webnovel

Chapter 29 My Model

Terlihat Neko membuka mata, ia ada di ranjang rumah sakit. Ia menoleh kesamping dan melihat Roiyan duduk disampingnya menutup mata tidur sambil memegangi tangan kiri Neko. Neko mencoba mengambil tangannya sendiri, tapi Roiyan menyahut tangannya dan membuka mata perlahan.

"Akhirnya kau bangun, aku disini sepuluh jam menunggumu..."

Tapi Neko tetap mengambil tangannya dan berdiri duduk.

"Jangan berdiri dulu," kata Roiyan, seketika Neko merasa sakit pada tubuhnya. "Apa yang terjadi?" ia memegang dada nya.

"Tulang rusukmu hampir patah karena tabrakan itu, kau hebat sekali bisa bertahan dari akhir kematianmu ini."

"Pergilah..." Neko langsung menyela.

"Kenapa, aku ingin menemanimu disini, kau tidak tahu aku sangat menyukaimu Candy."

"Kau tidak bisa menyukaiku, aku adalah kakakmu sendiri."

"Bukan, kau bukan siapa siapa, tidak ada ikatan darah diantara kita, aku ingin bersamamu," Roiyan menatap serius. Tapi Neko terdiam sambil menundukan wajahnya. Lalu muncul Kim berjalan masuk. "Tuan Roiyan, Tuan Besar memanggil Anda."

"Untuk apa, aku masih menjaga dia," Roiyan membalas dengan wajah kesal.

"Ini perintah Tuan Besar, sebaiknya Anda segera kesana," Kim membalas.

"Candy, tunggulah aku," kata Roiyan lalu berdiri berjalan pergi.

Saat Roiyan sudah pergi, Neko bangun dari ranjangnya dan mencabut selang infusnya sendiri. Lalu Kim memberikan jas yang dipakai Neko.

"Chairwoman sudah bicara?" ia menatap dingin.

"Ya, dia bilang ada sebuah ruangan bawah tanah di sebuah asrama tinggi," Kim membalas.

"Waktu kita hanya 2 jam sebelum lelaki itu datang, tunggu saja aku disini dan beritahu aku jika waktunya tiba," kata Neko sambil berjalan pergi.

"Baiklah," Kim menundukan badan.

Neko sampai di asrama yang di bicarakan Kim. Sebenarnya Kim sudah mencari banyak informasi soal buku tetesan yang di cari Neko itu.

Semuanya tentunya juga mencari buku itu dan asrama tersebut sepertinya menjadi sasaran empuk karena Neko dengan mudah masuk ke sana.

Ia sekarang berjalan di lorong teras asrama besar itu.

"(Aku dengar, asrama ini sangat terkenal di sini, dan juga... Aku lulusan dari sini... Itu sudah lama... Pastinya ada foto alumni di sini,)" ia melihat ke sekitar.

Lalu ia berhenti berjalan ketika di samping nya ada bingkai kaca yang begitu besar, bingkai kaca besar itu bersisi foto foto lulusan alumni yang telah lulus sangat lama di asrama itu, jika di lihat pada tahun nya. Neko pasti ada di sana.

"(Oh, rupanya mereka menyimpan semua lulusan di sini, begitu bermomentum sekali, ketika aku ada di sini, aku masih memakai lensa hitam dan juga rambut yang aku urai hitam panjang, sekarang pun juga begitu,)" pikirnya dengan senyum kecil.

Ketika melihat foto foto itu, kebetulan ada seseorang berpapasan dengannya. Seorang pria berpenampilan profesor guru di asrama. Dia kelihatan muda sebagai pria dewasa.

Ia berhenti berjalan ketika melihat seorang perempuan membelakangi nya karena melihat bingkai lulusan itu. Siapa lagi jika bukan Neko, karena dia tadi memang berdiri di sana.

"Hei, kau mencari seseorang?" dia mendekat membuat Neko menoleh.

Di saat itu juga, pria itu terdiam kaku melihat wajah Neko.

"Sepertinya kau bukan dari sini, kau juga tidak memakai seragam asrama? Apa kau orang luar?" pria itu menatap.

