webnovel

Driving Me Crazy (21+)

Warning!! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan! Dikhianati oleh suaminya adalah awal mula pertemuan Vallerie Haven dan Dru Davidson. Vallerie yang patah hati dan Dru yang terjebak dengan sebuah permainan membuat keduanya bertemu dalam cinta satu malam meski tak mengenal satu sama lain. Setelah kejadian itu, keduanya tak lagi bertemu meski saling menginginkan. Namun ternyata takdir berkata lain, karena dendam terhadap mantan suaminya membuat Vallerie bertemu kembali dengan Dru yang tak lain adalah atasan Mantan suami Vallerie. Dan tentu saja, Vallerie semakin gencar mendekati Dru yang ternyata adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya untuk membalas sakit hatinya pada sang mantan suami. Cinta keduanya tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi suatu hari Dru mengetahui alasan Vallerie mendekatinya dan membuat pria itu sangat kecewa. Dru pergi meninggalkan Vallerie meski wanita itu sudah memohon dan meminta maaf. Akankan kepercayaan Dru akan kembali pada Vallerie? Ataukah cintanya untuk Vallerie hilang begitu saja setelah mengetahui faktanya?

Nouris · Urban
Not enough ratings
8 Chs

Bertemu Dengannya Adalah Petaka

Vallerie tertegun mendengar ucapan Dru. Bagaimana bisa lelaki itu menyatakan rasa tertariknya sedangkan mereka baru saja bertemu dan tidak saling mengenal?

Apakah karena malam panas yang mereka lalui semalam hingga Dru merasa nyaman ada disisinya?

Tatapan Vallerie menerawang kedepan memikirkan banyak hal dari yang ia dengar sepanjang perjalanan mereka.

Nama Dru begitu tak asing ditelinganya. Seperti bukan pertama kalinya ia mendengar nama itu. Tapi dimana ia mendengarnya? Siapa pula yang menyebut nama Dru sebelumnya?

Sibuk dengan pikirannya sendiri membuat Vallerie tak sadar jika mereka sudah tiba didepan rumahnya. Dru yang turun terlebih dahulu langsung membuka pintu untuk Vallerie.

"Jangan banyak melamun. Nanti ayam tetangga mati!" celetuk Dru disertai senyuman diwajah tampannya.

Mereka berdua sudah tiba didepan rumah Vallerie. Tentu saja itu atas desakan Dru-silelaki pemaksa (julukan dari Vallerie).

"Hah?!" Vallerie masih belum terkoneksi dengan ucapan Dru hingga membuatnya bingung. "Kenapa bisa ayam tetangga mati karena aku melamun?"

Pertanyaan polos Vallerie mengundang gelak tawa Dru. Dijentikkan jarinya didahi Vallerie, membuat wanita itu mengaduh karena dahinya terasa sakit.

"Kamu benar-benar melamun ternyata. Itu hanya perumpamaan." Tangannya terulur dan mengusap bekas jentikan tangannya didahi Vallerie. "Sakit?"

Tanpa menunggu jawaban wanita itu, Dru langsung menangkup pipi Vallerie dan mengecup keningnya. "Semoga lekas sembuh."

Tidak suka dengan tindakan Dru membuat Vallerie berusaha mendorong tubuh tegap nan kekar itu dari hadapannya. "Kamu kenapa sih?" Ia merasa perlakuan Dru itu sangat berlebihan untuk mereka yang baru kenal.

Ia sudah terlanjur malas dengan pria yang kini masih menangkup pipinya meski Dru sudah berusaha untuk membujuk Vallerie dengan kata –kata manisnya.

"Memberi dahimu obat supaya lekas sembuh." Dru mengendikkan bahunya dan merapatkan kerah jas yang ia pakaikan untuk Vallerie tadi. "Cepat masuk. Nanti masuk angin."

Vallerie menarik jas yang terpasang ditubuhnya dengan sekuat tenaga sampai benda itu terlepas dari sana dan kembali memperlihatkan bahu putih mulusnya. "Terima kasih untuk jas dan teraktirannya. Aku rasa kita tidak perlu-"

Dru menarik tubuh mungil itu kedalam dekapannya dan melumat bibir ranum milik Vallerie dengan rasa penasaran yang semakin melambung tinggi untuk mencecap setiap senti bibir itu. Rasanya bibir Vallerie masih bengkak sejak terakhir kali tadi mereka berciuman. Namun Dru heran, tak pernah bisa mengendalikan hasratnya setiap kali berada didekat Vallerie.

Tangannyapun tak tinggal diam, menelusuri setiap lekuk tubuh indah wanita yang entah mengapa sangat ingin ia miliki bagaimanapun caranya.

"Aku bisa laporkan ini sebagai tindak pelecehan," ucap Vallerie ketus setelah bibir Dru terlepas dari bibirnya.

"Kamua mau melaporkan aku karena menciummu?"

"Ya, dan juga meremas bokongku," jawab Vallerie dengan nada kesal. Sesaat setelah mencium bibirnya, Dru memang meremas bokong sintalnya karena gemas.

"Dengan senang hati aku menerima laporanmu. Jika Aku dipenjara nanti, aku juga akan menarikmu kedalam ruangan yang sempit itu. Disana kita akan menikmati malam panas kita selanjutnya dan-"

"Cukup." Vallerie menutup telingannya. "Pulang sana."

