webnovel

Do anything for love

Devian syaputra... seorang yang berkepribadian dingin sewaktu kecil iya tiba tiba menginginkan seorang gadis kecil sebagai hadiah ulangtahunnya dan sewaktu gadis itu dewasa devian menikahinya, Naysila seorg anak yatim piatu yang tiba tiba di adopsi oleh keluarga kaya raya, dan pada saat dia dewasa dia mau tak mau menikah dengan devian syaputra, dia tau kepribadiaan devian jadi dia tak bisa menolak pernikahan yang membuat hatinya benar benar tersiksa sebenarnya sejak dari pertama devian melihat naysila dia sudah memiliki ketertariakan padanya, tapi sampai dia dewasa pun devian tak pernah bisa memperlihatkan hal itu karna kepribadian nya itu,,

Risma_Alvhira · Urban
Not enough ratings
64 Chs

di pecat

Naysila sedang tertidur pulas saat devian masuk ke kamarnya, stetelah sampai rumah tadi devian langsung mandi terus langsung berdiam diri di ruang kerjanya, dan pada saat tengah malam ini dia baru kembali, karena dia tau insiden tadi membuat naysila sedih dan dia membutuhkan waktu sendirian,

Devian berjalan mendekati naysila lama dia memandang wajah naysila, hatinya sangat sakit melihat mata bengkak naysila karena menangis cukup lama, devian benar benar hancur kenapa dia selalu membuat naysila menangis dan membuat hidup naysila menderita, dia sangat membenci dirinya sendiri, devian mengusap kepala naysila dengan sayang, sampai dia melihat dahi naysila yang membiru, akibat benturan di kaca mobil tadi, devian langsung mencari seuatu di nakasnya dia mengambil salep lalu mengoleskanya pada dahi naysila yang memar, setelah itu dia langsung mengecup dahi naysila dengan sayang, pada saat itu sebenarnya naysila belum tertidur dia hanya pura pura tidur, pada saat naysila mendengar suara langkah kaki devian dia langsung pura pura tidur, tapi gara gara hal itu sekarang naysila semakin tidak bisa tidur, dia malah gelisah sendiri,

kadang dia sering merasa bingung dan bertanya tanya tentang cara devian yang memperlakukanya kadang sangat manis, tapi kadang sangat menyeramkan, emosi devian selalu mudah berubah ubah hingga membuat naysila bingung.

...

raisa tampak baru saja keluar dari sebuah mini mart, dia masih mengunakan setelan tidurnya saat dia sedang berjalan tiba tiba seseorang menabrak nya

Bruk...

raisa oleng dan langsung terjatuh orang yang menabrak raisa langsung melepaskan hoodie nya, lalu menolong raisa tanganya langsung terulur pada nya,

" maaf aku benar benar tidak sengaja " ucap alex tulus , raisa langsung meraih tangan alex dan dia langsung bangun dengan bantuan alex

"tidak apa, aku juga tidak memperhatikan jalan dengan benar, " balas raisa " saya pemisi, duluan " pamitnya, tapi alex memanggil nya

" hey tunggu" raisa berhenti lalu berbalik lagi "siapa nama kamu?" pertanyaan itu terlontar begiru saja dari mulut alex

" Namaku Raisa" jawab raisa lalu langsung pergi, alex menatap punggung raisa saat raisa pergi meninggalkanya, perlahan sosok raisa menjauh lalu mengilang di sebuah pertigaan jalan, saat alex hendak melanjutkan joging nya tapi matanya malah terfokus pada sebuah handphone yang tergeletak begitu saja di jalan, alex memungut nya saat di hidupkan nya layar ponsel itu, tampak sebuah senyuman terukir di wajah tampanya. dia pun langsung menasukan handphone itu ke saku sweeternya, dan melanjutkan kembali jogingnya

