56 Sarapan

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Makanan vegetarian yang dibuat oleh Tao Ping tergolong enak.

Dia mencoba sebaik mungkin untuk mempertahankan cita rasa bahan baku dan juga menciptakan rasa yang berbeda dengan mengendalikan suhu minyak yang dia gunakan saat memasaknya. Dengan cara memasak yang cermat dan pengendalian api yang cerdik itu, dia membuat hidangan yang paling umum di Tiongkok, tumis kubis dan kentang yang menggoda.

Ling Ran mencicipi hidangan tumis sayur, semur sayuran, dan sayuran kukus itu. Karena enak, nafsu makannya pun semakin besar, dia lalu makan sup bayam, sup jamur, dan sup rebunng, baru kemudian berbaring di sofa setelah kekenyangan. Dia lalu merilekskan diri, menyetel tv, dan asal mencari channel untuk ditonton.

Dong Sheng duduk bersila di atas sofa dengan tubuh yang tegak, lalu dia tiba-tiba menepuk kepalanya dan berkata: "Oh ya, aku lupa dupanya."

"Dupa?"

"Ya, itu dapat menenangkan jiwa dan pikiranmu. Aku mengumpulkan bahannya di gunung kemudian menambahkan akar angelica." jelas Dong Sheng dengan sungguh-sungguh. "Namun, aku baru saja belajar membuatnya, hasilnya belum tentu bagus…."

"Membuat dengan sepenuh hati saja sudah cukup." Tao Ping duduk di sebelahnya sambil mengusap-usap kepala biksu kecil tersebut.

Dong Sheng lalu berkata: "guru telah berkata bahwa jika ada umat Buddha yang telah memberiku tempat tinggal aku harus menerimanya dengan hati yang saleh dan tidak boleh menganggapnya punya maksud lain."

Dong Sheng berasal dari Kuil Dua Belas Mata Air yang terletak di Gunung Dua Belas mata air di luar kota Yun Hua. perjalanan dari sana kemari memakan waktu tiga jam menggunakan bus, dan merupakan perjalanan yang cukup melelahkan untuk bolak balik. Itulah alasan Tao Ping meminta Dong Sheng untuk bermalam, dan kembali keesokan harinya untuk membawa obatnya.

Ling Jiezhou juga tidak menolak. Di satu sisi, Dong Sheng benar-benar adalah seorang biksu yang lucu. Dia juga seorang anak yang sangat jujur. Di rumah pun juga ada kamar yang cukup untuk tamu bermalam.

Di sisi lain, klinik kecil jauh lebih fleksibel daripada rumah sakit. Selama beberapa puluh tahun, keluarga Ling telah menjalankan Klinik Xia Gou, mereka mengizinkan pelanggan mereka untuk mencicil pembayaran. Dan juga memperbolehkan pelanggan untuk mengirimkan barang berharga sebagai deposit. Beberapa penduduk bahkan membawa furnitur untuk membayar tagihan medis mereka. Keluarga Ling pun tidak punya pilihan selain menerimanya.

Tepat dua tahun akhir ini, Wechat menawarkan sistem pembayaran online. Klinik Xia Gou pun memiliki kode QR sendiri. Hal itu pun mendukung pasien yang ingin bertransaksi dengan kartu kredit.

Ling Jiezhou juga telah bersiap, jika suatu saat nanti bank mulai menerapkan program yang memungkinkan melakukan kredit di tempat, maka dia pun bisa menggunakannya juga, seperti di drama korea .

Tao Ping hanya berpikir pendek, dia hanya senang mengusap-usap kepala Dong Sheng dan berkata: "Kalau begitu, aku juga akan menerima hadiahmu dengan hati yang saleh."

"Aku bahkan juga membuat koreknya sendiri, bisa digunakan untuk membakar dupanya." Dong Sheng merasa kerja kerasnya dihargai, dia pun tersenyum dan terlihat seperti Alaskan Malamute

Tao Ping mengambil peralatan dupanya.

Merupakan sebuah kenikmatan gaya Cina untuk membiarkan asap dupa melayang di ruangan. Dan itu sangat cocok untuk gaya seseorang yang berbudaya. Tao Ping juga akan membakar dupa jika dia sedang tidak ada kegiatan, minum teh, bermain-main dengan barang dagangannya, membaca, atau memangkas tanaman potnya.

