yang Qian dengan cepat menghampiri Han Xiao dan menyentuh dahinya lalu menarik Istana Takdir keluar dari meridian Neigong Han Xiao.

Han Xiao terkejut oleh tindakan Kaisar Yang Qian, hanya saja dia telat untuk bereaksi. Dan sialnya dia lupa untuk menyembunyikan kultivasinya.

"Empat Istana Takdir!" Yang He berseru dengan terkejut.

Untung saja di ruangan ini hanya ada Kaisar, Han Xiao dan Yang He.

"Sejak kapan kau berkultivasi?" tanya Kaisar Yang Qian dengan terkejut. Ini sangat sulit dipercaya karena Han Xiao memiliki kultivasi di Alam Emas kedua dan membentuk empat Istana Takdir. Dan jika Han Xiao berkultivasi dari muda dia tidak akan mendapatkan kultivasi seperti itu karena bakatnya yang buruk, namun apa yang Kaisar Yang Qian tidak tahu adalah ini bukan lagi Han Xiao anak angkatnya yang dulu.

"Ayah kita bicarakan ini di ruang rahasia." Han Xiao memandang Yang He.

"Ah ya, mari ke ruang rahasia tempat kultivasiku." dengan cepat Yang He memimpin jalan menuju sebuah tempat tersembunyi di rumah ini.

Sesampainya di ruang tersebut tatapan Kaisar Yang Qian dan Yang He terpaku pada Han Xiao.

"Jelaskan..."

"Oke tidak perlu setegang ini," balas Han Xiao dengan riang. "Aku Dan Ne Zha bertemu seorang sepuh saat kami selesai dirampok yang ditolong oleh Nona Bi Dan Nona Bing. Sepuh itu memberikan kami entah apa itu dan merubah kami menjadi Kultivator Alam Emas kedua dalam satu bulan..." Han Xiao terus berbohong dan memuntahkan bunga lotus dari mulutnya, mendengar penjelasan Han Xiao Kaisar Yang Qian memiliki sedikit pandangan tapi tidak sepenuhnya yakin.

"Apakah sepuh itu petapa Hutan Kegelapan dalam legenda?" kata Yang He teringat sebuah legenda tentang Hutan Kegelapan.

Kaisar Yang Qian merenung sejenak lalu menatap Han Xiao, "Tidak peduli itu adalah bohong atau benar. Paling penting adalah sekarang kau berada di Alam Emas, kau memiliki kualifikasi untuk disebut seorang jenius dan mengikuti Pertarungan Keajaiban."

Han Xiao masih dengan riangnya menjawab, "Pertarungan Keajaiban ah? Aku tak memiliki minat, aku hanya ingin ayah menyembunyikan hal ini hingga hari itu datang."

Yang He menatap Han Xiao bingung karena dia tidak bisa merasakan Qi atau aura Kultivator lagi darinya.

"Ayah dan paman. Anggap saja aku tak memiliki kultivasi seperti sebelumnya," ujar Han Xiao lalu tersenyum atas kebingungan Kaisar Yang Qiam dan Yang He.

"Bocah tengil!!! Apa teknik yang kau gunakan untuk mengelabui pamanmu ini?" protes Yang He.

Kaisar Yang Qian juga menatap Han Xiao penasaran. Han Xiao menghela napas kasar sebelum berkata, "kalian bersumpah untuk tidak memberitahukan ini pada siapapun."

Yang He dan Kaisar Yang Qian saling memandang lalu menatap tajam Han Xiao, mendapat tatapan tajam dari ayah dan paman angkatnya Han Xiao masih tidak bergeming justru dia tersenyum riang. Dengan penasaran dan marah Yang He serta Kaisar Yang Qian melakukan sumpah kepada langit.

"Jika kami memberitahu hal ini pada siapapun, kami akan tersambar petir bencana langit," ucap Yang He dan Kaisar Yang Qian bersamaan.

Han Xiao tertawa melihat kedua orang tersebut, "Ayah, Paman. Kalian terkena petir bencana paling parah hanya akan berbaring di ranjang selama satu tahun."

Kaisar memelototi Han Xiao, "Sudah cepat beritahu kami."

"Ah kalian tidak asik. Baiklah baiklah teknik ini bernama Segel Dewa. Teknik ini bisa menyembunyikan kultivasi dari Cultivator manapun di bawah Inti Agung." tentu saja Han Xiao tidak berbohong memang apa yang dia gunakan adalah Segel Dewa, itu sangat berguna untuk menyegel aura kultivator juga teknik inilah yang dia ajarkan pada Bing Xing.

Inti Void Agung itu adalah tingkat akhir kultivasi sangat sedikit Cultivator yang mencapai tingkat ini.

Yang He merasa ini cukup bisa dipahami karena bahkan Kaisar Yang Qian yang berada di Inti Void saat ini tidak bisa merasakan aura apapun dari Han Xiao. Setelah berbincang sedikit Kaisar mengajak mereka keluar dari ruang rahasia, Yang He mengadakan jamuan besar untuk Kaisar Yang Qian dan kepulangan Han Xiao.