Dru tak sakit hati dengan sikap judes Vallerie dan segala penolakan wanita itu. Malah ia semakin penasaran karena hanya wanita dihadapannya ini yang menolak pesona dari seorang Dru.

"Aku pulang ya. Selamat malam, Sayang. Mimpikan aku dalam tidurmu." Sekali lagi Dru memberikan sebuah ciuman dan kali ini sangat singkat dan mesra, sebagai ucapan tanda perpisahan untuk saat ini. Dru mendorong pelan bahu Vallerie untuk segera masuk kedalam rumah. Ia memang berniat tak akan pergi sebelum Vallerie benar-benar sudah dalam keadaan aman didalam rumahnya.

Pada akhirnya Vallerie pasrah saja. Ia tahu pasti jika dirinya membantah akan membuat pria yang masih berdiri didepan pintu pagarnya itu tak kunjung pergi dari sana.

Senyuman tak pernah terlepas dari bibir Dru saat tubuh mungil dihadapannya mulai berbalik dan meninggalkan Dru sendiri didepan pagar. Ia tidak akan pergi dari sana sampai Vallerie benar-benar aman didalam rumahnya.

Setelah sekian lama, Dru akhirnya bisa merasakan bahagia berada disisi seorang wanita. Ia menerawang jauh. Apakah ini salah? Kenapa ia bisa merasakan debaran yang berbeda setiap kali bisa menatap mata Vallerie?

Semua pertanyaan itu selalu berkecamuk dihati Dru sejak tadi. Bahkan ia tak bisa fokus dengan pekerjaannya karena teringat Vallerie. Ia cukup senang ketika tadi menemukan sosok Vallerie ditengah kerumunan orang-orang yang hendak masuk kedalam Bar. Takdirkah ini?

Dapat didengar oleh Vallerie deru mobil milik Dru yang mulai meninggalkan rumahnya. Diintipnya melalui jendela dan melihat Dru sudah pergi dari sana ketika sebelumnya ia dapat melihat Dru yang menatap rumahnya dengan tatapan kosong.

"Dru Davidson," gumam Vallerie pelan sambil terus memperhatikan mobil Dru yang semakin menjauh. Memanggil namanya saja Vallerie merasakan tubuhnya meremang. Sedahsyat itu efek dari keberadaan Dru disisinya.

Dipejamkan matanya dan tangan mulai menelusuri tubuhnya sendiri. Merasakan jejak yang masih tertinggal dipermukaan tubuhnya karena ulah Dru semalam. Tanpa sadar, Vallerie melenguh.

'Apa kamu sudah merindukan aku? Rindu sentuhanku ditubuhmu?'

Vallerie langsung membuka matanya. Suara Dru jelas terdengar ditelinga Vallerie. Dicarinya pria itu dengan pencahayaan remang disekitar ruang tamu rumahnya. Namun tentu saja tak ada Dru disana. Jelas lelaki itu sudah pergi beberapa waktu lalu.

"Apa ini hanya halusinasiku saja?" gumam Vallerie. "Tadi dia mintaku untuk memimpikannya. Kehadiran dia dalam hidupku saja sudah menjadi mimpi buruk." Vallerie terus berbicara sendiri. Karena merasa apa yang Dru lakukan padanya adalah hal yang menyebalkan.

Tapi lamunannya langsung buyar ketika ponsel yang berada dalam tasnya berbunyi. Ada nama Chaca dilayar dan Vallerie langsung mengangkatnya.

"Dimana?" tanya wanita itu tanpa tedeng aling-aling. Suara musik yang cukup keras dipadu dengan suara Chaca membuat Vallerie mau tak mau menjauhkan ponselnya sejenak.

"Dirumah."

"Belum tengah malam tapi kamu sudah dirumah. Aku pikir sedang mantap-mantap dengan pria itu."

Ingin rasanya Vallerie melempar benda keras kearah kepala sahabatnya itu dan menyumpal mulutnya supaya bisa menyaring hal yang perlu ia ucapkan pada orang lain terutama padanya. "Tidak. Dia mengantarku pulang. Kenapa isi otakmu tidak jauh-jauh dari hal semacam itu?" cicitnya.

Chaca tergelak mendengar bagaimana Vallerie mendeskripsikannya otaknya yang super jenius itu dengan hal yang ia yakini juga menjadi bayangan Vallerie saat ini. "Dia terlihat tertarik padamu. Karena tidak kembali, aku pikir kan kalian-"

"Aku lelah," potong Vallerie. "Kamu masih di bar kan? Selamat bersenang-senang." Tanpa menunggu respon dari Chaca, Vallerie langsung menutup sambungan telfonnya. Ia sudah malas meladeni segala ocehan Cahca, setidaknya untuk malam ini.

Dru Davidson. Ya, pria itu sudah cukup membuatnya lelah. Lelah hati karena keras kepalanya Dru yang terus mendominasinya.

Ingatan Vallerie melayang pada beberapa waktu yang lalu ketika Alfa datang padanya dan membawa selembar kertas berisi pengumuman dari sebuah perusahaan jika dirinya diterima kerja disana. Vallerie ingat pernah menyimpannya segera berdiri dan mencari draf yang masih ia simpan dikamarnya. Berharap ia akan segera menemukannya dan mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan yang menggantung dalam benaknya.

To Be Continue...