webnovel

Dream, Hope, and Love

Indira seorang gadis yatim piatu. Yang tak sengaja bertemu dengan Aditya Hadinata, seorang pengusaha kaya raya pemilik beberapa perusahaan besar di seluruh indonesia. Dengan pertemuan tidak sengaja itu merubah perasaan keduanya menjadi cinta. Karena himpitan hidup, Indira pun mau di ajak Aditya yang mulai menyukainya menikah. Awalnya indira mau menikah dengan Aditya hanya karena materi semata. Tapi lama kelamaan, berkat kasih sayang tulus dan cinta Aditya, Indira pun mulai menyukai pria itu. Bahkan dia pun tak ingin kehilangan pria itu walau sedetik saja.

Sholeh_Ida · History
Not enough ratings
7 Chs

3. Apa Ada yg Salah

Sesampainya di rumah Aditya. Para pelayan pun di buat kaget setengah mati saat melihat tuannya pulang dengan seorang gadis dalam gendongannya.

" Ambilkan air buat kompres." seru Aditya kepada pelayan disana.

Salah satu pelayan disana pun dengan cepat mengambil apa yg di minta tuannya tadi. Sementara Aditya membawa Indira ke sebuah kamar tamu yg ada di rumah itu.

Aditya meletakkan gadis itu di ranjang tempat tidur. Tak lama kemudian seorang pelayan pun datang membawa baskom berisi air hangat untuk mengompres gadis yg di bawa pulang oleh tuannya itu.

" Ganti pakaian dia dengan pakaian bersih." perintah Aditya.

Pelayan disana pun menurut saja dengan apa yg di perintahkan tuannya itu. Aditya keluar dari kamar tersebut menuju kamarnya sendiri yg bersebelahan dengan kamar tempat Indira sekarang tidur.

" Telepon Alvian untuk segera kemari." seru Aditya kepada salah seorang pelayan sebelum dia memasuki kamarnya.

Tak lama kemudian, Alvian selaku assisten pribadi nya pun sampai di rumah besar milik tuannya tersebut.

Tokk .. Tookk ... Tookkk

Alvian mengetuk pintu kamar tuannya.

" Masuk lah." perintah Aditya. Alvian pun membuka kamar tersebut dan masuk ke dalam kamar itu. Terlihat Aditya tengah berdiri di depan cermin besar yg ada di kamar tersebut.

" Saya dengar anda membawa seorang perempuan tuan." tanya Alvian saat berada di samping Aditya.

" Yah benar. Dia ada di kamar tamu." jawab Aditya santai. Alvian begitu terkesiap mendengar ucapan dari tuannya itu. Baru pertama kali ini tuannya pulang dengan membawa seorang perempuan.

" Apa?!. Kamu jangan salah paham dulu. Dia bukan kekasih ku. Tadi aku melihatnya akan melakukan bunuh diri di jembatan. Lalu aku menolongnya. Dan dia tiba - tiba pingsan. Aku bawa pulang saja. Karena aku tidak tau rumah perempuan tersebut." jelas Aditya kepada assisten nya itu. Alvian hanya mengangguk mengiyakan saja.

" Lalu apa yg harus saya lakukan tuan?." tanya Alvian. Dia tau, tuannya tidak akan memanggilnya jika tidak ada yg perlu di lakukan olehnya.

" Cari tau tentang gadis itu. Alamat rumah, orang tua, pendidikan, pokoknya semua. Aku ingi tau kenapa dia sangat ingin mengakhiri hidupnya tadi. Jangan sampai ada yg terlewatkan." jelas Aditya sambil memberikan dompet yg diambil dari dalam tas Indira.

" Baik tuan. Akan saya kabari secepat mungkin." jawab Alvian lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Aditya menghela nafasnya secara kasar. Pikirannya begitu terganggu akan gadis itu. Apalagi tadi, kenapa dia bisa langsung memeluk tubuh wanita yg tidak di kenalnya itu dengan begitu saja. Dan lagi, wajah wanita itu saat menangis begitu terngiang - ngiang dalam pelupuk matanya. Belum pernah dia merasakan hal seperti ini.

" Siapa dia?. Berani nya membuatku seperti ini." dengus Aditya kesal lalu beranjak menuju kamar mandi yg ada di kamar itu untuk mengganti pakaian nya.

Sementara indira masih belum tersadar dari pingsannya. Dua orang pelayan menjaganya dengan sangat hati - hati. Gadis itu pun mengigau memanggil nama ibu dan ayah nya. Keringat dingin pun mengalir dari keningnya. Pelayan disana pun mengusap kening tersebut dengan lembut dan hati - hati.

