webnovel

Dosen Amnesiaku

Mikha seorang siswi kampus jurusan teknik informatika bertemu dengan seorang dosen yang mengajar di jurusan akuntansi. Awalan yang hanya sebatas sahabat kini beralih menjadi seorang kekasih. Namun siapa yang menduga mereka akan mengalami banyak kejadian di masa lalu? Dari mulai orang-orang yang mengenal Ali si dosen hingga insiden yang dialaminya masa lalu. "Pak! saya menemukan informasi mengenai Aarav Alkatiri," ujar Mikha. "Apa yang kamu temukan? kita harus mencari informasi terkait Aarav Alkatiri karena itu berurusan dengan saya," jawab Ali. "Saya mendapat alamat rumah Aarav Alkatiri di Indonesia! barangkali saja kita bisa mendapatkan informasi lebih lanjut disana!" ucap Mikha. "Ya sudah, ayo kesana!" ajak Ali. Bagaimana ceritanya? apakah mereka berdua bisa memecahkan teka-teki ini?

Cherin_Kauma · Teen
Not enough ratings
309 Chs

Ali, kenapa?

Ali dan Mikha menatap kearah Natasha yang berteriak. Setelah itu Natasha mendekati Mikha dan bicara dengan Mikha.

"Mikha, kenapa kamu diam saja? ayo snorkeling lagi. Bagus banget tahu pemandangannya, masa cuma sebentar kita snorkeling," ajak Natasha.

"Iya bentar, gw lagi ngomong sebentar sama Ali," jelas Mikha.

"Oh begitu, ya sudah ajak dia juga lah. Pak Ali, ayo kita...." Natasha menatap wajah Ali. Ia terkejut melihat wajah Ali yang pucat seperti mayat hidup.

"Mikha, Ali kenapa?" bisik Natasha.

"Makanya lo mending lanjut snorkeling nya dan gw bicara sama Ali," jawab Mikha.

Setelah itu Natasha menuruti perintah Mikha. Iapun kembali melanjutkan snorkeling dan pergi meninggalkan mereka.

"Kalau kamu tidak apa-apa, kita lanjutkan saja snorkeling nya," ujar Mikha.

"Ya ayo kita lanjutkan," jawab Ali.

Setelah itu mereka berdua snorkeling bersama. Mikha terus berada di samping Ali karena takut terjadi sesuatu.

Lalu mereka melihat begitu banyak keindahan sampai-sampai Mikha terpisah dengan Ali karena ia sibuk mengabadikan momen tersebut.

Sedangkan Ali kembali lanjut berenang dan menjelajahi keindahan laut.

Namun tiba-tiba...

Terdengar suara yang begitu keras, tetapi sepertinya yang mendengar hanyalah Ali karena yang lain terlihat biasa saja.

Lalu sakit di kepala semakin dirasakan oleh Ali. Penglihatannya sudah mulai buram. Mikha masih belum sadar akan tingkah aneh Ali, tetapi Malik menyadarinya dan dengan sigap langsung berenang mengarah Ali.

Namun terlambat, Ali sudah keburu tak sadarkan diri. Saat Malik berenang dengan cepat melewati Mikha dan teman-teman, Mikha langsung menghadap kebelakang dan melihat Ali yang tak bergerak.

Semua langsung buru-buru berenang mengarah Ali lalu membantu Malik membawa Ali keatas permukaan air.

Saat diatas permukaan air...

"Nina, bantu lepasin Tripod Mount Sport Cam punya Ali, aku yang lepasin Scuba Diving Mask nya," teriak Mikha dengan wajah khawatir.

"Sudah, kalian tidak perlu panik. Bantu saya bawa Ali ke perahu saja," jawab Malik.

Malik, Mikha, Nina, Natasha dan orang yang mengendarai perahu membawa Ali naik keatas perahu. Setelah itu mereka ber sepuluh naik keatas perahu dan perahu tersebut kembali berlayar.

"Pak Malik, bu Mira. Ali kenapa? apakah dia punya sakit?" tanya Mikha.

"Tidak tahu, nak. Selama ini Ali baik-baik saja," jawab Mira.

"Terus dia kenapa coba? apa dipatuk ular laut?" curiga Rose.

"Eh memang ada yang ular laut disana?" tanya lugu Alifah.

"Setiap laut ya ada ular nya," jelas Lirna.

"Masa lo gak tahu sih, lif?" saut Natasha.

"Kalian jangan ribut yang gak penting deh! lebih baik cari solusi yang lebih penting gitu," bentak Nina.

Mikha menatapi Ali yang tak sadarkan diri disampingnya. Matanya terlihat berkaca-kaca tetapi ia berusaha menutupinya.

***

Dua puluh menit kemudian...

Mereka sampai di pulau Harapan. Setelah itu Mikha, Malik, dan Nina memapah Ali menuju tempat penginapan yang telah dipesan. Tetapi pada saat Mikha tak sengaja menatap kepala belakang Ali, ia seketika berteriak hingga membuat semuanya terkejut.

"Nak Mikha, kamu kenapa?" tanya Mira.

Malik dan Nina sempat terhenti saat Mikha berteriak.

"I.. itu bu! kepalanya Ali, lihat!" ucap Mikha sembari menunjuk.

