Ini adalah kehamilan kedua untuk Zakiya. Meski suaminya tahunya ini adalah kehamilan pertama. Sampai kapan dia menutupi semua ini? Bukankah segala sesuatu yang ditutupi itu hanya akan mendorong untuk melakukan kebohongan? Zakiya terus memikirkan ini setiap hari. Memang harusnya dia bicara pada Rafka agar ke depannya akan terasa mudah. Dia juga tidak pelu takut lagi dengan ancaman Azzam.
Namun Zakiya butuh waktu untuk menyiapkan mentalnya.
"Mbak, nanti tolong bikinin rujak bisa ga ya?" tanya Zakiya pada asisten rumah tangganya. Sejak pulang kuliah tadi, dia merasa sangat lemas dan inginnya hanya makan yang segar dan asam seperti rujak.
"Bisa Bu. Sebentar ya. Ibu tiduran saja kalau kurang enak badan."
"Iya Mbak Yul. Makasih." Zakiya menyelonjorkan kakinya. Dia sekarang begitu dimanja oleh suami dan orang-orang terdekatnya. Bahkan Darren, Papinya sangat bahagia saat Zakiya mengabarinya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com