Setelah berganti pakaian Aditya pun menuju kamar yg di tempati Indira.

" Bagaimana keadaannya?. Apa dia sudah sadar?." tanya Aditya saat memasuki kamar tersebut.

" Belum tuan. Nona ini masih belum sadar. Dia terus mengigau memanggil nama ibu dan ayah nya." terang seorang pelayan disana.

Aditya mendekat ke arah gadis itu yg terlelap. Di pegangnya dahi perempuan itu. Badannya sedikit demam.

" Biarkan dia istirahat. Kalian pergi lah istirahat." tukas Aditya.

Para pelayan disana pun pamit dari kamar tersebut.

*****

Keesokan paginya. Matahari bersinar terang menembus jendela kamar yg di biarkan terbuka dari semalam itu. Indira mengerutkan dahinya karena wajahnya terkena sinar matahari yg masuk ke dalam kamar tersebut. Perlahan matanya mulai terbuka dan dia pun mulai mengerjap perlahan.

" Auuuwww kepalaku sakit sekali." desisnya sambil memegangi kepalanya itu. Dia melihat sekeliling kamar tersebut.

" Dimana ini." tanya nya lirih dengan bingung. Dia menoleh ke segala penjuru arah. Tempat ini begitu asing baginya.

" Aku ada dimana ini?." gumamnya lalu turun dari atas tempat tidur. Dia berjalan ke arah jendela kamar yg besar dan terbuka itu. Dia melihat keluar jendela.

" Sudah bangun rupa nya." seru Aditya saat membuka pintu kamar tersebut.

Indira langsung menoleh begitu terdengar suara dari arah belakangnya. Aditya berjalan mendekati gadis itu berdiri.

" Anda kan tuan yg semalam menarik ku." indira mengingat - ingat kejadian semalam kembali.

" Ini dimana tuan?." tanya nya sedikit takut.

" Kamu pikir ini ada di surga, hah. Ya di rumah ku lah." jawab Aditya kepada nya.

" Tuan membawa ku kemari?." tanya nya bingung. Aditya hanya diam menatap wajah perempuan itu.

Dia sudah tau semua mengenai gadis yg ada di depannya ini. Tadi pagi - pagi sekali Alvian sudah datang membawa semua berita tentang gadis ini.

" Indira Larasati. Lahir pada tanggal 6 juni 1993. Dari pasangan Indra setiawan dan Amirah Purba. Ayah ibu mu sudah meninggal 2 tahun yg lalu karena kecelakaan dan kau baru saja kehilangan pekerjaan di salah satu toko kosmetik. Dan kau bingung karena tak punya pekerjaan karena harus melunasi semua hutang - hutang yg di tinggalkan orang tua mu. Kau tinggal dengan paman dan bibi mu. Tapi mereka malah mengusirmu dan menjual rumah peninggalan orang tua mu." jelas Aditya secara rinci seperti informasi yg di berikan oleh Alvian tadi pagi.

Indira begitu terkejut mendengar penjelasan lelaki di hadapannya ini dengan sangat benar dan sangat rinci dan detail.

" Ba .. Bagaimana tuan tau semua tentang itu?. Siapa tuan ini sebenarnya?. Mau apa tuan kepadaku?." tanya Indira yg ketakutan karena semua tentang hidupnya di ketahui oleh lelaki yg menolongnya dari percobaan bunuh dirinya semalam.

Aditya berjalan maju menghampiri indira. Tapi perempuan itu berjalan mundur seirama dengan langkah maju Aditya.

" Tuan mau apa?. Jangan berbuat macam - macam. Kalau gk aku akan teriak." seru indira ketakutan.

" Kau mau teriak di rumah ku sendiri?. Teriak lah. Teriak lah sekeras yg kau mau. Tidak akan ada yg mendengarnya disini." jelas Aditya.

Indira terjebak di ujung dinding kamar tersebut. Sudah tidak ada lagi tempat untuknya menghindar.

" Tuan jangan tuan. Jangan. Ku mohon jangan." tukas indira memohon.

Aditya berdiri di depannya lalu dia tatapnya wanita itu dengan seksama.

" Tidak ada yg menarik. Hanya gadis biasa. Tapi kenapa aku di buat tidak bisa tidur olehnya. Perasaan ku campur aduk saat melihat nya." gumamnya dalam hati.

" Memang apa yg akan aku lakukan kepadamu. Kamu itu bukan selera ku. Dasar gadis bodoh. Jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi. Kalau kau melakukan hal seperti itu lagi, lakukan di tempat yg tak bisa di lihat oleh ku." ujar Aditya sambil memegang dahi perempuan itu dengan telunjuknya.

