webnovel

Kabur Dari Pengejaran Rohani

Bu Rohani tampaknya sudah menjebakku sejak awal, buktinya dia menatapku dengan seringai yang terlihat menyeramkan, beserta kedua tangannya yang memegang gergaji dan juga pisau untuk memotong daging.

Apa-apaan ini, apa yang mau dia lakukan bisa kutebak. Dia mau melenyakanku dan memotong-motong tubuhku, sepertinya itu yang mau dia lakukan karena kesiapannya sekarang.

Aku bangkit dari duduk dan mataku awas memperhatikan gerakkannya yang harus kubaca sedini mungkin agar bisa menghindar.

"Apa yang mau ibu lakukan? Kenapa jadi bawa-bawa benda tajam begini, Padahal di luar kita tak ada masalah dan Anda juga tak meluapkan keksalan di laur, jadi ini niat Anda membawa saya ke bawah?" tanyaku sekalian menuduhkaan apa yang memang terlintas di otakku dengan perilakuknya yang sangat tak masuk akal.

"Iya, saya akan membuatmu menjadi tumbal yang saya kirimkan, dibanding kamu kembali ke orang-orang palsu yang mau menyakitimu dengan inti masalah yang sama, kan?"

Aku tetap menghindar, karena Bu Rohani sama sekali tak melepas benda tajam itu dan malah membuat gerakkan mengasah satu sama lain, suara gesekan benda tajam yang beradu itu, membuatku merinding dan linu ketika mendengarnya. Aku juga dikuasai ketakutan dan panik.

"Lepas dulu benda tajam itu dan kita bisa bicara pelan-pelan tolonglah jangan semua hal harus diakhhiri dengan pelenyapan nyawa berharga seseorang apalagi saya yang sama sekali tak masuk ke dalam perkumpulan kalian. Segitu teganya Ibu memperlakukan korban yang tak bersalah, harusnya kita saling mendukung!" Aku sengaja berbicara panjang lebar demi membuatnya lupa akan tujuan dia sebenarnya sekarang, jadi aku bisa melarikan diri jika ada keempatan dengan kelalaian yang dia lakukan.

"Sudahlah jangan banyak omong. Kamu akan saya lenyapkan dan darah pertamamu yang mengucur dari sini," dia menunjuk ke arah pisau daging itu, "Akan jadi makanan pertama bagi Nyai yang sudah menunggu sekian lama darah dari perawan suci yang punya keistimewaan. Kamu sudah terpilih dan lakukanlah apa yang kami mau, dibanding kamu di lepas, lalu aliran yang lain mengambilmu, pilih mana? Aku sudah bisasa menjagal apa pun, dan aku jamin kamu tidak akan merasakan kesakitan karena ini akan sangat menyenangkan, tubuhku akan menjadi cantik kembali dan uangku akan bertambah.

Aku tak bisa melarikan dirii jika dia saja tak mau mendengarkanku, dia pasti sudah ditutup mata hatinya itu sampai-sampai aku tak bisa menggoyahkannya. bagaimana ini, hidupku pasti dalam bahaya dan akan menemui ajalku jika tak bisa keluar dari sini.

Bu Rohani hendak memutar dan menangkapku, tapi aku terus menghindar dan terus saja berlari dari kejaranya, hingga dia tak sabar dan wajahnya sampai memerah bak kepiting rebus.

Wanita yang lincah itu malah menaiki melempar meja ke sembarang arah, bahkan hampir mengenaiku. Untung saja aku bisa menghindar, tapi kini kami sudah tak ada penghalang lagi. Sama-sama berdiri saling bersebrangan.

Aku tak ada penghalang dan ketika dia berlari ke arahku, dengan sigap aku menarik kursi dan melemparkannya ke tubuh Bu Rohani.

Seketika wanita itu terjungkal ke belakang.

"Kurang ajar! Kau tak akan bisa melumpuhkanku, wanita sialan!"

Aku tak menyangka, padahal sura jatuhnya dan kursi yang menghantam tubuhnya sangat keras, Aku berpikir itu akan membuatnya pingsan, tapi sekarang aku yang mau pingsan mendapati dirinya yang bangkit kembali dengan cepat, bahkan amarahnya naik jadi menakutkan.

