webnovel

PERNIKAHAN RAFKA DAN ZAKIYA

Malam panjang nan melelahkan bagi Rafka dan Zakiya pun tiba. Resepsi pernikahan yang diadakan di ballroom hotel bintang lima itu akan segera di mulai. Rafka dan Zakiya seperti Raja dan Ratu semalam. Rafka tampak gagah dengan balutan setelan jas berwarna abutua dan Zakiya dengan gaun berwarna marun. Dekorasi gedung yang bernuansa pink putih dengan bunga-bunga berwarna pink dan putih menambah romantisme di acara mereka berdua.

Semua tamu undangan termasuk para tamu undangan dan para saudara berdatangan untuk mengucapkan selamat.

Kali ini ada yang berbeda. Karena keluarga Abidzar datang tanpa Azzam.

"Om, Kak Azzam tidak ikut?" tanya Hana yang kini duduk bersama anggota keluarga yang lain di ruang VIP. Sedangkan Arka dan Yumna mendampingi Rafka di atas panggung.

"Tidak, Han. Katanya ada urusan." jawab Abidzar.

"Oh sayang sekali ya, Om."

Abidzar dan Salma terdiam. Mereka ingat kejadian satu jam yang lalu dan membuat mereka bertengkar dengan Azzam.

Flashback ON

Setelah salat maghrib keluarga Abidzar sudah siap semua. Termasuk Shafiyya dan Azzam. Abi berharap Azzam memikirkan nasehatnya tadi siang. Dan memutuskan hubungan dengan Kinan.

"Kak Azzam mau ke hotel duluan?" tanya Shafiyya saat melihat Azzam membawa kunci mobil dan tampak terburu-buru.

"Aku tidak ikut ke hotel, Shaf. Tolong sampaikan pada Papa dan Mama aku tidak bisa ikut. Ada urusan lain." ucap Azzam buru-buru.

"Mau kemana kamu, Zam?" tanya Abi saat turun dari tangga.

"Mau keluar Pah. Maaf aku tidak bisa ikut ke acara Rafka. Aku ada urusan."

"Dengan Kinan?"

"Bukan. Uruaan yang lain." jawab Azzam.

"Yang bisa membuatmu berbohong adalah Kinan. Jadi sudah pasti kamu akan menemui Kinan kan? mau kemana kalian?"

"Bukan urusan Papa."

"Sejak kamu kuliah di London, sikapmu jadi tidak karuan, Zam. Benar-benar tidak tahu sopan santun, sering bohong dan pergaulanmu dengan wanita sangat kelewat batas." Abi menatap tajam putranya.

"Papa ini bisa tidak, tidak marah-marah? aku capek Pah. Aku sudah besar. Sudah berhak menentukan hidupku sendiri. Aku tidak suka diatur-atur."

"Oh iya? begitu rupanya. Tidak mau diatur? bahkan aturan agama saja kamu tidak mau patuh. Apalagi aturan dari Papa. Papa menyesal menyekolahkan kamu ke London."

"Tapi setengahnya aku dapat dari beasiswa Pah. Bukan sepenuhnya uang Papa."

"Oh begitu rupanya. Main itung-itungan kamu sekarang? Pokoknya Papa tidak akan merestui hubunganmu dengan Kinan. Hanya di depan kita saja berlaku sopan dan sholehah. Tapi di belakang kita? dia hanya takut dengan manusia. Tidak takut pada Allah. Begitu wanita yang akan kamu ajak berumah tangga seumur hidup? yakin dia bisa jadi ibu dari anak-anakmu?" bentak Abi. Karena saking kesalnya pada Azzam.

"Terserah apa kata Papa. Yang jelas aku mencintai Kinan dan hanya akan menikah dengannya."

"Kamu benar-benar dibutakan oleh cinta, Zam. Lihat saja nanti. Kamu pasti akan menyesal menikah dengan wanita seperti itu."

Salma hanya bisa diam mendengarkan suami dan anaknya bertengkar. Sebagai ibu, dia yang sangat merasa bersalah. Karena merasa telah lalai mendidik Azzam menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Masalah Sellia dia belum mau mengaku. Sekarang ditambah Kinan yang sudah jelas bukan wanita baik-baik.

