"Selamat datang di Seoul, Nona Neko! (Ini beneran Nona Neko, astaga aku benar benar kangen,)" seorang lelaki menyambutnya. Pakaian nya sama seperti setelan yang di pakai Jun dan Hyun.
Dia bawahan dan seorang asisten.
"Aku sudah lama tidak bertemu anda, sangat lama dan hampir 4 tahun lama nya... Sekarang anda kemari untuk melakukan pertemuan dengan keluarga Tuan Ezekiel dan aku di tugaskan untuk pura pura menjadi pembawa mu saat di sini bukan?" lelaki itu menatap. Dia benar benar menggunakan nada ramah dan senang nya.
"Yeah, lakukan dengan sebaik mungkin, saat didepan mereka Kau bisa memanggilku Akai."
"Baiklah, Akai... Aku sebagai apa nantinya untuk menyembunyikan identitas Anda?"
"Karena ini hanya soal bertemu dengan orang yang sudah merawatku selama beberapa tahun, mungkin mereka akan terkejut melihat ku setelah lama tidak bertemu, karena aku harus butuh alasan untuk membawamu, bagaimana jika kau pikirkan sendiri mau apa kau di hadapan mereka," Neko menatap.
"Hm.... Bagaimana jika kakak saja..."
". . . Tidak mungkin, aku melakukan itu," Neko langsung memasang wajah dingin.
"Um.... Jika itu begitu, aku akan di anggap tabu oleh mereka jika anda tidak menganggap ku kakak."
". . . Baiklah.... Terserah, yang penting aku cepat menyelesaikan ini," Neko membalas.
"Bagus.... Oh Nona Neko apa anda tak mau memberiku sebuah pelukan," dia menatap manis dengan wajah tampan kecilnya.
"Kau sudah bukan lagi anjing kecil," Neko mencuekinya dengan dingin sambil berjalan pergi membuat hatinya terluka.
Dia adalah Kim, satu satunya pengawal sekaligus asisten Neko di luar distrik.
Jika Jun dan Hyun adalah pengawal nya yang siap mengantar maupun melayaninya secara fisik, berbeda dengan Kim. Dia asisten yang dapat menggunakan otak nya, membantu pekerjaan Neko dan yang lain nya termasuk pengawalan juga.
Dia bertemu dengan Neko saat saat krisis hidup nya dan Neko di anggap sebagai penolong nya.
--
"Pakailah baju ini..." lelaki yang bernama Kim itu memberikan gaun putih padanya. Seketika Neko mengkerutkan mata. "Apa maksudmu, aku tidak mau memakai itu..."
"E...Tapi, jika Anda terlihat oleh mereka dengan memakai pakaian Boss mereka akan mengira Anda dari pembisnis gelap atau pun pemegang saham besar."
"Memang nya kenapa jika aku terlihat memegang saham besar, bukankah itu akan di anggap mereka hebat," Neko menatap datar dengan masih beraura kesal.
"Mereka akan menyelidikinya, mereka akan penasaran bagaimana bisa gadis yang Tuan Ezekiel buang telah menjadi seseorang yang penting."
"Apa? Buang!" Neko langsung menatap marah membuat Kim terkejut.
"Ma... Maafkan aku, tapi tetap saja anda harus memakai ini," Kim menunjukan gaun tadi yang daritadi ia pegang.
"Cih...Terserah," Neko merebut gaun itu dengan kesal. Tapi ia mendadak berhenti dan kembali menoleh ke Kim. "Apa kau sudah tahu siapa Direktur Ezekiel?"
". . . Direktur Ezekiel adalah termasuk pemegang saham terbesar di korea. Dia memiliki satu putra pertama dan satu putri kedua."
". . . (Apa maksudnya, jadi dia memiliki adik,)" Neko menjadi diam tak berkutik.
Dia mengingat adik nya itu, adik nya yang menggantikan nya, ketika lahir itu adalah awal mula Neko mulai di keluarkan dari keluarga Ezekiel.
"(Rasanya memang tidak seberapa, tapi rasa ingin balas dendam tak akan bisa di lakukan... Aku tidak akan melakukan apapun, hanya menggunakan sesuatu dari ku untuk membuat mereka percaya bahwa aku juga termasuk ke dalam orang yang begitu penting dan harus di kembalikan.)"
"Nona Neko, apa anda baik baik saja?" Kim menatap.
". . . Aku hanya bertanya tanya, kapan Tuan Ezekiel mendapatkan bayi kedua?" Neko menatap.