Indira masih terdiam mendengar ucapan lelaki itu.

" Cepat mandi dan ganti baju mu. Aku tunggu kau di bawah. Gk pakai lama. 20 menit dari sekarang." tukas Aditya menyerahkan paper bag berisi baju untuk wanita itu lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Indira pun dengan tergesa - gesa langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menyegarkan tubuhnya di sana.

Aditya duduk di meja makan sambil menikmati sarapan pagi seperti biasa. Indira yg sudah selesai mandi dan berganti pakaian pun turun dari kamar yg ada di lantai dua menghampirinya yg sedang berada di meja makan.

Seorang pelayan tersenyum kepadanya dan menarik salah satu kursi yg ada disamping tuannya itu. Indira pun duduk di sana. Terlihat begitu banyak hidangan tersaji di atas meja makan. Dia menelan air liur nya karena begitu tergoda dengan aneka makanan itu. Hampir semua makanan yg ada disana belum pernah dia rasakan seumur hidupnya.

Aditya memperhatikan gadis di sebelahnya yg tampak kebingungan dengan menu makanan yg ada disana.

" Makan lah. Kenapa diam saja?." seru Aditya.

" Aku juga ingin makan tuan. Tapi aku bingung mau makan yg mana. Hidangan ini sungguh sangat banyak. Dan aku belum pernah makan semua makanan ini." jelas indira polos.

Aditya tersenyum simpul mendengar penuturan gadis di samping nya ini.

" Indira. Makan lah apa pun yg ingin kamu makan. Kamu boleh menghabiskan semua ini." seru Aditya.

Mendengar itu, gadis itu pun tersenyum senang. Lalu mengambil beberapa makanan yg ada di atas meja dan memakannya dengan begitu lahap.

" Pelan - pelan saja. Kamu itu seperti tidak makan setahun saja." cibir Aditya sambil mengusap bibir perempuan itu yg belepotan.

" Maaf tuan. Aku begitu lapar. Seharian kemarin aku belum makan soalnya. Karena aku tidak punya uang untuk membeli makanan." sahut perempuan itu dengan begitu polosnya.

Aditya terenyuh mendengar ucapan perempuan itu. Dia pun sering membuang - buang makanan dengan seenaknya. Dan ini ada orang yg belum makan dari kemarin.

" Panggil aku Aditya. Gk usah pakai tuan. Karena aku tidak setua itu. Kita hanya selisih umur 4 tahun saja." ujar Aditya kepada gadis itu.

" Baiklah. Kalau begitu tuan eehh maksudku kak Aditya juga panggil aku Dira. Aku biasa di panggil Dira oleh orang terdekat ku." jelas wanita itu.

" Baiklah Dira." tukas Aditya lalu tersenyum dan melanjutkan makan kembali.

Mereka berdua pun sarapan dengan tenang. Di sela - sela makan, Dira menatap sekeliling sambil menoleh kesana kemari seperti mencari sesuatu.

" Kak Adit, kakak tinggal di rumah sebesar ini sendirian. Orang tua kakak kemana?. Apa mereka tinggal di tempat lain." tanya Dira sambil mengunyah makanan yg ada di mulutnya.

Aditya menghentikan makan nya. Dia menatap wajah Dira dengan seksama. Dira yg di tatap begitu oleh Aditya pun langsung canggung tak karuan.

" Orang tua ku sudah tiada saat aku masih kecil. Aku sama seperti mu. Tak memiliki orang tua lagi." jawab Aditya dengan santai.

" Maaf kak Adit. Aku gk tau. Maaf membuatmu bersedih." tukas Dira tak enak.

" It's okay, no problem. Memang begitu adanya. Kejadian nya pun sudah lama sekali. Habiskan makanan mu." seru Aditya lalu beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

" Kak Adit." panggil Dira.

Aditya pun menoleh ke arah wanita itu.

" Terima kasih telah menolongku." seru wanita itu sambil tersenyum dengan sangat manis. Aditya sampai tertegun melihat senyum gadis itu.

" Eheeemm ..." Aditya tersadar dari lamunannya dan berdehem sebentar lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan.

" Apa itu tadi?. Kenapa dia tersenyum begitu manis seperti itu?. Dan ini lagi. Kenapa jantungku berdetak begitu kencang?. Apa aku sedang tidak enak badan." gumam Aditya dalam hati sambil sesekali memegang dahi dan lehernya untuk mengecek suhu tubuhnya itu.