webnovel

Bersantai

Keesokan harinya Eira pun terbangun dengan keadaan yang lebih baik dia bangun dan mandi lalu tidak kelua kamar untuk makan sarapan, Eira hanya menelepon Yara jika hanya ingin makan di dalam kamar saja.

"Yara, aku tidak ikut kalian makan pagi, siang, dan malam ya, aku ingin bersantai di dalam kamar saja," kata Eira.

"Kenapa Ra, apa kamu marah denganku?" tanya Yara.

"Tidak, aku tidak marah, aku hanya ingin bersantai menikmati hari terakhir kita di sini, apa kita bisa kembali besok pagi saja?" tanya Eira.

"Baiklah aku akan mengaturnya untukmu," jawab Yara.

"Terimakasih Yara, kau memang yang terbaik," kata Eira.

"Aku akan mengirimimu makan pagi, siang, dan malam di dalam kamar," kata Yara.

"Aku memesan layanan kamar saja Yara, kau tidak perlu repot untuk hal itu, aku bisa mengurus diriku sendiri kok," jawab Eira.

"Baiklah, saat kembali ke rumah aku ingin kau kembali fokus dengan pekerjaanmu ya," kata Yara.

"Akan aku lakukan Ra," jawab Eira.

"Baiklah kalau begitu, selamat bersantai Eira," kata Yara.

"Emm," jawab Eira dan menutup teleponnya.

Eira pun meletakan teleponnya dan berjalan ke balkon dengan membawa minuman di tangannya. Eira pun duduk bersantai menikmati pemandangan pagi yang cerah untuk menenangkan dirinya.

Huft….(Eira menghela nafas menikmati indahnya pagi ini)

Tak lama kemudian makan pagi pun datang dan Eira makan di balkon dengan minuman dia meja yang menemaninya untuk bersantai.

"Sudah lama sekali aku tidak merasa bersantai seperti ini, rasanya menyenangkan sekali berdiam diri," gumam Eira.

Setelah makan dan perut kenyang Eira pun berdiri bersandar pembatas balkon. Sambil berpikir lebih dalam lagi dengan apa yang akan dia lakukan di masa depan.

"Lord, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan di sini jika kau tidak ada, tapi aku merasa senang jika bertemu denganmu di dalam mimpi ku, apa kau tahu aku akan menantimu di sini, tetapi aku tidak bisa berjanji untuk tidak dekat dengan lelaki mana pun, karena aku juga bekerja dengan beberapa lelaki tidak hanya perempuan, lalu bagaimana jika ada orang lain yang mendekatiku? Apa aku harus membuka diri atau tidak?" gumam Eira pada dirinya sendiri.

Eira pun kembali menghela nafasnya.

"Aku tidak ingin bertemu Lord hari ini, tapi aku ingin tidur, akankah aku bertemu dengannya jika aku tidur?" tanya Eira pada dirinya.

Eira pun berjalan masuk dan tidur di ranjangnya, memejamkan mata dan tertidur pulas. Saat tidur Eira pun bermimpi, tetapi kali ini dia tidak bermimpi tentang Lord melainkan tentang lelaki yang datang saat dia dalam bahaya.

"Kau siapa? Kenapa kau menggunakan pakaian serba hitam, apa kau penjahat?" tanya Eira.

"Bagaimana bisa kau menyebutku penjahat, aku lah orang yang menolongmu saat kau sedang dalam bahaya kemarin," jawabnya.

"Tapi mengapa kau ada di dalam mimpiku? Bukan kau yang seharusnya ada di mimpiku," kata Eira.

"Lalu siapa yang sedang kau tunggu?" tanya lelaki itu.

"Seseorang yang selalu aku harapkan, untuk apa kau datang ke sini," tanya Eira.

"Aku yang akan menjadi penggantinya, apa kau mau?" tanya lelaki itu.

"Tidak, aku tidak ingin dia di ganti oleh siapapun," jawab Eira.

"Aku sudah menyelamatkanmu, apa kau bisa berbalas budi sedikit padaku?" tanya lelaki itu.

"Aku akan membalasnya, tetapi tidak dengan cintaku," jawab Eira.

"Kita lihat saja nanti," kata lelaki itu dan pergi meninggalkan Eira.