"Setelah usia putra pertamanya berumur 10 tahun, lahirlah seorang adik perempuan, tapi 5 tahun kemudian, istri Tuan Ezekiel meninggal dan sekarang hanya ada mereka bertiga. Meskipun mereka termasuk ke dalam kategori keluarga, tapi mereka memiliki bisnis nya masing masing dan maju semua," balas Kim membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang.
"(Bagaimana pun juga, aku harus melakukan ini,)" Neko mengeluarkan kotak kecil dari saku nya, ia menunjukan nya pada Kim yang melihat.
"Kontak, lensa?" Kim menatap.
"Pakaikan ini untuk ku," tatap Neko.
"Tapi.... Tapi kenapa, mata Anda sangat cantik kenapa mau di tutupi...?"
". . . Jangan salah, aku dari dulu diminta menutupi mataku ini..... Mereka membenci mata ku..." Neko membalas sambil menatap ke arah lain membuat Kim terdiam.
"(Aku tahu... Dia harus menyembunyikan sesuatu dari dalam dirinya sendiri... Hanya untuk membuat orang tenang di dekat nya... Meskipun itu sakit.) Aku mengerti, aku akan memasangkan nya," Kim memegang kotak kecil itu sekaligus tangan Neko.
Lalu sebuah mobil berhenti disebuah rumah besar nan mewah. "Baiklah, kita turun disini," Kim membuka pintu mobil tengah dan mengulur tangan untuk membantu Neko keluar dari mobil.
"Ah, Nona Akai... Saat anda bertemu dengan Tuan Besar, aku ingin anda menunjukan senyuman manis padanya."
"Se... Senyuman, kau bilang apa tadi..." Neko langsung suram.
"Ya, senyuman, tunjukan senyum manis mu, cobalah sekarang."
"Aku tidak bisa, kau bodoh jangan memaksaku."
"Nona Akai, anda harus menunjukan padanya. (Dia berteriak mengerikan,)" Kim memegang bahunya didalam hatinya Ia juga takut pada Neko.
". . . Haizz, baiklah..." Neko menghela napas lalu tersenyum kecil.
"Bisa lebih lebar lagi."
Ia melebarkan senyumnya tapi kali ini wajahnya begitu menyeramkan.
"E... Tunjukan ketulusanmu..."
"Aku tidak bisa..."
". .. Aku tahu itu Nona Akai, ini demi privasimu. (Terpaksa Aku harus begini.) Biarkan aku mencintaimu," kata Kim, seketika Neko terkejut.
"Pft... Sebegitu lamanya kah kau menjomblo, Haha ini sungguh lucu!!" Neko tertawa kecil mengejeknya.
"Ini demi dirimu juga. (Yang penting dia tertawa sekarang,)" Kim berwajah putus asa.
Lalu mereka masuk, terlihat seorang pria paruh baya berdiri membelakangi mereka.
"Tuan Besar," Kim memanggil lalu dia menoleh dan menatap Neko.
"Selamat pagi Direktur Ezekiel," Neko mendekat dan tersenyum manis padanya.
"(Sempurna,)" Kim terharu melihat senyumannya.
Tapi tiba tiba pria itu menampar Neko sangat keras hingga hampir terjatuh.
"Nona-...(Maksudku,) Akai!" Kim terkejut menahan jatuhnya.
"Dari mana saja kau selama ini, kau pergi meniggalkan keluarga ini, benar benar gadis yang tidak tahu terima kasih, rasa apa yang bisa kau tunjukan untukku, selama ini kau tidak pulang 20 tahun lamanya."
"Tuan besar, kita bisa bicarakan ini," Kim mencoba berbicara tapi Tuan Ezekiel berjalan pergi meninggalkannya.
"Nona Akai, kau baik baik saja?" Kim menatap Neko, dan Ia terkejut karena Neko mengeluarkan darah dari mulutnya.
-
"Sepertinya lidahmu tergigit," Kim menatapnya di bangku. Ia melihat Neko yang menjadi terdiam.
"(Sepertinya dia merasa gagal,)" Kim menunduk, seketika Neko berdiri membuatnya terkejut.
"Kita pergi sekarang," kata Neko.
"E... Apa maksudmu langsung ke gedung itu?"
"Ya, beritahu Chairwoman kita akan kesana, dia akan memberitahu kan dimana tempatny--
"Oh... Sisterku!" seseorang berteriak memanggil menyela, Neko menoleh dan terkejut, seorang lelaki yang tinggi dan tampan berjalan menghampiri. Neko terdiam dingin. "(Siapa dia, memanggilku begitu?)"
