"Jika gadis itu tidak bisa di remehkan, lantas kenapa dia tak keluar saat kita datang? Bukan kah dia gadis yang berani? Seberapa manis dan cantik nya dia sehingga dia harus bersembunyi menyembunyikan wajah nya yang terkena darah," salah satu bawahan tersebut bertanya.
"Kalian hanya tidak tahu, darah tidak akan membuat rasa manis nya hilang, luka tidak akan membuat dia semakin dekat dengan kematian dan kemanisan nya memang lah tidak ada artinya jika harus di banding kan dengan keterpurukan nya, bukan kah kita sudah di beritahu oleh atasan langsung," balas pemimpin mereka.
Di sisi lain tumpukan tumpukan karung itu ada Neko yang duduk bersandar sambil bernapas berat. "(Mereka bicara soal atasan, apa itu berarti mereka memang di perintah oleh seseorang?! Tapi siapa yang beraninya melakukan hal ini?! Bukan kah publik dan orang orang sudah tahu bahwa aku mati?! Apa mereka juga tahu bahwa aku memalsukan kematian ku?! Kenapa aku harus terlibat dengan hal ini lagi,)" dia mengepal tangan dengan sangat kesal.
Lalu Mereka, tepat nya orang orang suruhan tadi melihat tumpukan tumpukan karung yang ada di sekitar.
"Cepat ambilkan aku linggis itu," pemimpin tersebut mengulurkan tangan.
Lalu salah satu dari mereka mengambil linggis tajam dan memberikan nya pada nya.
"Kita lihat seberapa lama kau bisa sembunyi lagi kucing kecil," kata pemimpin tersebut, ia langsung menusuk karung itu di tempat berbeda karena bisa saja Neko bersembunyi di balik karung itu.
Dan yang benar saja ia sedang bersembunyi di balik tumpukan karung karung terdekat itu. Sekarang ia bernapas lelah dengan duduk bersender di karung itu. Ia terluka di seluruh tubuhnya, hal itu membuatnya jelas semakin melemah. "(Ini sialan.... Kupikir itu dia, rupanya mereka... Aku tidak bisa bergerak sekarang... Ini semua karena aku terlalu menggunakan tenaga ku untuk mengalahkan mereka semuanya... Rasanya sudah sangat lama melakukan hal ini, jika tidak salah aku terakhir kali di keroyok dan melukai bahuku sendiri.... Cih benar benar menyedihkan dan sekarang apa yang akan terluka nantinya.)"
Tiba tiba ia mendengar suara tusukan karung di sampingnya, ia menoleh tapi tak ada tusukan apapun. Karena salah satu orang tadi menusuk nusuk karung di setiap jalan. Ditengah napasnya yang berat dan lelah mendadak linggis itu mengenai punggung Neko dan menusuk nya tepat di atas punggung nya.
"Akh...." ia berteriak terkejut lalu pria itu mencabut linggis nya dan melihat ujung linggis itu ada darah. Untung nya linggis itu menusuk pinggang Neko tidak dalam, hanya mengenai ujung nya saja.
"Haha dia ada disini... Cepat," dia menyuruh rekan rekannya untuk langsung masuk ke tempat karung itu untuk menangkap Neko yang terluka di sana.
Punggung Neko mengalirkan darah, ia tak tahu harus apa.
"Cih... Sialan. (Itu benar benar mengejutkan ku.... Rasanya tidak karuan di siniii... Ughhh,)" ia melemah. Dan di detik terakhirnya tak sadarkan diri tapi ia mendengar suara ribut di luar tumpukan karung itu.
"(Kenapa ribut sekali... Apa mereka tidak segera membawaku pergi... Rasanya sudah hampir mati,)" Neko terdiam dengan tatapan kosong. Lalu perlahan menutup mata.
Dia tak tahu bahwa orang orang itu perlahan tumbang dikalahkan oleh seseorang yang datang.
--
"NUNA!!... Kau baik baik saja..." teriak seseorang yang membuat Neko langsung membuka matanya dengan tiba tiba. Ia melihat Yohan duduk di samping ranjangnya sambil memegang tangan Neko.