Mira menatap kearah kepala Ali dan iapun ikut terkejut.

"Astaghfirullah, mas. Cepat bawa Ali!" perintah Mira.

Setelah itu Malik dan Nina kembali berjalan sembari memapah Ali yang dibantu oleh Mikha. Tak lama, mereka sampai ditempat penginapan. Mereka bertiga langsung masuk kedalam salah satu kamar setelah itu Malik menidurkan Ali diatas ranjang.

"Mikha! coba cari kotak P3K, sekarang!" bentak Mikha.

"Siap, pak!" Mikha pun mencari kotak P3K disana sesuai perintah Malik.

"Dan kamu Nina, kamu coba ambil tas saya yang bentuknya kaya kotak P3K dikamar sebelah kanan!" perintah Malik.

Setelah itu Nina mengambil tas milik Malik sesuai yang diperintahkan oleh Malik. Tak lama Mikha dan Nina kembali diwaktu yang bersamaan, mereka berdua langsung memberikan barang-barang tersebut ke Malik.

"Ini kotak P3K nya," ucap Mikha.

Malik mengambil kotak P3K serta tasnya, ia meletakkan barang-barang tersebut disampingnya.

"Nah untuk sekarang, lebih baik kalian keluar dari sini, ya? kalian ganti baju serta bersantai bersama yang lain, oke?" ujar Malik.

"Baik kalau begitu, ayo Mikha," Nina menarik keluar Mikha dari kamar tersebut. Setelah itu ia menutup pintu kamarnya dan Malik mulai mengobati Ali.

***

Dua jam kemudian...

Terlihat, Mikha berjalan kesana-kesini selama beberapa kali karena ia sangat khawatir akan kondisi Ali. Sudah dua jam berlalu tetapi Ali belum sadar juga.

Untuk penginapannya sendiri, Malik yang memilih. Ia memilih penginapan yang besar yakni Homestay Baronang yang tingkat dua. Sehingga bisa menampung sepuluh orang lebih tetapi mereka hanya sepuluh orang yang datang.

"Mikha, sabar. Pasti Ali baik-baik saja!" ucap Lirna.

"Daripada lo kaya setrikaan yang mondar-mandir aja, mendingan kita main pasir di pantai ya. Buat istana pasir, kan seru," usul Alifah.

"Astaghfirullah deh Alifah! lo itu udah gede, masa masih suka buat istana pasir. Mending kita ngubur diri di pasir gitu," saut Rose.

"Ah! gak Alifah, gak Rose, berisik banget! gak ada usul yang bermutu. Yang satu kaya anak kecil, yang satu kaya orang udah mati. Nih ngasih ide tuh misalnya minum es kelapa didekat pantai, gitu!" bentak Natasha.

"Atau gak kita mancing aja, seru kan? terus pulangnya minum es kelapa sembari bersantai dipinggiran pulau," saut Nina sepontan.

"Ide yang bagus! ayo kita mancing!" ajak Rose.

Setelah itu mereka bersiap-siap untuk memancing ikan di laut. Tetapi Mikha terlihat membiarkannya saja dan memilih untuk tidak ikut. Tapi Nina mencoba mengajaknya agar ikut memancing.

"Mikha, ayo mancing ikan! seru loh, jangan sedih mulu. Yakin deh kalau misalnya Ali akan baik-baik saja, lagipula ada pak Malik, bu Mira dan Tante Angelina disini. Jadi mendingan kita liburan yuk," ajak Nina.

"Enggak ah Nin, gw mau disini aja," tolak Mikha.

"Ayo Mikha, masa lo begitu sih sama kita," rayu Natasha.

"Iya Mikha, masa lo sudah berubah? kita bersahabat sudah tiga tahunan loh," ucap Rose.

"Ayo kita mancing, Mikha," ajak Lirna.

"Iya, bosen tahu nunggu disini," saut Alifah.

"Hummmm... ya sudah! gw ikut, tapi jangan lama-lama," ujar Mikha.

"Iya-iya, ayo," Lirna menarik tangan Mikha keluar dari tempat penginapan tersebut.

Namun sampai didepan pintu...

"Mikha?" terdengar suara seperti Ali.

Sontak saja, mereka berenam langsung berhenti dan menatap kearah belakangnya. Dan benar saja bahwa itu adalah Ali.

"Akhirnya dia sadar juga," ucap Alifah sepontan.

"Iya, tadi kita semua khawatir tahu, pak Ali," jelas Rose.

"Kalau boleh tahu, bapak punya sakit kah?" tanya Nina.

"Iya, apakah bapak punya sakit? soalnya kepala bapak berdarah. Atau terbentur sesuatu?" tanya Natasha.

"Kami benar-benar panik tadi, apalagi Mikha," celetuk Lirna.

"Oh, tidak. Saya tidak memiliki penyakit apapun, mungkin terbentur sesuatu yang keras," jelas Ali.

"Ali, kamu benar baik-baik saja kan?" tanya khawatir Mikha sembari berjalan kearah Ali.

"Iya, aku baik-baik saja, Mikha. Hmm, tadi saya sempat dengar bahwa kalian ingin memancing ikan, apakah benar?" tanya Ali.

"Iya pak, benar! kita mau mancing ikan!" saut Rose.