Dia biasanya sering membakar sebuah dupa yang terbuat dari kayu hitam. Bentuknya seperti biola kecil. Kebetulan di tempat senarnya ada sedikit lubang. Dia pun membakar dupanya dan menempatkannya secara horizontal.

Tao Ping menyalakan sebatang korek api, setelah apinya stabil, dia perlahan-lahan mengarahkan bagian bawah api ke ujung dupa. Lalu ujung dupa pelan-pelan terbakar. Dengan demikian, dupa bisa perlahan-lahan terbakar dan tidak boros.

"Dupa ini jauh lebih bagus daripada yang biasa aku beli." Tao Ping menghirup aromanya dengan senang,

Ling Ran dan Ling Jiezhou saling pandang, mereka berdua sama-sama tidak paham perbedaannya.

Namun, ini merupakan hal yang biasa terjadi dan tidak perlu dikhawatirkan.

Biksu kecil itu lalu berkata sambil menyatukan tangannya: "Guruku pernah bilang aku berbakat dalam membuat dupa, jika umat Buddha menyukainya, lain kali aku akan membawakan lagi."

"Oke, kamu bisa membawakan aroma-aroma yang lain juga." Tao Ping berkata sambil mengusap-usap kepalanya "Tapi jangan membawa terlalu banyak… aku saja hanya menggunakan satu batang dalam beberapa hari…"

"Oh. baiklah." biksu kecil itu berkata sambil menguap. 

"Sudah saatnya jam tidurmu ya, kembalilah ke kamarmu dan gelar kasurmu sendiri." Tao Ping kali ini tidak bertindak seperti tuan rumah.

Biksu kecil lalu berterima kasih lagi dan kembali ke kamar tamu di lantai dua. Dia lalu mengambil sprei, menggelar spreinya, lalu mengambil bantal…. 

Dia sudah tidak asing lagi dengan kamar tamu Ling Ran.

Hari berikutnya.

Saat Ling Ran baru bangun tidur, dia mendengar suara orang menyapu dari taman, dia lalu menjulurkan kepalanya keluar, dan melihat Dong Sheng yang memakai jubah jubah kecil sedang menyapu dengan giat. Di sebelahnya, juga ada seember baskom air yang digunakan untuk menyiram pasir agar tidak berdebu.

Dong Sheng menggerakkan sapunya yang berukuran sedang, dan menyapu kesana kemari.

Setiap kali dia menginap di rumah Ling Ran, dia pasti akan bersih-bersih keesokan harinya, seperti menyapu, mengelap pagar, dan kusen pintu, seperti yang dia sering lakukan di Kuil Dua Belas Mata Air.

Ling Ran turun ke bawah setelah cuci muka dan berkumur. Dia mengusap-usap kepala biksu kecil sebelum pergi membeli cakue dan tahwa di toko makanan dalam gang. Setelah dia kembali dengan cakuenya, dia berteriak memanggil Dong Sheng untuk makan, cara memanggilnya seperti anak kecil saat memanggil temannya.

Jika dibandingkan dengan makanan vegetarian yang dibuat oleh Tao Ping, Dong Sheng jauh lebih suka cakue yang digoreng dan tahwa yang penuh serat ini.

"Makanlah perlahan-lahan, jika kurang, ambil bagian paman Ling Jiezhou saja." Tao Ping tersenyum.

Ling Jiezhou yang sedang makan dengan enak lalu melirik ke Tao Ping "Mengapa tidak mengambil jatahmu saja?"

"Jika kamu tidak cukup, minum saja punyaku."

Ling Jiezhou langsung tersenyum puas.

Dong Sheng tidak paham dengan apa yang terjadi, dia hanya berkata: "Guruku pernah berkata, ketika aku telah lulus dari keguruan Buddha, maka aku akan bisa menghasilkan uang. Ketika saat itu tiba, aku akan mentraktir kalian makan tahwa."

"Okey~" Tao Ping terkekeh, lalu melihat ke arah Ling Ran: "Kamu sudah lulus kuliah, mengapa tidak mentraktirku tahwa?"

Ling Ran lalu meletakkan sendoknya perlahan, menghadap ke arah ibunya, dan berkata: "Aku yang membeli tahwa yang sedang kau minum ini."

"Oh…." Tao Ping terdiam sejenak. Dia kemudian berteriak: "Aahh!! Aku tidak memfoto hadiah pertama yang dibelikan anakku setelah dia bekerja!"

avataravatar
Next chapter