"Kau masih belum ingat aku ya, lihatlah dirimu kau sungguh imut," dia memeluk Neko dengan tanpa basa basi.
"Hoi... Jangan sembarangan," Kim berdiri.
"Siapa kau?" Neko menatap lelaki itu.
"Aku Roiyan," lelaki itu membalas sambil mengelus pipi Neko. Seketika Neko terkejut.
"Aku tidak ada waktu untukmu," Neko melepas tangannya dan berjalan melewatinya.
Lelaki itu bernama Roiyan Ezekiel, putra pertama dari Tuan Ezekiel sendiri. Dia lah bayi lelaki yang saat itu membuat Neko merasa seperti terusir.
"(Kau pikir kau tidak tahu, semua ini bermula karena kau lahir, Tuan Ezekiel tidak menginginkan ku lagi setelah dia mendapatkan bayi, padahal dia yang mengusir ku dan kenapa malah menyalahkan ku karena aku pergi sekarang, apakah ini memang terasa sangat aneh,)" Neko terdiam kesal.
"Bagaimana jika kutunjukan sesuatu sister, aku akan mengajakmu berkeliling untuk tahu banyak," Roiyan menatap. Lalu Neko berhenti tak berkutik.
"Akai, kita harus kembali," Kim menatap.
Tapi Neko masih terdiam. Ia menoleh ke Roiyan yang tersenyum kecil itu.
"Aku akan ikut," kata Neko dengan wajah datar nya.
"Tunggu Akai, kita harus langsung ke tempat--
"Ini hanya sebentar," Neko menyela membuat Kim terdiam. Ia menatap wajah Neko.
"(Untuk ke sekian kalinya, aku melihat nya memasang wajah yang begitu penasaran... Aku tahu ini juga soal keluarga maupun masa lalunya, seseorang yang menolong nya dan orang yang juga tidak membutuhkan nya lagi, tapi ketika dia muncul sebagai seseorang yang begitu di harapkan memiliki sesuatu yang menawan, mereka menginginkan nya untuk kembali, dia harus nya tak mau, tapi rasa penasaran akan dirinya yang mengalahkan nya....)" Kim terdiam, ia lalu menghela napas panjang dan mengangguk.
Akhirnya Neko ikut dengan Roiyan, mereka berdua menaiki mobil yang di kendarai Roiyan sendiri. Terlihat Roiyan menatap Neko yang terdiam dari tadi. Neko duduk di samping bangku supir.
"Sister, bagaimana perasaan mu? Apakah mobil ini nyaman untuk mu?" tatap nya.
Neko terdiam tak menoleh, dia hanya fokus ke depan. Dia tak menjawab Roiyan.
"(Dia manis juga, sangat imut.) Ini pertama kalinya aku bertemu denganmu kan sister, kau seharusnya senang bertemu adikmu ini. Selama 20 tahun terakhir aku hanya selalu melihat ke arah fotomu saja, gadis yang hampir mengusai seluruh pendidikan namun berhenti karena sesuatu, kau lebih memilih menjadi tidak punya apa apa bukan, aku mengerti keadaanmu sister, jadi... Kau belajar apa dari Tuan Kim?" dia menatap. Tapi Neko hanya kembali diam. Terlintas dipikiran Neko soal perkataan Chairwoman.
"{Ingat ini Neko, kau harus menunjukan ekspresi lain dari ekspresi mengerikanmu ini, jika disini kau menjadi harimau maka di sana kau harus menjadi seekor kucing manis.}"
"Tolong... Jangan panggil aku dengan nama semacam itu," kata Neko.
"Lalu... Aku harus panggil apa, pacar, sayang, atau permen manis [candy]?"
"Panggil saja aku Amai, sama seperti ayah dan ibu memanggilku."
"Hm... Tapi nama itu terlalu umum, aku harus membuat nama panggilan padamu agar kita terlihat lebih dekat, aku akan memanggilmu candy... Ayah bilang kau suka permen."
". . . Jangan terlalu mencolok, Tuan Kim bahkan tidak mengatakan hal itu padaku."
"Oh, jadi kamu suka lelaki yang memanggil nama mu? Tapi, Candy lebih baik..."
"Terserah saja, kau ingin membawaku kemana?"
"Bertemu dengan Clara."
"(Clara?)" Neko menjadi terdiam bingung.