"Pa, sudah biarkan saja dia melakukan apa yang dia inginkan. Mama pusing mendengar bantahannya. Kita doakan saja semoga Allah membuka pintu hati anak ini." Salma menyerah. Hanya doa yang bisa dia panjatkan. Azzam benar-benar telah berubah. Bukan laki Azzam anak laki-lakinya yang cerdas, dan selalu membanggakan dia ketika masih sekolah dulu. Salma menyadari mungkin dia waktu itu terlalu yakin kalau anaknya bisa dipercaya. Sehingga dia selalu yakin Azzam tidak akan melakukan kesalahan.

Abi dan Salma akhirnya menyerah. Mereka membiarkan Azzam pergi menemui Kinan.

Flashback Off

"Pa, disuruh Om Rafka foto di atas. Dipanggil dari tadi tidak dengar ya?" tegur Shafiyya. Membuat Abi tersentak.

"Oh ya Nak. Maaf ya." Abi berdiri. Mereka hanya bertiga kali ini tanpa Azzam. Dari tadi mereka ditanya sana-sini kenapa tidak ada Azzam. Karena ini adalah pernikahan sepupunya. Abi hanya tersenyum. Begitu berat beban seorang ayah pada anak-anaknya. Abi sekarang sadar. Mendidik anak itu tidak mudah.

Para keluarga besar Abi dan Arka berfoto bersama. Meski tanpa Azzam, semuanya berjalan dengan lancar. Dan satu hal yang membuat malam itu terasa berbeda adalah Darren dan Renata harus meninggalkan panggungg saat keluarga Abi berfoto bersama. Itu juga atas saran Arka.

"Sayang, kenapa sih setiap ada keluarga Om Abi, Papi ngajak Mami menjauh?" tanya Rafka yang memang belum tahu tentang masalalu Abi dan Renata.

"Aku tidak tahu, Kak. Mungkin kebetulan Papi memang mau ngajak Mami menjauh aja. Karena Mami kan kadang suka berubah moodnya kalau suasananya ramai. Jadi Papi harus sering-sering mengajaknya bicara dan menghirup udara luar untuk menenangkan pikiran Mami. Maaf ya Kak."

"Tidak apa-apa sayang. Aku mengerti koq. Yang penting Mami selalu sehat dan tidak sakit lagi.

"Makasih Kak Rafka. Kakak begitu baik sama aku dan keluargaku. Mau menerima mereka apa adanya." Zakiya terharu dengan ketulusan Rafka untuk meminangnya. Padahal begitu banyak kekurangan dalam dirinya dan keluarganya. Tapi Rafka sedikitpun tidak pernah mempersoalkan hal itu. Tapi entah dengan satu aib yang ia tutupi sampai saat ini.

Abi sekilas melihat seseorang mirip Renata memakai pakaian yang sama dengan Yumna. Harusnya dari tadi pagi dia penasaran dengan masalah ini. Tapi karena dari tadi dia disibukkan oleh masalah Azzam, membuatnya lupa untuk bertanya pada Rafka. Apa benar ibunya Zakiya itu adalah Renata.

"Ka, aku boleh nanya ga?" tanya Abi. Kebetulan tamu yang memberi ucapan selamat sudah berkurang. Jadi mereka bisa berbincang.

"Boleh Bang. Mau tanya apa?" tanya Arka.

"Kamu ingat Renata, kan?" tanya Abi tiba-tiba.

"Hah?" Arka tentu saja terkejut dengan pertanyaan Abi.

"Iya Renata yang dulu pernah hampir misahin aku sama Salma."

"Iya Bang, kenapa?"

"Dia ibunya Zakiya?" tanya Abi.

"Iya, bang. Mbak Renata menikah dengan Bang Darren detektif yang menyelamatkan abang waktu itu. Lalu mereka punya anak. Zakiya ini anaknya."

"MasyaAllah mereka sudah berubah ternyata. Anaknya saja bercadar. Semua orang bisa berhijrah saat dia mendapat hidayah ya, Ka."

"Iya Bang. Saya bersyukur punya menantu sholehah seperti Zakiya. Tapi ada sesuatu yang terjadi dengan Mbak Renata beberapa tahun silam. Jadi Abang jangan kaget kalau Mbak Renata sekarang seperti agak linglung." ucap Arka. Yang sebenarnya enggan menceritakan masalah ini. Tapi ia pikir kalau Abi tahu keadaan Renata yang sebenarnya, Abi bisa menghindar untuk kebaikan Renata.

"Memangnya apa yang terjadi dengannya? pantas saja pagi tadi aku hampir tidak mengenali. Karena pandangan matanya itu lain dari orang kebanyakan. Banyak senyum tapi matanya kosong."

"Ya begitulah."