webnovel

NAMANYA KEVIN

Hiduplah seperti batu karang yang teguh karena sekeras apapun ombak menerjang, batu karang tersebut tetap akan berdiri dengan kokoh

Dari kehidupan ini aku banyak belajar, belajar bagaimana untuk sabar, belajar bagaimana cara menerima kenyataan pahit, dan belajar untuk selalu mengucap syukur. Dengan begini aku tidak lagi merasa kecewa dan putus asa, aku harus tetap semangat dan kuat, karena jalan hidup yang harus aku lalui masih panjang bahkah masih sangat panjang.

Untuk memulai hidup yang baru, aku berusaha sebisa mungkin mendapatkan pekerjaan, berkerja dan membagi waktu untuk sekolah itulah tujuanku saat ini, namun banyak yang menolak ku untuk berkerja karena bagi mereka memperkerjakan orang seperti aku tidaklah mungkin, mereka berpikir jika waktu kerja dibagi untuk bersekolah yang ada malah pekerjaanku tidak maksimal.

Saat itu pukul jam duabelas siang, seperti biasa SMA Tunas Bangsa beristirahat dari rutinitas belajar mengajar, aku yang sedari tadi berkutat dengan mata pelajaran matematika sedikit membuatku stress ditambah biaya hidup yang makin hari makin bertambah, dalam lamunanku aku sering berfikir tidak mungkin aku selalu menyusahkan kedua sahabatku, meskipun mereka sangat baik dan tidak pernah merasa terbebani namun aku makin lama makin tidak nyaman atas kebaikan mereka.

"jangan cemberut begitu, ntar cantiknya tambah ilang" celoteh Angel yang tiba-tiba membagunkan lamunanku.

"hidup gue berat Ngel ditambah lagi dengan PR matematika ini"

"biasanya juga lu senang kan"

"Gea mana ?"

"sakit perut katanya, buru-buru ketoilet"

"mungkin PR matematika yang membuat perutnya sakit"

"hahahah bisa jadi" tanpa sadar kami pun tertawa lepas seakan-akan melupakan pikiran-pikiran yang sedari tadi terus mengiang dikepalaku

"eh Ngel gue pengen kerja ini, ada info gak?" akupun tiba-tiba mengganti topic pembicaraan kami

"lu mau kerja apa?"

"apa kek yang penting halal"

"terus sekolah lu?"

"sekolah sambil kerjalah"

"yang kayak gitu mana ada"

"kayak semacam paruh waktu gitu"

"ehh coba gue pikir-pikir dulu, kayaknya ada deh yang kayak gitu, dulu mbah gue punya anak, sekolah juga karna pengen bantu emaknya jadinya dia kerja gitu, tapi malam Jes"

"yah gak apa-apa malam yang penting bukan wanita panggilan"

"yah bukan sih kayak kerja direstoran gitu, tapi capek katanya"

"gue gak masalahin itu Ngel yang penting gue kerja, tolongin gue dong"

"tapi lu yakin nic ? gak bakal ganggu sekolah lu kan ?"

"gak bakal, percaya ama gue deh"

"oke deh, nanti gue infoin ke lu"

"secepatnya ya"

"sip" pembicaraan kami pun terhenti karena ternyata perut kami perlu diisi dengan sesuatu yang mengenyangkan hingga akhirnya kami berdua memutuskan untuk pergi kekantin sekolah.

Upaya mencari pekerjaanpun tidak sia-sia, berkat bantuan Angel akhirnya akupun bisa berkerja, setelah pulang sekolah aku bisa istirahat sebentar karena restoran dimana tempat aku berkerja bukanya jam enam sore sampai jam sebelas malam dengan begitu aku bisa membagi waktu kapan aku belajar kapan aku harus berkerja. Untuk pertama-tama berkerja memang tidak mudah, aku harus membiasakan diri dengan keadaan direstoran, bagaimana bersosialisasi dengan teman-teman kerja dan melakukan pekerjaan yang sebelumnya belum pernah aku lakukan, namun karena tekat yang bulat aku menjadi terbiasa dengan pekerjaan tersebut dan mulai bisa melakukannya. Dengan hasil jerih payah yang aku lakukan akhirnya aku bisa menyewa kamar kost, ruanganya tidak begitu luas hanya ada satu ruang cukup untuk kasur, lemari, meja belajar dan sedikit ruangan untuk duduk dengan teman-teman sedangkan kamar mandi berada diluar kamar, aku sengaja mengambil kamar ukuran tersebut karena sesuai dengan isi dompetku. Untuk urusan sekolah aku tidak begitu kuatir karena pihak sekolah memberi keringannan untukku, sebagai anak yang pintar dan sering membuat sekolah bangga tentu saja ada kompisasi yang aku dapat.

