webnovel

KEHILANGAN ORANG YANG PALING BERHARGA

Kehidupan itu ibarat sebuah roda yang berputar, tidak selamanya hidup kita selalu berada diatas adakalanya hidup kita akan turun kebawah, dan tidak selamanya yang kita punya itu akan selalu menjadi milik kita, karena didunia ini semua hanya bersifat sementara, apa yang sudah TUHAN berikan suatu saat nanti akan TUHAN ambil kembali. Dan hidup itu selalu akan ada masalah yang datang kalau hidup kita selalu berada pada zona yang aman maka kita tidak akan menjadi pribadi yang kuat. Apa yang akan anda lakukan jika suatu hari masalah itu datang dan membuat anda terjatuh ?.

Waktu aku baca pesan singkat yang dikirimkan oleh ibu, rasanya hatiku sangat kesal dibuatnya.

maaf sayang sepertinya hari ini ayah dan ibu tidak bisa hadir, karena ada hal yang harus kita selesaikan dikantor

Sebelumnya kedua orangtuaku sudah berjanji akan menghadiri lomba matematika yang diselenggarakan oleh SMA Tunas Bangsa, lomba itu bertujuan mencari pemenang yng akan mewakili SMA kami ditingkat nasional, aku ingin sekali mereka melihatku memegang tropi kebanggaan para siswa dan sambil berkata wah anakku hebat namun harapan itu pupus sudah karena ketidak hadiran mereka. Aku kecewa untuk pertama kalinya kepada mereka, aku murungkan wajahku sambil ingin membuang handphone yang ada ditangan namun aku mencoba untuk tetap tenang dan stabil sambil sesekali menutup mata dan bicara sama diri sendiri jesika tenang jesika tetap semangat sambil menghela napas panjang. Tanpa aku sadari sedari tadi ibu Ely terus memperhatikan gelagat yang aku buat, dia menghampiriku dan mencoba bertanya.

"ada apa Jesica ? ibu lihat dari tadi kamu terlihat tidak tenang"

"gak apa-apa buk, hanya saja mama dan papa tidak bisa hadir untuk hari ini"

"jadi gara-gara itu yang membuat kamu sangat kesal ?"

Aku cuma menganggukkan kepala pertanda mengiyakan.

"Jesika kamu tidak perlu marah seperti itu kepada mereka, mungkin saja mereka lagi ada halangan dan harus menyelesaikannya sekarang juga" aku hanya terdiam mendengarkan kata demi kata yang disampaikan ibu Ely, sambil memegang kedua tanganku ibu Ely dengan senyum ramahnya melanjutkan kalimat yang belum dia selesaikan "lagian merekakan berkerja untuk kamu juga, jadi jangan sedih oke" aku menetap wajah ibu Ely penuh haru dan mengartikan makna dari senyum tulus itu, dia memang guru yang baik, biasanya guru matematika dikenal guru yang galak dan menakutkan tapi bagi kami termasuk aku bisa membantah bahwa tidak selamnya guru matematika itu menakutkan.

"terimakasih ya buk untuk nasehatnya"

"sama-sama"

"nah sekarang tenangkan diri dulu sebelum ikut lomba, karena jika hati tidak tenang nanti susah jawab kuisnya"

"iya buk"

Menit demi menit pun berlalu tidak terasa waktu dua setengah jam aku dan beberapa teman saling bersaing untuk menjadi yang terbaik disekolah kami, sampai pengumuman dibacakan akhirnya terpilihlah dua orang yang berhak mewakili sekolah kami di tingkat nasional, dengan penuh ucapan syukur aku bisa mewakili sekolah kami bersama Nando anak yang juga cukup cerdas disekolah, perawakannya memang manis kulitnya sawo matang dan untuk menambah bahwa dia pintar adalah kacamata minus yang tidak pernah lepas untuk dipakainya. Aku sangat senang dan sesekali menampakkan senyum diwajahku, ada beberapa teman menghampiriku dan memeberikan selamat tidak kalah juga ibu Ely mengucapkan selamat terhadapku

"wah ibu bangga atas prestasi yang kamu raih saat ini, ibu yakin orangtua kamu pasti sangat bangga terhadapmu" ibu Ely sambil mengulurkan tangannya.