Devian sampai di kantornya pada saat dia melewati meja recepsionis tatapan nya berubah tajam, dua wanita yang ada di meja itu langsung risih dengan tatapan devian, mereka merasa ada yang tidak wajar dengan tatapanya itu, tak lama setelah devian berlalu pergi ana sekretarisnya devian datang mengpiri mereka dan menyuruh mereka berdua untuk ke ruangan devian, kecurigaan mereka semakin kuat, ada yang tidak beres, tapi mereka tidak tau apa masalahnya,

sampai di ruangan devian mereka merasakan aura dingin di ruangan itu tak kala mereka berdua melihat tatapan tajam devian, saat itu devian tengah duduk di mejanya dia tampak sedang memasukan sesuatu ke dalam sebuah amplop,

" kemari dan duduklah" devian menyuruh ke dua wanita itu untuk duduk di hadapanya, meraka langsung berjakan dan duduk tepat di depan devian,

hening... suasana memjdi sedikit mencekam saat tak ada satu punsuara yang terdengar "apa kalian tau maksud saya memanggil kalian berdua kemari?" nada bicara devian dingin seperti biasanya dia menatap kedua wanita itu dengan serius

"ti... tidak tau pak" jawab salah satu wanita itu

"ini" devian menyerahkan dua amplop pada masing masing wanita itu, meraka tampak bingung mereka membuka amplop coklat dan isinya adalah uang "itu gajih dan pesangon kalian" jelas devian saat kedua wanita itu membuka amplop coklatnya, " dan amplop yang putih itu adalah surat pemecatan kalian" kedua wanita itu tampak sangat terkejut, kenapa ? apa salah mereka?,, mereka merasa bingung dan butuh penjelasan yang masuk akal atas pemecatanya,

" tapi kenapa pak ? kenapa anda menecat kami berdua, kerja kami bagus, kami selalu disiplin, dan kami juga sudah bekerja di sini sudah cukup lama hampir 4 tahun"

"karena itu aku memecat kalian, kalian sudah lama bekerja di sini, jadi jika terjadi kesalahan kecil aku akan langsung memecat kalian" tegas devian

" tapi kenapa ? apa kesalahan kami" peotes salah satu wanita itu, dia tidak suka jika dia di perlakukan tidak adil seperti ini,

"apa kalian lupa menyanpai kan sesuatu pada ku?"devian bertanya dengan maksud tertentu, jelas kedua wanita itu tidak mengerti dengan pertanyaan devian

" maksud pak devian apa?" tanya wanita yang protes tadi, devian menyilangkan tangannya di atas meja, menatap dua wanita itu dengan tajan

" tepat nya pada jam 12 siang siapa yang datang mencariku"

jleb..

pertanyaan itu langsung membuat kedua wanita itu mematung, mereka tidak bisa membela diri, mereka tidak tau kalu masalahnya akan sampai begini.

"aku senang kalian bekerja dengan baik, dengan tidak mengizinkan sembarang orang menemui ku, tapi aku tidak senang dengan seorang pegawai yang tidak menyampaikan sebuh pesan pada atasanya," kedua wanita itu semakin pucat mereka benar benar kehilangan kata kata, mereka tidak menyangka kalau perempuan yang kemarin mereka perlakukan dengan buruk itu adalah orang penting bagi devian hingga membuat mereka sampai di pecat, menyesal tiada guna nasi sudah menjadi bubur, mereka hanya bisa pasrah saja

devian berdiri lalu berjalan menuju sofa dia langsung menyandarkan pungungnya ke sofa,

"keluar dari kantor ku dan jangan pernah menujukan batang hidung kalian di sini lagi" ucap devian penuh penekanan, dia tidak ingin memberi toleransi atau kesempatan apapun untuk mereka berdua, siapapun itu jika ada orang yang bertindak buruk pada istrinya dia tidak akan tinggal diam,

wajah kedua wanita itu tampak semakin memucat, mereka lalu berlari ke arah devian lalu berlutut di hadapan devian

"pak maaf kan kami, beri kami kesempatan"