"Jesica kamu anak yang rajin, giat dan baik lagi, saya bangga jika punya anak seperti kamu" itulah pujian dari ibu karyawan yang berkerja denganku direstoran tersebut

"ibu bisa aja mujinya, tapi terimakasih ya" aku tersenyum membalas ucapan dari ibu itu. Hari itu aku bersemangat sekali berkerja, karena dihari itu juga aku berulang tahun yang kedelapanbelas tepatnya tanggal 18 juli. Apa yang diperintahkan dengan senang hati aku melakukannya, AYO JESICA SEMANGAT aku memberi dorongan untuk diriku sendiri.

"Jesica, kemari" salah satu karyawan memanggilku, akupun langsung menghampirinya

"ada yang bisa saya bantu bu?" aku menawarkan bantuan pada ibu itu

"ini kamu antarkan minuman ini ama anak muda yang dipojok itu" ibu tersebut mengarahkan tangan ke arah pemuda tersebut, aku melihat pemuda itu dari kejauhan, aku heran menatap orang tersebut karena hampir setiap hari dia mampir direstoran ini, yang bikin aku tambah penasaran kenapa setiap mengantar makanan kedia, ibu ini selalu menyuruhku, karena rasa keingintahuanku begitu besar akupun menanyakan perihal itu kepada ibu tersebut.

"bu, kenapa hampir tiap hari pemuda itu mampir kesini ?"

"oh jadi kamu tidak tahu dia ?" tanya ibu itu dengan heran

"iya bu"

"dia tu anak bos kita karena ayahnya buka cabang banyak jadi restoran yang disini dikelola anaknya, cuma karena anaknya itu ugal-ugalan jadi ya gak beres gitu"

"ohhh, tapi kalau gak beres kenapa restoran ini masih bisa berdiri ?"

"itu karena apa-apa dikerjakan ama managernya, kalau dia mah cuma terima beres doank"

"tapi bu kenapa ibu gak pernah mau ngantar makanan ini kedia ?"

"ibu malas aja, gak suka liat tinggkahnya"

Aku terdiam mendengar penjelasan dari ibu itu, memang anaknya sedikit berantakan, tampilan rambutnya yang gondrong sedikit berjambang namun terlihat sangat keren, setiap malam tampa sadar aku terus memperhatikannya, jaket kulit hitam yang dipakainyapun sepertinya tidak pernah dia ganti.

"non ngapa diam" aku terkejut mendengar perkataan ibu itu, "udah antar sana makanannya"

"iya baik bu" akupun langsung mengantarkan makanan itu kepada pemuda tersebut, mungkin karena mendengarkan cerita ibu tadi aku jadi tidak bisa berkonsentrasi memberikan makanan padanya hingga saat mau menyimpan minuman diatas meja tiba-tiba saja air dalam gelas itu tumpah dan membasahi pakaian anak bos itu. Diapun langsung berdiri dari tempat duduknya dan mencoba membersihkan pakaiannya, yang aku lakukan hanya menyesal dan minta maaf

"maaf tuan, aku tidak sengaja" dia hanya menatapku namun tidak berucap apa-apa, aku tidak bisa melihat tatapan wajah itu, aku hanya menunduk bukan karena aku takut tapi aku tidak mau kehilangan pekerjaan hanya karena masalah ini, "maafkan aku tuan" sekali lagi aku mengucapkan kata-kata itu.

"kamu karyawan baru ya ?" tiba-tiba dia bertanya padaku

"iya tuan"

"lain kali hati-hati ya ?" aku pikir dia akan marah dan memecatku, namun dia hanya memberikan teguran ringan kepadaku, setelah berbicara begitu dia kembali duduk dibangkunya, karena bingung harus berbuat apa aku hanya berdiri mematung didepannya.

"ya udah pergi sana, jangan mengganggu pandanganku"

"iya tuan" meski sedikit kesal atas ucapannya tersebut namun aku mencoba menahan diri, biar bagamanpun aku memang salah.

Namanya Kevin, dari gosip yang aku dengar, Kevin anaknya memang berandalan, suka mabuk-mabukan, sering pergi ke club malam dan parahnya lagi gila main perempuan, mungkin karena didikan yang salah dari kedua orangtuanya atau karena pergaulan yang salah aku tidak tahu, namun semenjak kejadian itu aku semakin bertanya-tanya dalam diri sendiri, adakah sedikit cahaya kebaikan dalam diri Kevin.