***

"Maumu ini apa?" Ne Zha menghela napas kasar karena gadis cerewet tadi terus menerus mengikutinya.

"Namamu." Gadis itu tersenyum seraya menaik turunkan alisnya.

Tempramen riang dan banyak bicara gadis ini seperti Han Xiao yang tidak bisa berhenti berkicau. Ne Zha baru saja menenangkan pikirannya dari kicauan Han Xiao dan sekarang datang gadis aneh ini yang bahkan lebih cerewet dari Han Xiao.

"Namamu siapa?" gadis itu terus melontarkan pertanyaan tersebut, dia mengikuti Ne Zha karena tertarik dengan manusia yang dingin dan tidak kenal takut ini.

"Ne Zha!" jawab Ne Zha setelah sekian lama karena kesal dengan gadis ini.

Gadis itu mengangguk lalu mengulurkan lengannya yang seputih dan semulus giok dan berkata. "Namaku Xia Shiva. Panggilanku Shiva eS Ha I Ve A!"

Ne Zha menatap gadis tersebut sejenak lalu melanjutkan jalannya.

Xia Shiva menarik tangannya dengan gemas karena tak ada balasan dari Ne Zha, "dasar totem berjalan!!!" teriak Xia Shiva dengan kesal lalu mengejar Ne Zha.

Xia Shiva, orang lain mungkin akan terkejut dan bersujud di hadapan gadis ini karena dia bukan hanya memiliki kecantikan yang menghancurkan kerajaan dan membuat bunga bermekaran setiap kehadirannya. Dia adalah putri dari Kerajaan Xia! Tapi hari ini dia turun ke sebuah desa kecil dan mengejar seorang pemuda fana mungkin ini sangat sulit dipercayai.

Ne Zha membiarkan Xia Shiva mengikutinya karena dia sudah beberapa kali membentak dan memarahi gadis tersebut namun alih-alih marah Xia Shiva semakin penasaran pada pemuda batu tersebut.

Perjalanan Ne Zha yang tenang sekarang diiringi kicauan Xia Shiva yang menceritakan tentang beberapa masalahnya, hingga akhirnya Ne Zha memilih untuk menanggapi Xia Shiva.

Setelah melewati satu desa mereka memasuki Kota Xianxie Di kota ini adalah tempat dari Klan Ne dan dua Klan besar lainya berakar.

Saat dia sampai di depan gerbang kota Xianxie dia melilat benteng yang sangat tinggi dan panjang membentang mengitari seluruh kota.

"Tunjukan identitas anda." Seorang penjaga menadahkan tangannya pada Ne Zha.

Ne Zha memberikan sebuah token, token ini bercorak sayap dengan ukiran Ne di kanan dan Klan di sebelah kiri. Ini adalah token utama Klan Ne.

Penjaga itu membungkuk untuk memberi hormat pada Ne Zha setelah mengetahui identitas Ne Zha di kota ini, Ne Zha menyewa sebuah kereta kuda untuk menuju Ne Clan karena cukup jauh dari posisinya sekarang dan dia merasa lelah.

Ne Zha menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya, ingin rasanya cepat sampai dan menyelesaikan urusan di Klan dan kembali ke Kota Woaven bertemu Han Xiao karena dia merasa lebih baik dengan Han Xiao dibandingkan dengan gadis cerewet yang terus mengikutinya.

"Hey kau ini anggota Klan Ne, mengapa tidak memberitahuku." Gadis itu berpindah duduk dari hadapan Ne Zha menjadi di sampingnya. Dia memasang wajah yang sangat penasaran pada Ne Zha.

"Apakah kau tidak bisa diam untuk beberapa waktu saja?" jawab Ne Zha tak membuka kelopak matanya.

Xia Shiva hanya tersenyum lalu mengikuti Ne Zha memejamkan matanya dan tertidur.

Akhirnya Ne Zha merasakan ketenangan untuk sesaat, ya hanya sesaat karena saat ini kereta mereka di hentikan oleh seorang gadis yang memiliki aura sangat besar dan mengerikan. Gadis itu tidak menekan auranya justru dia melepaskannya dengan liar menunjukan bahwa dia adalah gadis yang sangat hebat.

Ne Zha mengehela napas karena dia mengenal gadis ini dari ingatan Ne Zha yang dulu.

"Zha Yuchun!!! Pelacur mana yang kau bawa itu!!!" teriak gadis itu seraya menunjuk Xia Shiva.

Disebut pelacur oleh gadis tersebut membuat wajah cantik Xia Shiva memerah karena sangat marah. Dia mengangkat pedangnya dan menunjuk gadis tersebut.

"Beraninya memanggilku seperti itu!!! Akan kubunuh kau!!!" pekiknya.