"pak devian kami sangat menyesalinya, maaf kan kami dan tolong jangan pecat kami" kedua wanita itu terus memohon, tapi devian tidak mempedulikan nya dia malah memberi isyarat pada ana untuk segera membereskan mereka, ana langsung mengerti, dia langsung memanggil security dan dua security itu langsung masuk ke ruangan devian kemudian langsung menyeret dua wanita itu, mereka meronta ronta minta di lepasakan sambil terus memohon pada devian,

saat kedua wanita itu sedang di seret paksa keluar dari ruangan devian saat itu juga alex baru saja tiba, dia tampak mengerenyitkan dahinya saat menyaksikan hal itu.

" ada apa ?" tanya alex saat dia masuk ke ruang kerja devian dan melihat devian sedang duduk di sofa nya dengan tenang, devian tau maksud pertanyaan alex

" bukan apa apa, hanya urusan kecil, " jawab devian tenang,

"oh.." alex hanya mengatakan oh saja, dia tidak mau banyak bertanya, lagi pula jika devian bilang itu bukan apa apa, pasti lah memang bukan sesuatu yang serius, alex duduk di samping devian dia tampak sedang membuka botol air minum yang di bawanya, kemudian dia langsung meneguk habis minuman nya, devian menatap alex dari bawah sampai atas, matanya seketika langsung menyipit

"apa kau tidak bisa lebih menjijikan dari ini" jelas nada bicara devian penuh dengan ejekan, tapi alex tidak mempermasalahkanya, dia malah menyandarkan tubuhnya di sofa,

" salahmu sendiri, memanggil ku untuk segera menemui mu saat aku sedang joging" balas alex " kau bahkan menganggu waktu olahraga ku, huh..menyebalkan" grutu nya, ya gimana tidak kesal devian meneleponya tepat saat dia sedang melakukan rutinitas paginya, dia bahkan belum menyelesai kan olahraga nya, saat devian menelepon, alex langsung di suruh segera ke kantornya, jadi tanpa mandi dan tanpa mengganti bajunya dia langsung menemui devian

" kenapa kamu memanggil ku ke mari? apa ada masalah ?" tanya alex kemudian,

"tidak, aku hanya ingin tau apa yang terjadi dengan perusahaan yang kamu pimpin, aku dengar ada masalah ?" devian bertanya dengan santai dia tidak mendesak alex akan pertanyaan nya, alex memejamkan matanya sesaat lalu membukanya kembali

" tidak ada yang serius, aku sudah menbereskan nya, ada dua orang idiot yang ingin bermain licik dengan ku, mereka berfikir bisa membodohiku dan bisa lepas begitu saja dengan mudah, aku yakinkan mulai hari ini mereka tidak akan pernah muncul lagi di negara ini"alex menjelaskan devian hanya diam mendengarkan tanpa ekspresi, dia sudah tau cara kerja alex yang tidak bisa di prediksi oleh siapapun, cara kerja alex sangat luar biasa dia akan menikam musuh nya tepat pada waktunya, dan pada saat itu musuhnya tidak akan bisa berbuat apa apa selain menyerah,

tiba tiba terdenar suara dering handphone memecahkan keheningan, suara itu bersumber dari saku sweeter alex, dengan cepat alex langsung mengambil ponsel itu dari sakunya, dia mentap layar ponselnya, ada panggilan suara dari kontak yang bernama ' my best friend ' tanpa ragu alex langsung mengangkatnya,

" hallo" jawab alex

"..."

" iyah, handphone nya berada pada ku "

"....."

" tentu, dimana?

"....."

" baiklah aku akan pergi kesana tepat jam dua siang "

"...."

Devian menatap alex bingung, alex menyadari tatapan devian dia pun langsung bangkit,

"gue ada urusan, gue mau pulang kalau

tidak ada yang mau di bahas lagi, " ucap alex dia tidak berbicara formal lagi, dia berbicara sebagai sahabat bukan berbicara sebagai atasan dan bawahan lagi,

" pergilah," jawab devian datar.