". . ." Neko terdiam bingung karena dia ada di ranjang apartemenya.
"Apa yang... Terjadi..?.. (Kenapa aku bisa ada di sini?! Bukan kah aku mati tadi?)"
"Nuna... Kau benar benar membuatku khawatir," tatap memelas Yohan. Lalu datang seorang wanita mendekat dan rupanya itu Kikiyo. Masih ingat wanita dokter yang sangat cerewet itu yang mengurus kesehatan Neko saat masih berada di organisasi sindikat.
"Mereka memanggilku untukmu... Kau benar benar suka terluka," Kikiyo menatap kesal.
". . . Kenapa kau ada disini?" Neko menatap kosong.
"Setelah organisasi itu berganti, aku keluar dari sana dan menjadi Dokter biasa saja, aku tidak akan mau bergabung dengan sindikat yang baru," kata Kikiyo.
"Kapan kau melakukan itu?" Neko menatap.
"Baru saja," Kikiyo membalas.
Sebelumnya, Kikiyo memang masih menjadi dokter klinik yang bekerja sebagai bawahan sindikat, karena itulah dia mengenal Neko maupun ketua sindikat.
Selama perang sindikat terjadi, dia benar benar tidak terlibat karena dia hanya dokter, jika salah satu menang, dia juga akan pasrah untuk ikut siapa yang menang termasuk ikut menjadi penganut Beum.
"(Aku benar benar tidak menyangka bahwa bisnis organisasi ini telah menjadi seburuk ini di tangan orang yang tidak tepat, rasanya sangat aneh untuk ikut bersama dengan Beum, apa aku memutuskan untuk keluar saja.)"
Di balik hal itu, dia di panggil oleh Beum. Beum sengaja memanggilnya untuk membicarakan sesuatu. "Aku memiliki keinginan, aku ingin mengambil kembali gadis itu, tapi, aku harus tahu dulu mana bawahan ku yang tahu informasi padat soal nya, termasuk kenapa aku memanggil mu ke sini," tatap Beum dari meja kantor.
Kikiyo terdiam lalu membalas. "Aku sama sekali tidak mengetahui apapun dan kebetulan, aku ingin mengajukan diri, untuk mundur dari sini," kata Kikiyo.
Hal itu membuat Beum bingung. "Kenapa kau ingin mengundurkan diri? Aku memberikan gaji yang sangat besar, bahkan 3 kali lipat dari gaji ku sebelumnya."
"Aku tidak bisa di percaya jika pemimpin nya orang yang bukan aku kenal, jadi, tolong, biarkan aku keluar."
". . . Kau tahu kan, dalam hal ini, peraturan sindikat mengatakan bahwa jika bawahan ingin keluar, mereka tak boleh ada di distrik yang sama, pergilah dari distrik ini," tatap Beum.
"Aku mengerti, aku akan pergi dari distrik ini."
"Jika bisa aku sarankan, pergi saja ke distrik barat... Di sana ada gadis yang aku cari itu, dan sekalian katakan padanya bahwa aku menyewa banyak orang untuk memburunya ketika tahu dia keluar dari distrik nya secara kebetulan meskipun aku tak tahu itu kapan terjadi," kata Beum.
Begitulah mengapa banyak orang menangkap Neko, mereka sudah biasa menunggu Neko keluar dari distrik sendirian hingga pada waktunya tiba, itu semua terjadi.
--
"Sialan, Beum," Neko menjadi kesal, sangat kesal mendengar itu tadi.
"Aku akan pergi, luka di punggung mu itu mungkin akan membuat kesan yang buruk pada tanda titisan di punggung mu itu," dia menambah Lalu ia berjalan pergi.
"(Titisan? Apa di punggung Nuna ada sesuatu?)" Yohan menjadi terdiam bingung lalu ia kembali melihat ke Neko yang juga terdiam.
"Nu-nuna seharusnya kau bilang padaku untuk menemanimu," Yohan menatap.