Aku melarikan diri dengan naik ke atas tangga, tenaga terasa terkuras akibat rasa takut ini. Di belakangku Ibu Rohani semakin menggila, dia bahkan meledekku dengan kata-kata yang kupikir menyeramkan, kenapa bisa dia melakukan ini dengan tenang.

'Lari saja, Fira, larilah selagi kau bisa! Ha ha ha!"

Tawanya menggema, seakan menusuk kupingku yang kian lelah berlari, entah mengapa rumah ini jadi mirip labirin karena lampu yang cenderung tak berfungsi dengan benar, aku tak bisa menatap apapun dengan jelas, seakan semua sudah rencananya.

Ketika aku melihat sebuah lampu yang ada di atas nakas, aku segera mengambilnya dan menariknya aggar kabelnya tercabut juga, tanpa pikir panjang kulemparkan ke belakang, aku melihat Bu Rohani terkena sedikit di bagian kepala, dan dia kembali jatuh terduduk sembari mengerang, pisau yang dia pegang terlempar cukup jauh, sedangkan gergajinya masih dia pegang dengan erat.

Melihat hal itu adalah kesempatanku untuk merebut salah satu senjata tajam miliknya agar aku bisa melawan pergerakannya barang sedikit, meskipun pada dasarnya aku tak akan sanggup melukai wanita itu, ya, sepertinya aku tak akan bisa karena aku memang tak pernah melukai manusia dengan benda tajam ini!

'Berengsek, perempuan sialan! Kau pikir bisa melawanku begitu saja!"

Aku bisa melihat secara remang-remang kalau Bu Rohani memegangi kepalanya sebelah kanan, di tangan yang bebas setelah pisaunya terlepas, aku gemetar ketika meraih pisau daging itu Rasanya seringkupakai untuk memotong daging atau ayam, tetapi aku tak tahu jika mempergunakannya untuk membela diri.

Ketika wanita menyeramkan itu akhirnya bisa kembali bangkit dengan kekuatan yang super itu, aku mengacungkan pisau yang kupegang dengan dua tangan, aku mengayunkan demi membuatnya takut, tetapi ini adalah kebodohanku yang kesekian kali, dia sendiri nyatanya memegang yang lebih berbahaya, yaitu gergaji yang tampaknya tadi saat pertama terlihat tipis, itu berarti sangat tajam, bisa mengoyak kulit seseorang.

"Jangan macam-macam! Saya bisa melakukannya persis seperti yang Anda lakukan. Jangan pernah berani mendekat, atau ...."

"Atau apa?" potong Bu Rohani, dia berkata sambil diselingi rintihan kesakitan, sepertinya dia sedang tak baik-baik saja, apa yang kulakaukan tadi berhasil.

"Saya akan melenyapkan Anda juga, agar tak ada lagi korban yang dilenyapkan hanya demi tujuan kalian semua makhluk rakus dan tak berperasaan, meraup kekayaan dengan cara bejat dan jahat! Saya akan membuat kalian semua menutup mata!"

Aku merasa bangga terhadap diri sendiri bisa mengatakan apa yang terlintas di otakku di tengah rasa takut yang memuncak.

Bu Rohani terus berjalan dan dia tak gentar sedikit pun dengan ancaman yang kukatakan ini, apa yang mesti kulakukan jika dia tak kunjung menyerah sedangkan aku tak bisa melihat ke mana dia akan melangkah, dan di mana pintu keluarnya, kenapa tak kunjung kutemui padahal kkuberjalan sesuai yang kuingat tadi.

"Kamu hanya bocah ingusan yang tak tahu apa-apa Fira, bahkan rahasia terbesarmu itu tak kunjung terbuka meskipun kamu berlari menjauh dari Fadil, kamu hanya akan menjadi alat di manapun kamu berada, bahkan di tangan sahabatmu Gina, kamu akan menjadi tamengnya saja dalam berselingkuh dengan orang yang tak pernah terpikirkan olehmu!"

Aku terdiam sesaat, oke, sudah mulai lagi rahasia yang terkuak, kalau orang terdekatku tak banyak, dan lagi Ginal dengan siapa dia mendua, dan kenapa dia menggunakanku untuk menutupi kenakalannya. Lalu siapa orang terdekatku lselain Mas Fadil, Gina dan juga, Mamah.

Jangan-jangan orang itu Mamah?