webnovel

Do Not Go And Kick Ass

Aku mengangkat tangan kanan ku. Memang kebiasaanku kalau lagi tidak enak menggaruk atu mengelus-elus rambutku. Teman sekelasku yang terkenal banyak omong tapi punya banyak teman lewat di samping kananku dari arah berlawanan. Tiba tiba dia menangkap tanganku. Aku kalau lagi mengangkat tangan seperti itu entah kenapa terkesan sombong. Mungkin hanya aku yang merasakannya. Dia menantangku, tapi kemudian langsung senyum dan mengangguk. Aku ikut tersenyum dan mengangguk. Sepertinya aku payah ya.

WebnovelCreator101 · Realistic
Not enough ratings
1 Chs

Prolog

Aku mengangkat tangan kanan ku.

Memang kebiasaanku kalau lagi tidak enak menggaruk atu mengelus-elus rambutku.

Teman sekelasku yang terkenal banyak omong tapi punya banyak teman lewat di samping kananku dari arah berlawanan.

Tiba tiba dia menangkap tanganku.

Aku kalau lagi mengangkat tangan seperti itu entah kenapa terkesan sombong.

Mungkin hanya aku yang merasakannya.

Dia menantangku, tapi kemudian langsung senyum dan mengangguk.

Aku ikut tersenyum dan mengangguk.

Sepertinya aku payah ya.

Temanku yang dari tadi di samping kiriku dan menyaksikannya pun setelah itu langsung berkata,

"Dar, kamu tuh kalau digituin tuh mbales nantang aja, dia kan Cuma bercanda. Biar kamu tuh nggak dikira lemah gitu loh.'

yaa aku memang nggak bisa seperti itu.

Aku sudah bertekad kalau aku tidak akan bertingkah buruk lagi, Agar punya banyak teman dan nggak ada yang musuhin lagi.

Soalnya di sekolahku sebelumnya aku banyak dibenci, jadi aku sudah kapok dan nggak mau seperti itu lagi.

Aku sudah berusaha tidak banyak bicara, tapi malah dikira pendiam dan bodoh, karena tingkah lakuku agak aneh ternyata, seperti kata temanku tadi yang bernama Rifa'i,

"Dar, kamu tuh jangan diam aja kalau lagi ada kumpul di musala sekolah, apalagi pas istirahatnya. Yang lainnya pada ngobrol sama teman atau main, eh, kamu malah cuman di tengah musala diam nggak jelas gitu. Sampai ada temanku yang nanya ke aku,' temenmu itu bodoh ya fa'i? dari tadi kok ngelirik kanan kiri nggak jelas gitu.'

Terus aku jawab,

'ngawur kamu, dia itu pas SD dari kelas 3 sampai kelas 6 juara 1 terus loh.'

Makanya Dar, kalau pas kayak gitu tuh KAMU TUH NGOBROL AJA SAMA AKU ATAU TEMEN TEMEN DARI JAMIL GITU LOH, kayak sama Isa atau Oman gitu. Paham nggak?"

Dia ngomongnya kayak agak ngerewel gitu.

Aku pas dengar itu langsung down kayaknya. Aku memang gampang sakit hati.

"Gitu ya. Terus gimana lagi, aku nggak tahu harus apa. Aku tuh gugup kalau ngomong sama Isa atau Oman, apalagi sama yang belum temenan."

Aku berkata dengan hati yang berat.

Rasanya hati perih, kalau habis mendengarkan omongan teman tentang omongan temannya yang aku belum kenal yang berbicara tentang kelemahanku.

"kamu tuh kenapa eh Dar, nggak apa apa toh?"

Dia bertanya sambil menarik-narik bajuku.

Aku sampai tergoyang-goyang.

"Nggak tau. Huuh, gimana ya. Aku nggak mau kayak gini eh. Gimana ya,Fa'i?"

Aku senang saat ngobrol sama Rifa'I, dia temanku dari SD.

Ada banyak temanku dari SD yang ikut sekolah di sini, kayak Oman dan Isa tadi, terus ada juga yang namanya Fu'ad,