Eira pun terbangun dari tidurnya dan merasa takut, kemudian dia tidak ingin tidur lagi, dia pun memutuskan untuk keluar dari hotel tanpa mengatakan apa-apa pada Yara. Setelah berhasil keluar untuk bersantai di luar hotel Eira un berjalan menuju danau dan menyewa satu buah kapal untuknya berkeliling.

"Seharusnya aku melakukan ini dari tadi, aku tidak akan bertemu orang yang mirip dengan Lord," kata Eira.

Eira pun minum bir di atas kapal sambil bersantai di atas kapal di bawah terik matahari.

"Nona, apakah nona butuh sesuatu untuk di makan?" tanya seorang pelayan dari kapal tersebut.

"Boleh, aku ingin makan sesuatu yang manis," jawab Eira.

"Bagaimana dengan cake?" tanya pelayan.

"Boleh, bisa minta satu botol soju?" tanya Eira.

"Baik nona, saya akan segera siapkan untuk nona," jawab pelayan.

Tak lama kemudian pelayan itu pun datang membawa sepotong cake dan sebotol soju yang di minta oleh Eira.

"Jika nona membutuhkan yang lainnya, langsung saja katakana pada kami, kami akan melayani nona dengan baik," kata Pelayan itu.

"Baiklah, terimakasih banyak," jawab Eira.

"Nona, apa boleh saya minta tanda tangan dan foto nona?" tanya Pelayan itu.

"Untuk apa?" Tanya Eira.

"Bukankah nona penulis novel terkenal itu?" tanya Pelayan itu.

"Kau mengenaliku?" tanya Eira.

"Bagaimana bisa aku tidak mengenalmu nona, kau begotu cantik jika di lihat langsung, lagi pula aku adalah penggemar nona," jawab Pelayan.

"Baiklaha aku akan memberikan tanda tanganku dan fotoku dengan senang hati, mari kita berfoto," kata Eira.

Mereka pun berfoto.

"Kenapa Nona datang sendirian?" tanya Pelayan.

"Karena managerku sedang sibuk mengurus kepulanganku," jawab Eira.

"Aku sangat beruntung sekali bisa bertemu denganmu, terimakasih banyak, selamat menikmati pemandangan di sini, tetaplah berkarya karena kami selalu menyukai tulisan nona," kata Pelayan.

"Em aku akan terus menulis untuk kalian semua, nantikan chapters baru ku ya," kata Eira bersemangat.

Pelayan itu pun pergi meninggalkan Eira, Eira merasa lebih lega dan tenang, dia juga mulai merasa semangatnya kembali ada di dalam hatinya.

"Sepertinya moodku kembali lagi, aku ingin segera pulang dan menulis lagi agar semua pembacaku senang dengan bab baru yang akan muncul," gumam Eira.

Eira menghabiskan waktunya di atas kapal dan di tengah laut menikmati pemandangan di tengah lautan yang banyak ikan berlompatan di sekitar kapal. Hari semakin gelap Eira segera menepi karena sudah terlalu lama di atas kapal, Eira merasa mual dan pusing, karena mabuk laut. Setelah sampai di tepi laut Eira menelepon taxi untuk menjemputnya. Tak lama kemudian taxi pun datang Eira pun masuk dan kembali ke hotel. Sesampainya di hotel Eira bertemu dengan Yara dan Geo berada di pintu utama hotel dengan wajah yang panik dan memegang ponselnya, sedangkan Geo terus menerus mencoba menelepon ponsel Eira. Eira baru saja sadar jika dia pergi tidak bilang ke Yara dan Geo.

"Mereka pasti mengkhawatirkan aku, aku harus bilang apa ke mereka ya," gumam Eira yang sudah takut mau beralasan apa, Eira sudah merasa bersalah pada mereka.

Eira pun perlahan mengendap masuk dengan menutupi wajahnya dengan tas yang di bawanya, tetapi hal itu tidak membantunya sama sekali, ketika mengendap Eira menabrak seorang pengunjung hotel dan menimbulkan suara.

"Maafkan aku, aku tidak berjalan dengan baik," kata Eira.

"Baiklah tidak masalah, lain kali berhati-hatilah," jawab pengunjung itu.

Eira pun menganggukan kepalanya dan kembali mengendap.