". . . Yeah," Neko mengangguk pelan dengan wajah datar nya.

"Jarang jarang ada orang lain bisa masuk ke asrama yang ketat ini, ada perlu apa?"

"Aku baik baik saja," Neko membalas ia lalu langsung melewatinya tapi pria itu malah menahan lengannya. "Kau... Neko..." dia menatap seketika Neko terkejut.

"Kenapa kau ada disini, matamu tidak merah...?"

"(Siapa dia? Kenapa bisa tahu aku? Biarkan aku mengingat ingat... Sepertinya aku tidak ingat apapun,)" Neko terdiam.

"Ada apa? Kau lupa padaku, aku juga termasuk dalam sindikat."

"(... Zuo!)" Seketika Neko menjadi ingat. Ia menjadi menatap serius.

"Oh, sudah ingat rupanya, kupikir kau tidak akan ingat dengan hal ini. Aku juga bergabung dalam sindikat tapi juga terperosok ikut masuk ke perintah Cheong, jangan menilai aku dulu ingin menghianati sindikat, tapi Ariana yang memintaku," kata pria itu yang nama nya Zuo.

Zuo adalah rekan Ariana yang saat itu pernah di bilang oleh Ariana sendiri. Bahwa mereka berdua (Ariana dan Zuo) Melakukan perintah Cheong di Seoul dan keluar dari distrik.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa jika aku pergi ke sini, kalian ikut ikut datang? Apakah perintah Cheong memang baru saja dan membuat ku harus mengira kalian sedang bersaing dengan ku?" Neko menatap.

"Yeah, sebenarnya kalau di bilang begitu juga benar, aku sebenarnya juga berpikir begitu. Ketika Cheong memerintahkan ku, dia pasti punya maksud yang sangat jelas berhubungan dengan mu. Kudengar kau mantan asisten kecilnya yang sangat dia banggakan, kau sangat menyayangi nya sampai sampai dia tidak melakukan permintaan mu, dia tidak mencintai mu, dan hanya menjadikan mu pajangan yang begitu indah..."

". . . Aku sudah pergi dari kehidupan itu," Neko menatap dingin.

"Yeah. (Hingga pada akhirnya, dia tak akan menemukan seseorang yang pasti untuk menjadikan nya merah menyala.) Tapi paling tidak, dia benar benar masih ingin bersaing dengan mu," kata Zuo menatap.

"Aku tak peduli dengan hal itu sekarang.... Aku akan pergi."

"Tunggu, tidakkah kau ingin bertanya sesuatu padaku?" Zuo menatap.

"Ck.... Kenapa kau bisa ada di sini, dan kenapa bisa kau memiliki penyamaran yang sempurna?"

"Aku sedang ditugaskan Cheong untuk mencari ruang tersembunyi disini, sebuah buku telah mengguncangkan berbagai pihak distrik. Buku yang begitu penting dan sangat berhubungan dengan mu. Sejauh ini yang mengetahui nya hanyalah Cheong dan organisasi yang kau buat. Aku juga penasaran apa isi dari buku itu sehingga membuat mereka juga merasa begitu. Aku dengar itu tentang Gen mu," Zuo menatap.

". . . Aku hanya ingin mengambil buku itu sebelum ada yang membaca nya."

"Apa kau tahu rahasia buku itu... Buku itu di ciptakan oleh seorang pria yang di kenal kejam, memiliki mata merah, dan tubuhnya, lebih besar dari apapun. Yang aku bicarakan kau pasti paham. Bahwa di dunia ini yang memiliki mata darah hanyalah dua orang. Kau dan pria yang aku bicarakan... Jangan anggap aku angin hanya karena aku tak tahu akan hal ini. Pencipta buku itu adalah ayah mu sendiri."

Mendengar itu, Neko benar benar terkejut tak karuan dan tak bisa berkata kata.

"(Apa? Dia tahu soal buku itu?!) Kenapa kau bisa beragumen begitu, bagaimana jika argumen mu salah?" Neko menatap tajam.