"terima kasih ya buk" sambil meraih tangannya dan menempelkan tangan yang halus dan sedikit keriput itu didahiku, itu aku lakukan bahwa aku sangat menghormati beliau.

"permisi bu" tiba-tiba bapak Tedja (beliau adalah tukang bersih-bersih disekolah kami) dia menghampiri aku dan ibu Ely, terlihat diwajah bapak tersebut bahwa ada hal yang sangat penting unruk disampaikan

"iya, ada apa ya ?" Tanya ibu Ely

"didepan ada kecelakaan hebat bu, mungkin ibu kenal dengan kedua orang tersebut"

"memang ciri-cirinya seperti apa ?"

"mobilnya mercy warna hitam, keliatannya kedua orang tersebut salah satu orang tua murid ibu, menurut saksi, mobil tersebut datang dari arah kanan mau masuk pintu gerbang sekolah kita namun tiba-tiba ada truk melaju dari arah depan dan menghantam mobil tersebut"

"terus ?" Tanya beliau dengan penuh penasaran

"saya kurang tau bu soalnya terlalu ramai orang-orang untuk melihat"

"oke saya coba cek didepan, terima kasih untuk informasinya"

"iya buk" pak Tedja langsung meninggalkan kami dan menghampiri kerumunan yang lain untuk memberikan informasi tersebut.

Aku hanya terdiam mendengar berita yang baru saja saya dengar, ada hal yang sangat mengganggu hatiku namun aku mencoba untuk tidak memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi, sekali lagi aku fokuskan pandanganku terhadap ibu Ely dan beliau juga demikian, entah apa yang beliau pikirkan saat itu apakah pertanyaan dikepalanya sama dengan apa yang aku pertanyakan juga. Karena sangat diluputi rasa penasaran akhirnya aku berlari keluar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Sesampai didepan aku melihat orang-orang berbondong-bondong untuk melihat kejadian tersebut, aku mandekati tempat kejadian tersebut dan aku semakin mendekat, disitu aku melihat dengan jelas mobil yang berwarna hitam itu sudah hancur persis dibagian depan rusak parah, aku terdiam menatapi mobil yang rusak tersebut sambil berbicara dalam hatiku sendiri

"TUHAN semoga ini bukan hal yang aku pikirkan, aku gak kuat menerima kenyataan ini, aku gak kuat TUHAN, aku mengenali mobil ini TUHAN dan aku berharap itu bukan mereka TUHAN"

Dari kejauhan aku melihat Angel dan Gea, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka, merekapun ikut memandang kearahku dengan penuh tatapan belas kasihan, aku berusaha untuk mendekati mereka tapi kakiku susah untuk melangkah, aku jadi takut aku jadi gelisah. Akhirnya aku hanya terdiam memandang mereka saja namun seolah-olah bayangan mereka semakin mendekat dan tiba-tiba tangan mereka menyentuh tubuhku, aku baru sadar ternyata mereka sudah persis ada didepan mataku, aku tangkap tatapan mereka penuh iba.

"Angel, Gea kenapa menangis ?, apa yang terjadi ?"

Mereka hanya menatapku penuh haru, tiba-tiba tangan Angel memegang tanganku "Jesica kamu harus kuat ya" Gea dan Angel langsung memelukku.

Apa yang aku takutkan ternyata terjadi juga, tidak ada yang melarangku untuk teriak, tidak ada yang melarangku menangis, apalagi saat aku melihat tubuh kedua orangtuaku dimasukin kedalam mobil ambulance, aku tidak bisa bicara apa-apa lagi, yang aku ucapkan hanya ayah ibu jangan pergi, jangan tinggalkan aku, aku sendirian, aku takut. Baru beberapa menit yang lalu aku tersenyum dan penuh semangat namun dalam sekejab wajah itu berubah jadi tangis dan airmata. Aku mencoba untuk kuat namun lututku seolah tidak sanggup menopang tubuhku yang lemah, sampai akhirnya pandanganku mulai kabur dan akupun mulai terjatuh bersama dengan airmataku yang jatuh.