Tapi Neko masih terdiam berpikir. "(Tunggu, kenapa aku merasakan ada sesuatu yang terlewatkan.... Benar, siapa yang mengalahkan semua orang dan membawa ku kemari kecuali Yohan... Tidak mungkin kan, dia tidak mungkin bisa mengalahkan banyak orang itu?!) . . . Yohan.... Kau? Kau yang..." Neko terdiam samar samar dan ia ngat bahwa yang menolongnya saat itu adalah Yohan. "(Orang sebanyak itu, dia bisa mengalahkanya... Apa yang terjadi... Siapa dia,)" Neko mulai mencurigai Yohan yang menatap bingung.
"Nuna... Aku mohon lain kali aku ingin menemanimu."
Tapi Neko tetap terdiam mengingat apa yang terjadi, dia hanya masih ingat melihat samar samar wajah Yohan yang melawan mereka semua dengan kejam, wajahnya bahkan berbeda dari yang biasa Neko lihat. "(Apa yang kupikirkan?)" dia memegang kepalanya lalu kembali menoleh ke Yohan.
"Nuna, kau baik baik saja?"
". . . Entahlah. (Benar benar sangat berbeda, aku curiga dia itu bisa merubah seluruh ekspresi nya dan dia dengan instingnya sendiri telah menyelamatkan ku padahal tak ada yang bilang maupun aku tak meminta bantuan.) Yohan, bagaimana bisa kau tahu aku ada di sana dan datang menyelematkan ku?" Neko menatap serius.
"Um.... Seseorang memberitahu ku," Yohan langsung membalas. Tapi Neko menjadi membuang wajah. "(Cih, rupanya benar, dia menyembunyikan sesuatu.)"
"(Dia benar benar tidak bisa mengerti perkataan ku, aku tahu dia ini adalah gadis yang bisa di andalkan tapi dia juga tidak bisa melakukan dengan sepenuh nya, jika dia terluka lagi aku mungkin akan dibunuh oleh nya.) Nuna... Aku mohon padamu, pikirkan lah bahwa kau punya aku, aku tidak hanya di sini untuk uang dari bekerja untuk mu tapi aku juga ingin melindungimu," tatap Yohan.
Lalu Neko terdiam dan menghela napas. "Kau tidak perlu terlalu khawatir, aku baik baik saja untuk sementara ini, kecuali jika kau memberitahu ku siapa yang mengatakan padamu bahwa aku dalam bahaya."
"Aku... Aku tak bisa memberitahunya padamu... Dan kalimat mu itu, kau mengatakan nya dengan sementara padahal aku ingin nya selama nya kau harus merasa aman dan sangat terlindungi," Yohan menyela dan memegang tangan Neko yang agak terkejut. Lalu ia tersenyum kecil dan memegang kerah Yohan membuat Yohan terdiam.
Lalu Neko menarik nya untuk mendekat sehingga Yohan menjadi mendekat pada nya lalu Neko berbisik. "Tunjukan padaku jika kau bisa melakukan apa yang kau katakan," bisik nya membuat mata Yohan terdiam kosong.
Tapi Neko tiba tiba menampar pelan pipi Yohan membuat Yohan terkejut memegang pipinya.
Hingga mendadak, Neko menarik keras nya membuat nya mendekat. "Hei Kau... Aku bilang katakan padaku siapa yang memberitahu mu aku ada di sana! Pastinya bukan Kim ataupun siapa kan," Neko menatap tajam. Dia masih ingin meminta jawaban Yohan itu dengan paksa.
"Aku... Aku tak bisa...." Yohan menggeleng, hingga Neko lelah dan melepasnya. "Cih, terserah...." dia langsung terbaring tidur membelakangi nya membuat Yohan kecewa bahkan pada dirinya sendiri.
"(Sebenarnya, yang memberitahu ku adalah atasan sendiri, untuk pertama kalinya aku di hubungi atasan ku sendiri, Tuan Park Choisung, dia menghubungi ku dan suaranya sangat berat, berat sekali, aku mendengar suara nya saja sampai baru jatuh di kepala ku.)"
Kurang lebih, begini kalimat dari Tuan Park Choisung. "Dalam jalan 27, pabrik tua, jemput gadis itu, hingga dia sampai mati, tak hanya kau yang juga mati, tapi juga semuanya."