"Kenapa? Soal ayah mu? Memang nya kau memiliki orang tua? Satu pun saja kau tidak akan ingat, karena bagaimanapun juga, gadis bertemperamen seperti mu, tidak akan pernah bisa mengingat orang orang yang pernah bertemu dengan mu meskipun tidak satu kali sekalipun, buku itu menjadi penting karena penulisnya, penulis nya pastinya punya hubungan dengan dunia yang begitu gelap. 80 persen dunia ini gelap dan dia pastinya mengusainya," Zuo menatap.

"(Ayah ku? Aku bahkan tak tahu dia siapa...) Aku bilang, aku tak peduli sama sekali," Neko langsung membalas.

"Hei, jangan begitu lah, aku juga bisa membantumu dalam menemukan buku itu untukmu."

"Hmp... Apa yang bisa kau tunjukan padaku untuk mempercayaimu..."

"Aku bisa membantumu saja karena aku menyukaimu gadis manis, kupikir bertemu dengan mu lagi adalah sebuah dongeng, terakhir kali kita bertemu kita hanya berpapasan di organisasi mu sebelum aku benar benar ikut dengan Cheong, gadis yang tampak bisa menjaga diri nya sendiri.... Sedikit pemberitahuan, aku suka gadis seperti mu."

"Semuanya mengatakan itu..."

"Semuanya memang mengatakan itu tapi kau hanya belum bisa menghitung tolak ukur mereka yang melihat mu dari bagian mana. Banyak orang yang melihat mu dari bagian yang bermacam macam kecuali pria yang suka tipe gadis yang imut dengan suaranya, jika di banding dengan suara gadis imut, kau mungkin lebih menunjuk ke tubuh mu itu," Zuo menatap. Dia lalu bersandar di bingkai kaca besar itu dan mengeluarkan rokok, dan mulai merokok di sana.

Kebetulan di sana masih ada jam belajar, jadi tidak akan ada mahasiswa maupun mahasiswi yang berlalu lalang di sana. Lorong itu sepi dan hanya menunjukan lorong yang hanya tersinari cahaya seperti di istana romawi kuno.

Memang benar asrama itu di kenal sangat lengkap dengan fasilitas nya, banyak orang orang kelas atas yang ke sana maupun memberikan putra putri mereka ke sana.

"Oh, ngomong ngomong, apa yang kau lakukan di sini tadi ketika aku bertemu dengan mu?" Zuo menatap.

"Apa maksud mu?"

"Kau tampak memandangi foto foto lulusan yang telah lama ini, mungkin sekitar 20 tahun yang lalu," Zuo menatap.

". . . Aku sedang mencari foto ku sendiri."

"Ah foto mu yah, masa tidak ketemu sih, lihat itu, foto mu masuk ke dalam daftar barisan mahasiswi yang paling di sebut primadona," Zuo menunjuk barisan foto paling atas.

Di sana ada foto Neko yang sama, lebih muda dan tanpa senyuman sama sekali.

Neko terdiam menatap fotonya sendiri.

"Duh, duh, kau ini benar benar pelit akan senyuman mu yah..." Zuo menggeleng.

"(Itu sudah sangat lama, dan aku tak ingin mengingat nya...)" Neko membuang wajah.

"Hei, tak ada bedanya yah kau dengan dulu, tidak bertambah tua sama sekali, kau jadi memancing ku untuk membawa mu ke ranjang," Zuo menatap, dia membungkukkan badan menatap Neko yang melemparkan tatapan tajam.

"Tutup mulut mu, jika kau ingin membantu ku dalam hal buku itu, lakukan saja dengan cepat..."

"Kenapa begitu cepat, selama aku belum mengambilnya dan mewakili Cheong, kan waktunya jadi banyak. Mungkin kita bisa coba satu malam," Zuo berbisik.

"Tak bisa, aku bukan gadis murahan untukmu, jika ingin membantu, hanya tinggal membantu."

"Kalau begitu paling tidak biarkan Aku mencium satu kali lehermu," Zuo memegang pelan leher Neko yang lembut.

". . . Sudah ku bilang! Tinggal ban-tu sa-ja!!..." Neko bersuara marah lalu menarik kerah bajunya membuat Zuo terseret. "(Dia benar benar, gadis tipeku.) Hehe..."